Nineteen

5.9K 562 24
                                    

Jisoo mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menyesuaikan dengan sinar matarahari yang mulai masuk melalui jendela kamar mereka.

Jisoo sedikit terkejut saat dirinya berbalik, ia menemukan Seokjin yang sudah terbangun dengan posisi tidur yang menghadapnya dan kini pria itu mulai tersenyum pada Jisoo.

"Selamat pagi." Sapa Seokjin.

Jisoo pun mengatur posisi tidurnya agar sama dengan Seokjin, membuat mereka kini saling berhadapan.

"Selamat pagi, Oppa."

Keduanya tersenyum menatap satu sama lain seolah mereka saat ini meneliti wajah pasangan mereka masing-masing.

"Kau, mau bercerita padaku apa yang kau ingat?" Ucap Seokjin ragu. Tangan kanan pria itu berpindah mengelus kepala Jisoo.

Sedangkan Jisoo yang diberi pertanyaan seperti itu terdiam di tempatnya. Wanita itu berusaha menetralkan dirinya, apalagi sentuhan Seokjin di kepalanya saat ini semakin membuat Jisoo ingin mengeluarkan airmatanya.

"Oppa--"

"Tak apa kalau kau masih belum ingin bercerita. Aku akan menunggumu."

"Bolehkah aku memelukmu?" Ucap Jisoo dan hanya dijawab senyuman tipis oleh Seokjin.

Pria itu menarik Jisoo dan dengan cepat pula Jisoo memeluk tubuh Seokjin, menenggelamkan dirinya dalam pelukan pria itu.

Selama beberapa menit hanya keheningan yang tercipta di antara keduanya. Dengan masih saling berpelukan dan Seokjin yang masih mengelus surai hitam panjang Jisoo.

"Oppa..."

"Hmm?"

"A-Apa Oppa ingin seorang anak?"

Seokjin hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jisoo dan merenggangkan sedikit pelukan mereka, membuat Jisoo kali ini bisa melihat wajah Seokjin yang tersenyum padanya.

"Tentu saja aku ingin memiliki seorang anak."

Jisoo berusaha untuk tersenyum walaupun hanya senyuman tipis yang saat ini ia tunjukkan.

"Apa kau mengetahuinya?"

Jisoo sedikit bingung dengan pertanyaan Seokjin padanya.

"Tentang kau yang tidak bisa memiliki anak."

"Darimana Oppa tahu?"

Seokjin hanya tersenyum tipis dan kembali memeluk Jisoo.

"Kapan kau memeriksanya? Apa karena itu kau semalam mengatakan jika kau sangat takut?"

"Aku tidak tahu kapan aku memeriksanya. Tapi ada ingatanku yang kembali tentang itu." Ucap Jisoo dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Lalu, bagaimana Oppa bisa tahu?"

"Ibumu yang memberitahuku, satu hari setelah aku datang ke rumahmu untuk melamarmu saat itu."

Kini giliran Jisoo yang merenggangkan pelukan mereka dan menatap Seokjin. Cukup terkejut dengan ucapan pria itu sebelumnya.

"Lalu, kenapa Oppa tetap ingin menikahiku kalau Oppa sudah tahu yang sebenarnya? Oppa bisa mencari wanita lain, bukan?"

"Bagaimana bisa aku mencari wanita lain jika aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu?"

"Oppa, tapi--"

Jisoo tidak bisa menyelesaikan kata-katanya ketika Seokjin sudah menangkup wajahnya dan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya. Hanya sebuah kecupan sebelum Seokjin akhirnya melepas tautan bibir mereka.

Back To 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang