"Bang Ren, berhenti di depan sana bang." Ucap seorang gadis, kepada pengawalnya yang sedang mengendarai mobil BMW keluaran terbaru.
"Tapi bukannya kampus Nona masih agak jauh ya non ?" Jawab Bang Ren sang pengawal.
"Udah. Tinggal berhenti susah amat sih bang."
"Tapi nanti saya dimarahin Tuan kalau saya nggak nganter nona sampai kampus."
"Udah jangan cerewet ih. Daddy biar aku nanti yang urus. Nanti kalau udah waktunya jam pulang aku telepon Bang Ren, Oke." Gadis itu langsung membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. "Dadah. Bang Ren sampai jumpa nanti sore." Ucap sang gadis sambil melambaikan tangan setelah keluar dari mobilnya.
"Nona, nona" teriak Ren yang terus memanggil anak majikannya. "Kalau Nona sampai kenapa - kenapa pasti nanti saya di gantung Tuan." Batin Ren
Gadis itu tidak memperdulikan teriakan pengawalnya. Ia tidak mau di hari pertamanya ospek diantar bagaikan anak miliuner yang membutuhkan pengawalan ketat, walaupun kenyataannya memang benar. Ia ingin punya teman yang tidak memandang hartanya dan tulus berteman dengannya.
@***@
Nama gadis itu adalah Queennesya Auriella Rafrandra. Yang biasa di panggil Nesya, anak perempuan satu - satunya dari keluarga Rafrandra, salah satu keluarga yang berpengaruh di Indonesia. Termasuk dalam jajaran 50 orang terkaya di Asia Tenggara. Tak terhitung lagi kekayaan dari Keluarga Rafrandra.
Sebagai anak perempuan satu - satunya ia begitu dimanja apapun yang ia inginkan pasti dikabulkan.
@***@
Pagi yang cerah itu menemani setiap langkah Nesya menuju kampus. Gadis yang memakai kemeja putih dan rok span hitam di bawah lutut itu tak lupa memakai atribut ospek lainnya, berjalan santai menuju kampusnya.
"Ahh,sial. Aku kira tinggal sedikit lagi sampai ternyata aku salah. Seharusnya tadi aku minta turun di dekat gerbang saja." Umpatan lainnya keluar dari mulut Nesya. Ia sedang meratapi nasib karena salah turun saat di jalan tadi seharusnya ia turun di gang dekat kampusnya, tetapi Nesya turun di pertigaan jalan yang jaraknya lumayan jauh dari kampus.
Di depan sana Nesya melihat ada tukang becak. Dari pada ia harus berjalan jauh lebih baik ia naik becak. Pikir Nesya.
"Pak, bisa anterin saya ke Fakultas Ekonomi Di UI"
"Tentu bisa neng, ayo naik neng."
"Oke pak. Ayo meluncur." Ucap Nesya dengan semangat. Walaupun dari kalangan atas Nesya tidak gengsi menaiki angkutan tradisional seperti becak. Nesya sangat suka berbaur dengan masyarakat umum. Tingkahnya yang sederhana dan ramah membuat semua orang suka kepadanya. Dan tak ada yang menyangka bahwa Nesya adalah putri dari keluarga Rafrandra.
"Neng. Mahasiswi baru di UI yah, neng ?" Tanya sang tukang becak yang bermana Pak yusuf.
"Iya pak. Saya Maba (Mahasiswa Baru) di UI"
"Anak saya juga sekolah di situ neng. Seumuran juga kaya neng. Baru masuk tahun ini."
"Wahh . Pak Yusuf hebat yah bisa sekolahin anaknya sampai kuliah."
"Alhamdulillah neng. Bapak masih di beri umur yang panjang dan rezeki, jadi Bapak bisa sekolahin anak Bapak setinggi mungkin biar jadi orang yang sukses. Biar ngga kaya Bapak yang cuma jadi tukang becak." ucap pak Yusuf
"Apapun itu pekerjaan Bapak yang penting halalkan, pak. Saya kagum sama Bapak punya semangat buat bahagiain anak Bapak. Semoga Bapak rezekinya lancar terus ya pak."
"Amin, neng. Makasih doanya."
Nesya terlalu asyik mengobrol dengan Pak Yusuf sampai tiba di Kampusnya. Nesya memberikan 2 lembar seratus ribuan kepada Pak Yusuf sebagai ongkos. Awalnya Pak Yusuf menolak karena uang itu terlalu banyak untuk sebuah ongkos becak. Tapi karena paksaan Nesya akhirnya Pak Yusuf menerimanya.
Nesya berjalan menuju Gedung Fakultas Ekonomi. Banyak Maba yang memakai pakaian yang sama seperti dirinya. Nesya sudah tidak sabar untuk mempunyai teman baru. Teman yang tulus tanpa memandang status dan hartanya.
"Brakk..."
Baru beberapa langkah Nesya berjalan menuju Gedung Fakultas terdengar suara keras yang berasal dari jalan di depan Fakultas. Ternyata Becak Pak Yusuf tertabrak sebuah mobil. Nesya langsung berlari untuk menolong Pak Yusuf.
Untunglah Pak Yusuf hanya mengalami luka ringan. Becaknya juga hanya sedikit penyok.
"Bapak gimana sih. Kalau bawa becak itu yang bener dong. Mobil saya itu mahal. Emang bapak bisa ganti, hah !! Bapak kerja narik becak 10 tahun juga gak bakalan mampu ganti mobil ini !!" Ucap Shinta, pemilik mobil yang menabrak Pak Yusuf.
"Maaf neng. Bapak tadi sudah berhati hati. Tapi neng yang tiba - tiba muncul di pertigaan jadi Bapak nggak sempat menghindar."
"Jadi Bapak nyalahin saya. Udah jelas yah bapak yang salah. Ngapain juga ada becak disini. Ini tuh kampus Elite, becak nggak pantes ada di sini. Pantesnya itu di pasar sana. Dasar orang miskin !!!"
"Jaga bicara anda yah !!! Apakah anda tidak pernah di ajari sopan santun kepada orang yang lebih tua." Ucap Nesya, ia sudah tidak tahan untuk mencakar wajah sinta.
"Ngapain saya harus sopan sama pengemis kampungan kaya dia." Bentak sinta sambil menunjuk Pak Yusuf
"Pak Yusuf bukan pengemis. Ia mencari uang yang halal bukan dengan meminta - minta." bela Nesya.
"Lo siapa sih belagu banget jadi orang ? Atau jangan - jangan lo anaknya si tukang becak itu yah ?" Tanya sinta
"Iya. Saya memang anak tukang becak, lalu apa mau kamu ?" Ucap Nesya dengan lantang. Sampai para MABA dapat mendengar ucapan Nesya. Ia tidak sadar bahwa ucapannya akan mempengaruhi kehidupannya di kampus. Para MABA dan beberapa senior yang sudah datang memandang rendah ke arah Nesya seakan ia adalah sampah masyarakat.
"Anak tukang becak aja gayanya selangit. Bayar pake apa lo bisa sekolah di sini. Jangan karena lo bisa kuliah di sini lo jadi bangga yah. Lo itu tetap anak tukang becak." ucap shinta.
Ia lalu pergi dan masuk ke mobilnya karena para senior sudah mulai datang. Shinta tidak ingin memperpanjang masalah."Makasih, neng. Udah nolongin Bapak. Apa neng nggak malu ? Waktu tadi neng ngomong kalau bapak itu bapaknya neng." Ucap Pak Yusuf, ia tidak enak kepada Nesya yang sudah menolongnya apa lagi Nesya mengaku bahwa ia adalah anak pak Yusuf.
"Buat apa malu pak. Saya juga kalau punya Bapak kaya Pak Yusuf, saya seneng kok. Punya Bapak yang pekerja keras dan baik hati." Jawab Nesya Sambil tersenyum.
Dari kejauhan seorang memandang cemas ke arah Nesya. Ia takut kalau apa yang tadi dilakukan gadis itu akan membawanya pada jalan yang berliku.
"Queennesya bagaimana mungkin kamu memulai kehidupan barumu ini dengan jati dirimu yang membuatmu di rendahkan orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Life
RomanceNesya tidak suka memilih... Tapi takdir membuatnya harus memilih. Antara orang yang di cintainya atau orang berjasa dalam hidupnya.