Prolog

16 4 0
                                    

"Aduh ... kenapa mereka selalu menggejar aku?"keluh seorang anak perempuan yang berusia sekitar lima tahun.

Napasnya terenggah-enggah. Rambutnya yang tergerai pendek terlihat lepek oleh keringat. Dia sudah berlari dengan cepat untuk menghindari anak-anak laki-laki yang mengejarnya, entah, apa alasannya. Yang jelas, ini bukan yang pertama kali.

Biasanya, Dia menanggapi mereka dengan pelototan polosnya tapi, dia sudah bosan dan memilih untuk berlari. Setelah selesai mengatur napasnya dia berjalan dengan pelan.

"Mereka maunya apa, ya? Perasaan, aku nggak punya salah sama mereka." pikirnya dengan memasang ekspresi cemberut,"Saat pertama kali bertemu salah satu dari mereka aku padahal senyum."

Pikirannya berkelana jauh mencari alasan dia selalu dikejar. Tetapi, tidak bertahan lama, sebuah teriakkan terdengar di telinga kecilnya. Anak perempuan berambut pendek itu, mengedarkan pandangannya, mencari darimana asal suara itu muncul.

Ketemu. Dia melihat seorang anak perempuan seusianya, tengah berjongkok sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan mungilnya. Ada dua anak perempuan lain, yang berusaha menarik-narik rambutnya yang memakai pita berwarna pink dengan tertawa.

"Hei! Apa yang kalian lakukan padanya?!" teriak anak perempuan berambut pendek.

Dua orang anak perempuan yang tadinya asik menarik-narik rambut anak perempuan berpita, mengalihkan padangan pada sumber suara.

"Kalau kalian menarik-narik rambutnya lagi. Aku akan kasih tahu ayahnya! Ayahnya polisi lho...," ucap anak perempuan berambut pendek dengan ekspresi menakut-nakuti.

Wajah kedua anak kecil yang nakal memucat Mendengar bahwa anak kecil yang mereka nakali adalah anak seorang polisi. Tanpa basa-basi, mereka cepat-cepat berlari ketakutan.

Anak perempuan berambut pendek kebingungan melihatnya."Hei! Kalian belum minta maaf!"teriaknya. Tapi, sia-sia. Karena mereka sudah tidak telihat lagi.

Anak perempuan berambut pendek mengangkat bahunya tak acuh, lantas berjalan ke arah anak perempuan berpita yang masih di posisinya.

"Jangan takut! Mereka sudah pergi."

Anak perempuan berpita mendongakkan kepalanya."Benalkah?"tanyanya.

Anak perempuan berambut pendek mengangguk riang."Iya, aku juga nggak tau, kenapa mereka lari."jawabnya dengan polos.

"Makasih. Padahal ayahku bukan polisi," ucap anak perempuan berpita disertai senyuman lugu. Dia berdiri dan merapihkan pakaiannya.

Anak perempuan berambut pendek terkekeh."Sama-sama."

"Nama kamu siapa?" tanya anak perempuan berpita.

"Namaku Laila ...."

****

Bandung, 12 November 2017

Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang