Ketika laporan prakerin dan pena Ilena sudah berada di tangan, dengan sigap Abira menarik tangan kiri sahabatnya yang masih berdiri kaku itu, setelah sebelumnya Abira melirik dengan raut yang tidak tega ke arah jari kelingking Ilena.
Satu lagi fakta seorang Ilena. Ia adalah gadis yang termasuk kuat. Bila dibandingkan dengan gadis-gadis lain seusianya, mungkin saat ini gadis-gadis itu masih belum berhenti menangis dan mengeluh bahkan mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak pantas untuk menghardik orang yang sudah melukai bagian tubuhnya. Berbeda sekali dengan Ilena yang hanya menangis sebentar. Lalu tidak lagi mengaduh kesakitan sampai saat ini.
"Jangan lama dong jalannya, Il. Harus cepetan masuk ke UKS, dong". Abira malah panik sendiri padahal hanya beberapa langkah lagi mereka sudah sampai di Ruang UKS.
Ruang UKS tinggal berjarak sekitar tiga langkah lagi, tetapi—
"Sini temen lo, biar kita aja yang obatin, Ra".
"Eh..", Ilena terkejut merasakan bahu kanannya ditarik mundur oleh seorang cowok. Dengan sigap ia mengelakkan telapak tangannya agar tak tersentuh oleh apapun.
Ternyata cowok itu adalah Atman. Bocah tengil yang nggak ketulungan kurang ajarnya, bagi seorang Abira. Lalu yang berdiri di sampingnya juga sama-sama tengil seperti Atman, namanya Kamal.
Mereka berdua sebenarnya adalah adik kelas Abira dan Ilena, sebab memang masih duduk di kelas sepuluh. Coba deh bayangin, adik kelas dengan seenaknya saja memanggil kakak kelasnya tanpa embel-embel "kak" sesudah itu langsung menarik bahu Ilena, pula.
"Ap—"
"Udah gak perlu nyerocos. Mending lo ke ruang guru aja deh sekarang, Ra. Tadi gue sama Atman diminta sama Bu Widi buat panggilin lo". Kata Kamal yang membuat Abira tidak jadi mengomeli mereka berdua.
"Yakin ni Bu Widi manggil gue?".
KAMU SEDANG MEMBACA
ILENA
RomanceCerita yang mengisahkan perjalanan cinta serta hidup seorang Ilena. Seorang gadis yang mendapat gelar "si buruk rupa" oleh teman-teman sekolahnya. Kisah cintanya yang selalu berakhir buruk, awalnya tak pernah membuat dirinya menyerah. Ia terus bangk...