Gift for everyone :"
.
.A KookTae's story made by me
With a couple of warningsAnd like usual,
This' just a oneshot
So, don't ask for sekuel, prequel, side story or everything else~.
.
I Really Really Warned U All
.
.Just enjoy it some how :)
..
.
Musik bervolume keras terasa menghentak-hentak gendang telinga setiap orang. Tapi bukannya terganggu, mereka malah semakin bersemangat meliukkan tubuh mengukuti irama musik.
"Gin." ucapnya sesaat setelah mendudukkan dirinya.
"Sebentar." bartender itu meracik minuman sambil sesekali melihat pelanggannya itu.
Pemuda awal dua-puluhan yang terlihat sangat menarik. Terbukti dari lirikan penuh minat hampir semua wanita di ruangan itu. Memakai suit semi-formal yang membungkus apik tubuhnya. Dengan tambahan piercing yang menghiasi kedua telinganya, memberikan kesan bahwa pemuda yang senang akan determinasi penuh.
Mata pemuda itu tajam dan penuh kemutlakkan. Sang bartender bergidik saat onyx kelam itu menatap langsung kedua matanya. Berdehem canggung saat tangannya meletakkan pesanan pemuda itu.
"Aku baru melihat tuan disini, omong-omong." membuka percakapan pada pemuda yang mempunyai aura mencekam bukanlah keahliannya, tapi itu merupakan bagian dari pekerjaannya.
Pria itu mendengus dan tersenyum miring, yang mampu membuat jalang manapun nyaris berteriak. "Hanya melepas penat." ujarnya santai.
Bartender itu terlihat sangat terampil. Kembali membuka percakapan pada pelanggan lain tanpa mengacuhkan keberadaan pria itu. Sambil meracik aneka minuman pesanan pelanggannya.
"Wah, sepertinya kami sangat beruntung." terkesiap karna menemukan potongan ingatan di kepalanya mengenai pria di hadapannya. "Atau mungkin ㅡanda yang sedang beruntung?"
Itu bukan pernyataan, dan mungkin juga bukan sebuah pertanyaan. Tapi kalimat rancu itu mengundang minat pria tersebut. Menaikkan alisnya, menunggu kelanjutan dari sang bartender.
"Sungguh kehormatan dapat berbincang dengan penerus estafet kekayaan keluarga Jeon." nadanya sangat membuat siapapun yang mendengar merasa jengkel. Tapi tidak dengan pria Jeon itu. Dirinya hanya diam menanti kelanjutan sang bartender. Mengapresiasi keberaniannya tanpa menekan rasa hormat.
"Well, selamat datang di bar kami. Dan mengenai keberuntungan Anda, tunggulah beberapa saat lagi. Jika anda tidak terkesan, anda dapat menyalahkan saya." ujarnya sambil tersenyum miring pada pria Jeon tersebut.
"Kau sangat berani. Aku menghargai itu." tidak sia-sia pria Jeon itu ㅡJungkook Jeon, menapaki daerah Itaewon ini. Merasa terhibur oleh kesarkasan dan keberanian sang bartender. Hanya sedikit orang, yang mengetahui dirinya, yang masih berani menatap matanya. Lain hal penjilat dan para jalang diluar sana ㅡatau sang bartender salah satunya?
Mungkin dirinya akan menjadikan bar ini sebagai salah satu tempat favoritnya, ㅡmungkin.
Tapi dirinya berfikir, keberuntungan macam apa yang di katakan oleh bartender itu.