HUJAN DATANG TEMANKU PULANG Part 2

13 1 2
                                    

... Aya pun melempar senyum, dan Arin keluar dari parkiran. Tak lama di susul oleh Aya. Arin mulai melajukan cepat motornya karena suasana memang mendung. *

Arin mulai menjauh dari Aya. Karena jalur searah, Arin berbelok lebih dahulu untuk mengambil jalur jalan untuk pulang. Mereka berpapasan, kala itu Arin yang melihat Aya masih di jalur utara dan belum mengambil belokan hanya melempar senyum kepada Aya. Aya yang melihatnya membalas senyuman dari Arin. Kali ini mereka di satu jalur jalan. Karena langit menghitam dan bulir air mulai jatuh, mereka sama-sama melajukan cepat motornya. Namun kali ini Arin lebih cepat dari Aya, mereka berpisah di lampu merah. Aya yang merasa tertinggal merasa tidak sabar ingin mengejar Arin. Namun kali ini ia harus bersabar berhenti di lampu merah. Saat ia sedang menunggu lampu hijau menyala, para pengendara di buat tegang karena menyaksikan dari jalur lain ada mobil yang mengerem mendadak. Padahal di belakang mobil itu ada truk yang sedang melaju. Sang sopir truk di buat kaget oleh mobil di depannya. Segera ia mengerem. Untung saja rem truk itu berfungsi, jika tidak mungkin truk itu sudah mencium body belakang mobil itu. Tak lama lampu hijau pun menyala. Aya segera melaju dan mengejar Arin. Belum sempat melihat Arin gerimis sudah mendatanginya. Beberapa menit kemudian hujan datang. Ingin rasanya ia mengenakan jas hujan. Tapi ia urungkan karena masih ingin mengejar Arin. Fikirnya mungkin Arin juga akan berhenti untuk mengenakan jas hujan.

Lima menit berselang, tampak dari kejauhan ada 2 atau 3 orang sedang berdiri di tengah jalan. Tak lama salah satu dari mereka menuntun motor matic yang body-nya mirip dengan kepunyaan Arin. Di kiri jalan nampak sudah ada mobil yang berhenti. Aya melajukan pelan motornya. Semakin dekat dengan orang-orang yang berdiri di tengah jalan, Aya melihat ada kaus kaki yang tak asing baginya. Ia mengenalinya. Laju motornya semakin ia pelankan. Sambil masih menaiki motornya ia mengarahkan pandangan matanya ke kanan jalan. Betapa kagetnya Aya kala melihat Arin sudah tergeletak tak berdaya sambil bersimbah darah pada bagian lehernya. Motornya langsung ia hentikan tanpa mencabut kuncinya. Ia berdiri di seberang jalan sambil melihat kawannya yang sedang tertidur di bawak guyuran hujan. Air matanya tak lagi dapat di bendung. Para warga sekitar ikut menghampiri Aya, Aya menjelaskan jika dirinya adalah temannya. Pulang bersama dari tempat magang dan berpisah di lampu merah. Salah satu warga menjelaskan jika ada mobil dari lawan arah yang menyenggol motor Arin. Arin terlempar dan langsung terlindas pada bagian leher dan dadanya. Warga ikut menenangkan Aya yang masih menangis melihat keadaan temannya saat itu. Ia terduduk dan teringat saat-saat terakhir kebersamaan mereka.

"Teman saya masih ada apa enggak, Bu?" Tanyanya kepada salah satu warga untuk memastikan.

"Yang sabar ya, dek. Temannya udah gak ada." Balasnya.

Aya pun menangis sejadi-jadinya. Datangnya guyuran hujan kala itu membuat Aya bertambah sedih karena masih melihat Arin di tengah jalan dengan kondisi yang sudah tiada. Teman yang selama ini bersamanya sudah berpulang.

Malamnya, kawan-kawan Aya mengajaknya untuk bertakziah ke rumah Arin. Namun Aya menolak karena kondisinya saat ini masih terguncang karena melihat langsung temannya yang tergeletak di bawah guyuran hujan yang turun. Para kawannya pun memakluminya.

Pagi pun tiba, kali ini Aya berangkat ke rumah Arin bersama teman-temannya. Sesampainya di sana, ada rasa takut bertemu dengan ibu Arin. Namun segera ia buang jauh-jauh rasa takutnya. Ia ikut duduk berkumpul bersama teman-temannya. Baru saja ia duduk, kakaknya Arin memanggil nama Aya. Aya kaget dan langsung berdiri menghampiri kakaknya yang kala itu duduk di dekat ibunya. Aya pun duduk di dekat ibunya. Ternyata ibunya ingin mendengar langsung dari Aya. Sang Ibu merasa terpukul mendengarkan apa yang menimpa putrinya langsung menangis, bahkan bersimpuh di kakinya Aya. Aya yang melihatnya ikut menangis merasa kehilangan.

Menit berlalu Aya dan teman-teman berpamitan, mereka langsung menuju ke pemakaman. Belum sampai pada makamnya Arin, Aya yang melihatnya dari kejauhan sudah tak dapat lagi membendung air matanya. Setelah mendekat dan tertera jelas nama Arin di batu nisan, air matanya mengalir deras. Ia langsung duduk. Mengingat-ingat kebersamaan mereka selama 3 minggu magang di luar kota sambil mengendarai motor, berboncengan, kehujanan, bahkan teringat jelas kala Arin meminta untuk menaiki motor masing-masing karena alasan adanya operasi patuh jaya. Semuanya teringat jelas di fikirannya. Kebersamaan yang tidak bisa di hilangkan begitu saja. Namun kini hanya tinggal kenangan. Kemarin sore adalah kebersamaan mereka untuk terakhir kalinya. Berniat untuk pulang bersama ke rumah seusai dari tempat magang, namun hujan datang untuk memberikan jawaban. Hujan yang kala itu datang, membuat Arin harus pulang lebih awal. Bukan pulang ke rumahnya, tetapi berpulang ke rumah Allah untuk selama-lamanya.

Aya pun terpaksa menerima kenyataannya, teman magangnya sudah pulang untuk selamanya. Pihak sekolah yang mendengar akan kejadian itu akhirnya membuat keputusan. Dimana Aya akan di pindahkan tempat magangnya dari yang di luar kota lalu akan di tempatkan di tempat magang dekat perumahannya. Meskipun menerimanya karena akhirnya ia di tempatkan magang di dekat perumahannya, namun rasa sedih tak bisa ia pungkiri. Ia tak lagi bisa bersama dengan Arin, temannya yang kini sudah tiada.

*SELESAI*

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HUJAN DATANG, TEMANKU PULANGWhere stories live. Discover now