Bab I

9 1 0
                                    


"Aku mencium bau yang sangat lezat, Nyonya." Lea baru saja keluar dari kamar dan sedang berjalan menuju dapur untuk duduk di salah satu kursi meja makan. "Aromanya benar-benar membuatku sangat lapar."

"Mana adikmu? Panggilkan dia kemari, ini sudah hampir jam setengah tujuh."

' Lea menoleh ke arah ayahnya yang sibuk membaca koran. Bahkan ayahnya bertanya tanpa repot-repot menoleh kepada nya. Dasar.

"Jadi, Tuan Besar, berita apa yang menarik dari koran itu? Tampaknya koran itu lebih menarik daripada anakmu yang cantik ini." Lea memulai aksi merajuknya.

"Berhenti menggoda ayah mu, Lea. Bagi ayahmu Tentu saja kau kalah menarik dari koran itu," ujar Ibu nya yang kini mulai memindahkan makanan ke piring.

Lea memutar matanya kemudian menoleh kearah adiknya yang baru saja bergabung ke meja makan. "Benarkah begitu, Sar?"

Sarah, adik Lea, mengangkat sebelah alisnya. "Apa?"

"Apa menurutmu aku tidak menarik?"

Sarah mendengus, "Adrian tidak akan mau mengajak mu menikah kalau kau tidak cukup menarik baginya, Lee."

Lea memukul pelan lengan Sarah sembari tertawa kecil. "Bukan itu maksudku, ah tapi terimakasih telah mengingatkanku bahwa ada seseorang yang lebih menganggap ku menarik dibandingkan ayahku sendiri." Lea bermaksud menyindir ayahnya. Tak lama kemudian senyum lebar muncul di wajah cantik Lea.

Sarah yang melihat itu diam-diam ikut merasa senang. Kakaknya memang sangat beruntung. Dua bulan yang lalu, Adrian yang merupakan kekasih Lea, melamar kakaknya setelah menjalin hubungan selama dua tahun.

Adakah hal yang lebih indah dibandingkan ketika kekasihmu mengajak untuk membina rumah tangga?

Bohong jika Sarah mengatakan ya.

Jujur saja, pertanyaan sentimental begitu tidak cocok jika Sarah yang menjawabnya. Jika ingin menerima jawaban seperti itu lihat saja bagaimana muka Lea sejak dua bulan lalu. Hanya dengan melihat wajah kakaknya yang selalu tersenyum seperti orang bodoh maka semua orang dapat menyimpulkan satu hal.

Lea sangat bahagia.

Lea dan Adrian memutuskan untuk menikah di pertengahan bulan ini yang seketika mendapat penolakan keras dari orangtua kedua belah pihak. Setelah melalui perundingan akhirnya di dapat kesepakatan bahwa dua orang itu akan menikah bulan depan.

Sarah tak habis pikir dengan jalan pikiran Lea dan pacarnya yang ingin cepat-cepat menikah. Tentu saja Sarah tidak mengerti. Memiliki kekasih saja ia tidak pernah.

"Kalian berdua hati-hati di jalan," ucap Ayah setelah mereka selesai sarapan. Lea dan Sarah baru saja hendak beranjak dari kursi. "Kemarin terjadi kecelakaan di Jalan Gajah Mada dekat persimpangan yang ramai itu. Sebuah mobil menabrak anak kecil yang sedang berjalan kaki."

Suara klakson mobil terdengar dari luar.

"Benarkah, Tuan Besar?"

"Berhentilah bermain-main, Lea." Rafael, Ayah dua orang anak itu, melanjutkan, "Anak tersebut dilarikan ke rumah sakit karena kehilangan banyak darah dan...."

Suara klakson mobil tersebut terdengar lagi.

"Ck, dasar Ray tidak sopan," gerutu Lea.

"Dan kabar terbarunya," Rafael melanjutkan ucapannya yang terpotong tadi. "Si anak tersebut........"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 16, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love of lifeWhere stories live. Discover now