Jam istirahat di sekolah, Aya berkumpul dengan ketiga sahabatnya, Sisi, Ika & Ela yang sedang membahas tempat untuk dijadikan calon tempat magangnya. Mereka saling berdiskusi satu sama lain, hingga akhirnya mereka berempat memutuskan untuk mencari tempat yang bisa di tempati mereka berempat. Baru saja usul sudah di dapat, tak lama datang Arin mendatangi Aya, dia menyarankan untuk mencari tempat magang yang ada di dekat perumahan Aya. Selain dekat dengan rumah, Arin juga dapat teman untuk di tempat magang. Memang kala itu Arin belum mendapatkan tempat. Saran itu pun Aya pertimbangkan. Namun melihat ketiga sahabatnya, sedikit ada rasa kecewa di wajah mereka.
Waktu berlalu, hari semakin dekat dengan jadwal pelaksaan magang, saran dari Arin terus ada di benak Aya. Namun di sisi lain, Aya juga ingin satu tempat dengan ketiga sahabatnya. Karena bingung, akhirnya ia meminta saran dari orangtuanya, lalu mereka pun mengiyakan. Aya pun memantapkan pilihannya. Esoknya ia bilang kepada ketiga sahabatnya, dan benar saja, mereka jelas kecewa. Ayu yang mengetahuinya akhirnya bergabung bersama ketiga sahabatnya karena dia juga belum mendapatkan tempat magang. Akhirnya Ayu satu tempat dengan ketiga sahabat Aya. Di lain hal, tempat dimana akan Aya dan Arin jadikan sebagai tempat magang rupanya akan di tempati oleh Inu dan Riko. Mereka pun menyepakatinya.
Tiga hari sebelum jadwal pelaksanaan magang tiba, kabar tidak enak menghampiri Aya dan Arin. Rupanya ada tempat di luar kota yang membutuhkan anak magang. Alhasil, Aya dan Arin pun tidak jadi di tempatkan di tempat yang masih satu perumahan dengan rumah Aya. Meskipun sedikit kecewa, tapi mereka tetap menerimanya. Karena jarak yang jauh, mereka sepakat untuk menaiki satu motor dan bergantian untuk antar jemput.
Tibalah hari pelaksanaan magang, para murid pun bersiap dilapangan. Tak lupa membaca doa bersama supaya magang 3 bulan ini akan berjalan lancar. Dengan berat mereka mulai berpisah satu sama lain. Apalagi Aya yang tidak satu tempat dengan ketiga sahabatnya. Namun mereka juga menerima apapun keputusan Aya. Aya pun mulai berangkat ke tempat magangnya dengan membonceng Arin. Dalam perjalanannya, Aya berkata dalam hati.
"Semoga dalam 3 bulan ini berjalan dengan baik-baik saja."
Tiba-tiba motor yang di kendarai Arin keluar dari jalan, namun Arin berhasil mengembalikan motornya kembali ke jalanan.
Tak lama ia teringat dengan cerita Pak Gurunya yang menceritakan jika beberapa tahun lalu ada muridnya mengalami kecelakaan dan meninggal karena mencari tempat magang.
"Kenapa aku takut kalau 3 bulan ini temanku ada yang kurang ya?" Tanyanya.
Cepat-cepat ia buang pemikirannya itu.
Waktu pun berlalu, Aya dan Arin mulai terbiasa dengan tempat magangnya saat ini. Bahkan mereka juga mendapatkan teman baru. Tak jarang, saat tidak ada kegiatan mereka izin untuk keluar kepada pemilik tempat magang. Dengan baik hati beliau mengizinkan. Mereka pun berjalan keluar, karena saat itu gerimis, mereka pun di pinjami payung oleh beliau. Mereka berjalan bersama, suasan dingin membuat mereka ingin mencari makanan yang hangat. Belum sampai mendapatkan makanan, mereka di kejar oleh orang gila yang saat itu sedang melintas. Mereka pun berlari untuk menghindar. Setelah orang gila itu sudah tak terlihat lagi, mereka pun memutuskan membeli pentol berkuah. Setelah di dapat mereka segera kembali ke tempat magang. Pengalaman yang konyol yang tak boleh untuk di lupakan.
Hari berganti, kali ini ada kabar jika akan dilaksanakan operasi patuh jaya. Hal yang menakutkan untuk Aya dan Arin karena mereka sama-sama belum mempunyai SIM. Apalagi dua teman magangnya terkena tilang dan harus sidang. Aya dan Arin pun mulai gelisah. Hingga akhirnya Arin membuat keputusan supaya mereka harus menaiki motor masing-masing dan tidak lagi berboncengan.
"Kenapa?" Tanya Arin.
"Iya kan ini lagi ada operasi. Jadi naik motor sendiri-sendiri aja." Balasnya.
Aya pun diam tak menjawab, sebenarnya dia masih dibuat bingung dengan penjelasannya.
"Bukannya kalau kita boncengan dan kena tilang, kita kan cuma kena denda 1 orang, bisa patungan, kan ringan. Tapi kalau kita naik motor masing-masing, bukannya kita nanti sama-sama kena denda. Mahal donk." Batin Aya.
Aya pun akhirnya menerima keputusan Arin.
Meskipun tak lagi berboncengan, mereka tetap berangkat bersama ke tempat magang. Aya yang selalu ada di belakang dan Arin yang berada di depan.
Suatu hari, Aya melihat ada hal yang tak biasa dari Arin. Dia melajukan motornya tak seperti biasanya. Sampai di tempat magang, Aya pun menanyakannya.
"Gak ada apa-apa, cuma sama mama suruh hati-hati aja naik motornya." Jelas Arin.
"Owhhh."
Saat tiba sholat, mereka yang terbiasa masuk ke kamar mandi bersama untuk berwudhu, namun kali ini Arin ingin masuk ke kamar mandi lebih dulu. Aya pun mempersilahkan. Bahkan terhitung dari hari itu Arin selalu ingin wudhu sendiri, tidak seperti sebelumnya yang berwudhu ditemani Aya. Aya pun menerima saja.
Suatu hari, Aya melihat begitu jelas perubahan yang ada pada diri Arin saat berangkat ke tempat magang. Di perjalanan Arin melajukan pelan motornya, hingga Aya yang biasanya selalu di belakang kali ini menyalip[ motor Arin. Arin pun tak membalas ingin menyalip balik Aya. Setiba di tempat magang Aya lantas menghampiri Arin."Tumben hari ini naik motornya pelan banget."
"Iya." Jawabnya singkat.
Mereka pun segera masuk.
Waktu sholat pun tiba, Aya dan Arin sudah wudhu dan siap untuk sholat. Aya yang sudah menggunakan mukenah memperhatikan Arin yang sedang mengenakan mukenahnya.
"Ay, kata teman aku, aku itu putih lho, padahal aku gak pakai bedak atau lotion yang aneh-aneh." Cerita Arin"Masak sih." Balas Aya sambil memperhatikan wajah Arin.
Saat itu wajahnya yang masih basah terkena air terlihat jelas putih bersinar. Aya yang melihatnya kala itu hanya diam karena wajah Arin putih bersinar tak seperti biasa.
"Ayo sholat."
Ajak Arin yang langsung mengagetkan Aya kala itu. Mereka pun menyegerakan sholat.
Hari itu adalah Sabtu, jika hari Sabtu anak magang akan di pulangkan pukul 14.00. Entah karena asyik berkumpul bersama, hingga mereka lupa waktu. Saat sudah pukul 14.15 mereka tersadar jika kini waktunya mereka pulang. Mereka pun berpamitan kepada sang pemilik tempat magang. Seusai itu mereka langsung menuju parkiran. Suasana kala itu sedang mendung. Mereka sudah bersiap dengan motornya.
"Ay, kamu duluan ya?" Pinta Arin.
"Rin, aku gak bisa. Motorku belum bisa keluar. Kamu duluan aja." Balas Aya.
"Baiklah, aku duluan ya, Ay." Pamit Arin.
Aya pun melemparsenyum, dan Arin keluar dari parkiran. Tak lama di susul oleh Aya. Arin mulai melajukan cepat motornya karenasuasana memang mendung. *
BERSAMBUNG ...
Tunggu cerita selanjutnya yaa :)
YOU ARE READING
HUJAN DATANG, TEMANKU PULANG
Документальная прозаawalnya perubahan yang biasa, tanpa sadar apa arti dari semuanya