"Yoo...udah lama lo?" Tanya Egi. Seketika penantiannya berakhir. Hari ini dia memang sengaja menemui Egi untuk mengintrogasinya tentang kelakuan Rifyan yang akhir-akhir ini terlihat aneh.
"Lumayan, gue langsung ke inti masalah. Apa lo merasa kalau akhir-akhir ini ada yang berubah dari Rifyan?"
"Lo gak mengenal kata basa-basi ya?" Katanya sambil berdecak. "Gue lihat sih iya dan gue belum tahu apa sebabnya." Lanjutnya.
"Jadi lo pun gak tahu atau kura-kura dalam perahu lo?"
"Ceile, gak usah pake pribahasa segala. Gue emang beneran gak tahu. Kenapa gue mesti tahu sih segala urusan dia? Emangnya gue emaknya apa?" Egi memanggil pelayan dan memesan paket B, sementara Sera setelah ditanya memesan paket A. Hari ini mereka janjian di rumah steak Delarasa.
"Ya kan setahu gue, selain nongkrong sama gue, dia suka bareng lo. Kalau gue nanyanya ke tukang somay gak bakalan nyambung kan?"
Egi mencibir. "Asli, beneran gue gak tahu. Akhir-akhir ini setiap kali gue ajak jalan ada aja alasannya. Pulang ngantor langsung ngacir entah ke mana."
Sera menganggukkan kepala tanda setuju. Itu pula yang terjadi padanya. "Setiap kali gue samperin ke rumahnya juga, tante Ana bilang dia ke luar dan menyangka si kunyuk itu pergi bareng gue."
"Ini aneh." Gumam Egi.
"Banget. Biasanya kalau kelakuannya kayak begini pasti ada yang dia sembunyikan deh!" Seru Sera tiba-tiba.
"Kok gue mikir gitu juga ya?"
Mereka pun saling berpandangan.
Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang.
"Mending sekarang kita makan dulu biar bisa mikir lagi." Kata Egi yang langsung diangguki oleh Sera.
♯♯♯
Lo masih di mana sih? Gue udah di TKP nih!
Sms Egi baru dibukanya. Hari ini dia dan Egi memang berencana membuntuti Rifyan. Dia melirik jam dinding. Pukul 16.33 WIB. Dia menghela napas. Dari tadi dia memang belum beranjak dari mejanya karena mengerjakan RPP yang harus diserahkannya besok pada kepala sekolah. Dan sampai detik ini kerjaannya belum juga selesai.
Dia pun membalas sms Egi.
Gue masih di sekolah nih! Kerjaan gue belum kelaaar
Bah! Jadi gak sih kita nguntit si Rifyan? Sekarang gue ada di sebelah Sunda Rasa nih! Kalau target sih ada di Sunda Rasa, kayaknya doi lagi nunggu orang tuh!
Oh, ok deh. Tunggu gue ya! Kalo ada apa-apa kabarin gue secepatnya!
Okk bos!
Setelah mendapat balasan dari Egi, dia pun ngebut mengerjakan kerjaannya. Dan berharap hari ini akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya mengenai perubahan sikap Rifyan akhir-akhir ini.
♯♯♯
Pukul 17.48 WIB Sera baru bisa menghampiri Egi yang sedang menyembunyikan diri di antara pelanggan di warung tenda sebelah kanan Sunda Rasa. Dia langsung menepuk bahunya. Egi langsung kaget setengah mati melihat kedatangan Sera.
"Lo kenapa sih lihat gue kayak liat hantu aja?"
Egi gelagapan. "Gu-gue kan kaget! Normal kan?"
Sera mengangkat bahu acuh. "Lalu dengan siapa dia bertemu?"
"Itulah masalahnya... dia..." Perkataan Egi terpatah-patah.
"Kenapa? Jangan bilang lo kehilangan dia! Gue kan udah ke sini!"
"Bukan itu maksud gue! Dia ada kok tapi..."
"Mana?" Sera langsung berdiri untuk melihat keberadaan Rifyan.
"Tunggu! Gue jelasin dulu situa..."
Terlambat. Kedua mata Sera sudah menangkap sesosok lelaki yang mengenakan jaket abu-abu yang amat dikenalnya sedang menatap sesosok perempuan yang mengenakan jaket senada tetapi memiliki strip hitam di kedua lengannya.
Tunggu, dia tidak bisa memproses apa yang sedang dilihatnya itu. Lalu dia mengernyit. Kalau dia tidak salah mengenali bukankah itu Ratna? Teman dekat Hesti si ketua teater? Dia sampai pangling karena rambut Ratna sekarang sudah memanjang dan sengaja diurai, sementara dulu anak itu sering mengekor kuda rambutnya. Tetapi sedang apa Ratna bersama Rifyan saat ini...? Dan sesuatu di sudut hatinya berbunyi klik.
Ketika semuanya telah diproses oleh otaknya, perempuan berjaket abu-abu berstrip hitam itu menoleh ke arahnya, lalu tersenyum lebar melihatnya. Dia pun berseru, "Sera kan?!" Diikuti pandangan lelaki di sebelahnya yang langsung membeku di tempat.
♯♯♯

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
RomanceSera sudah mencintai Rifyan lebih dari sepuluh tahun. Selama ini dia bertahan di samping Rifyan demi membuat pria itu berpaling bahkan jatuh cinta padanya. Ketika rasa lelah menghinggapinya ketika kisah cintanya masih jalan di tempat, dia mencoba me...