Begin.

3.3K 215 40
                                    

Don't forget to vomments <3

---

"D-daddy?" panggilku lirih dengan mata yang masih mengantuk. Daddy tampak berdiri di pinggir kasur sembari mengusap dahiku. "Terbangun karena daddy?" tanyanya lembut. Usapannya turun ke pipiku, dan kian melembut. Aku menggeleng perlahan.

Daddy mengecup dahiku, aroma maskulin dari tubuhnya kini dapat tercium olehku. Ku perhatikan wajah daddy, daddy terlihat sangat lelah. "Tidurlah kembali baby, daddy masih harus melanjutkan kerja."

Apa?! Kerja katanya?!

"No! You can't!" sentakku. Aku memeluk leher daddy, melesakkan pipiku di lehernya. Daddy menghela napas pelan, tampaknya ia kesal. "Please, daddy harus menyelesaikan tugas ini sayang, mengerti?" bisiknya. Aku menggeleng. Terakhir kali aku biarkan daddy bekerja sampai pagi, dia masuk rumah sakit. Dan aku tidak mau itu terjadi lagi.

"Kenapa jadi nakal hm?"

Daddy melepas pelukanku, awalnya aku pikir dia akan marah, tapi ternyata salah. Daddy melepas sepatu dan dasinya. Ia berbaring di sampingku lalu merengkuh badanku. Aku bersender pada dada bidang daddy dan memejamkan mata. "Daddy, jangan sampai sakit. Kumohon . . ." ujarku perlahan. Mendongakkan kepala untuk menatap daddy yang sedang menutup mata. Aku tau daddy pasti sangat lelah.

Jemariku membelai pipi daddy dengan lembut. Daddy pernah bilang, jika ia sedang lelah, yang ia butuhkan hanyalah sentuhanku agar dapat membuat rasa lelah yang ia tanggung menjadi hilang. Aku harap itu benar. Daddy tersenyum, ia membuka mata dan menatapku lembut. "Iya baby, I won't."

Aku tersenyum.

CHU

Daddy mengecup bibirku, aku dapat merasakan pipiku merona. Daddy tampak senang melihat responku. "Malu? Hahaha," daddy mengacak-acak rambut sebahu milikku. Aku menggembungkan pipi kesal, walau dalam hati aku sangat bahagia melihat daddy tertawa.

Ya, yang aku punya hanya daddy. Maka sudah kewajiban bagiku untuk menjaga daddy dan selalu memastikan agar daddy bahagia.

Daddy mengecup dahiku, dan berbisik untuk menyuruhku tidur.
Akhirnya aku kembali memejamkan mata, dan rasa kantukku muncul kembali.

Namun sebelum aku sepenuhnya tertidur, aku dapat merasakan lidah basah daddy menjilat leherku dan menghisapnya pelan.

Aku tau daddylah yang selama ini selalu meninggalkan bekas.

---

Pagi telah datang, aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Berangkat bersama daddy seperti hari-hari yang biasa. Dan aku harus menggunakan syal (lagi) karena bekas yang daddy buat.

"Pagi baby," sapa daddy dan mencium pipiku. Aku tersenyum lebar. "Pagi juga dad! Daddy membuatkan ku bekal?"

Daddy mengangguk. Ah, daddy memang sosok ayah sekaligus ibu.

"Daddy hanya bisa masak ini, jadi jangan cerewet," ujarnya. Seperti biasa, daddy membawakanku nasi dan sosis. Tidak terlalu spesial, tapi karena dari daddy, jadi aku terima.

"Oh ya, kenapa menggunakan syal?" tanya daddy. Sebenarnya daddy tidak tau atau bagaimana?

Tapi aku sendiri juga tidak mungkin 'kan berkata, 'Ini ulah daddy!'

Aku memilih tersenyum kik-kuk saja. Daddy hanya mengangguk, "Sudah sana naik mobil. Jangan lupa bekalmu, sebentar lagi daddy menyusul ke mobil." Aku mengangguk patuh dan segera pergi ke mobil.

Satu pesan masuk ke dalam ponselku,

Dari: Jennie

YAAAKKK JOYIEEE DIMANA? AKU BUTUH PRMUUUUU!

Oh Daddy • SeJoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang