Sudah hampir setengah jam upacara berlangsung. Sudah jelas keringatku bercucuran karena posisi barisanku yang berada di barat lapangan, yang secara otomatis membuatku menghadap ke arah matahari terbit. Aku menundukkan kepalaku, karena mataku tak akan sanggup berlama-lama memandang terik matahari pagi. Suara pemimpin upacara yang melapor kepada Pembina upacara bahwa upacara selesai dilaksanakan, cukup membuatku lega. Namun, ini bukan akhir bagiku, dan bagi pelanggar kedisiplinan lainnya. Masih ada sanksi bagi kami dari guru killer.
Satu per satu dari kami dicatat namanya di buku merah miliknya. Kami juga harus menyerahkan buku poin kami padanya. Jujur, sebelumnya aku tidak pernah melanggar peraturan sekolah. Buku poinku juga bersih. Kini buku tersebut harus terisi, yang bisa menyebabkan minusnya nilai sikap dan kedisiplinan di rapot belajar. Aku sedikit kecewa.
"Baik, sesuai aturan pada buku poin ini. Lakukan sanksi sesuai pelanggaran kalian masing-masing. Saya akan tetap mengamati hingga lima belas menit."
Kami pun bubar barisan, untuk menjalankan hukuman kami masing-masing. Bagi yang telat, disuruh hormat pada bendera sembari menyanyi Indonesia Raya. Sedangkan, bagi yang melanggar kelengkapan atribut, akan disuruh mencabut rumput. Ya... termasuk aku. Dengan langkah terpaksa, aku mencabut rumput liar di taman sekolah.
"Namaku Karen." Ucapnya. Aku pun menoleh ke kanan dan kiri.
"Bicara sama aku?" Tanyaku.
"Ya iya, siapa lagi."
"Oh kirain..."
"Kelas berapa?"
"Kelas dua."
"Sama dong. Tapi kok gak pernah liat ya sebelumnya. Aku pertama kali tau kamu ya waktu terkunci di perpustakaan."
"Oh.. hem." Aku tersenyum.
"Kamu kelas apa?" Tanyanya, Ia tampak ingin menghidupkan pembicaraan. Maklum, aku sedikit tertutup sama orang lain, hehe.
"IPS 5. Kamu?"
"Aku IPA 1..."
Karen, baru dia lelaki pertama yang ingin mengenalku. Usai melaksanakan hukuman, kami menuju kelas. Kami berdua melewati lorong dan berpisah karena berbeda kelas. Untung saja Bu Nina belum datang ke kelas. Aku sedikit lega.
"Kok bisa gak bawa topi mel?" Tanya Kinan.
"Aku lupa.." Jawabku lelah.
"Sssttt.. Bu Nina datang.." Kata Bintang.
***
BEL ISTIRAHAT BERBUNYI
Aku dan dua temanku melangkahkan kaki menuju perpustakaan. Tak lupa, aku selalu menengok ke lapangan basket yang aku lewati untuk menuju perpustakaan. Aku selalu mencari-cari sosok itu.
"Masih suka sama Kak Rendra?"
"Nggak kok...!" Tepisku.
"Dia sudah punya pacar loh mel..." Tutur Kinan.
"Iya sudah tau, aku sudah gak suka kok.." Ucapku memberi penegasan.
Kak Rendra, sudah sejak lama aku mengaguminya. Dia adalah tetanggaku, jadi dia mengenalku. Di sekolah ini, dia mengikuti ekstrakurikuler basket. Jadi, kalau ada pertandingan basket sekolah, aku selalu menontonnya. Sepuluh tahun lalu, saat aku jatuh dari sepeda, kak Rendra menolongku.
"Kamu tidak apa-apa?" Ucap Rendra kecil.
"Tidak kok." Ucapku. Kemudian Ia memberi hansaplast pada lututku yang terluka.
Sejak saat itu kami mengenal. Ia juga masih sering menyapaku saat ini, bahkan saat aku ulang tahun, Ia juga datang ke rumahku membawa kado. Kak Rendra adalah cinta monyetku, hehe. Namun sayang, saat ini Ia sudah punya pacar, dan pacarnya itu adalah cewek cantik, pintar, dan baik. Namanya Cassandra. Bagaimana bisa kak Rendra tidak mencintainya, dia adalah duta SMA, dia juga sering menang olimpiade IPA, dan di usianya yang masih remaja, Ia sudah menjadi relawan anak-anak jalanan.
*** PENULIS ***
Selamat Membaca ya, hehe.. Jangan lupa vote dan kasih komentar.
Semoga ceritanya bisa menghibur hehe :D
Baca terus ya ceritanya..
Sampai Jumpa di tulisan berikutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamela
Teen Fiction"Bagaimana mungkin, ada asmara untuk yang diabaikan?" -Pamela