James masih menyandarkan tubuhnya di sofa. Dua buah koyo kini menempel di kepalanya. Berkali-kali ia mendesah dan mencebik, menatap sesekali ke arah layar handphone kemudian kembali mencebik kesal. Beranda Facebook, Instagram bahkan isi pesan whatsapp nya membuat rasa sakit kepalanya semakin menjadi.
"Julia sialan!!" James mengumpat. Kalau saja ia tidak ingat bahwa handphone miliknya berharga puluhan juta rupiah, sudah ia banting benda itu hingga pecah berkeping-keping.
Gosip atau lebih tepatnya fitnah yang disebar Julia membuat dirinya diburu hampir seluruh pewarta berita seantero kota. Job-job dan jadwal nya menjadi kacau balau akibat berita yang tersebar cepat bak virus flu yang mewabah musiman.
"BINTANG FILM TAMPAN DAN TENGAH BERADA DI PUNCAK KARIERNYA, JAMES REID, DIKABARKAN MEMILIKI KELAINAN, HOMOSEKSUAL!!"
Salah satu headline news yang sukses membuat James ingin mengajak Julia ngopi bareng kemudian mencampur kopi milik Julia dengan serbuk sianida. RIP Julia!! Batin James muak.
Rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya agar tak ada seorangpun yang dapat menemukannya. Bahkan puluhan wartawan yang masih berdiri setia di depan pintu kediamannya sudah ia perintahkan untuk pergi dengan memerintah security yang berjaga di kediamannya. Namun seolah tak ada jera-nya, mereka selalu kembali keesokan harinya.
********
"Gak ada syuting, Je?" Lauren turun dari lantai atas rumah mereka. Penampilannya menampakkan bahwa ia sudah siap hendak bepergian.
"Jadwal gue di cancel. Lu tahu kan masih seputar berita itu," jawab James memijat keningnya dengan kedua ibu jarinya. Mencoba meringankan penat yang melanda di kepalanya.
"Nadine udah dateng?"
"Gak usah tanya si jelek itu napa? Dia lagi ngatur jadwal gue yang berantakan di kantor manajemen," sahut James dengan malasnya. Belum hilang rasa kesalnya dengan ulah puluhan wartawan itu, kini ia harus mendengar Lauren menyebut manajernya yang super cerewet itu.
"Gue gak bisa pergi sampai nadz dateng. Gue gak bisa ninggalin lu sendirian," Lauren yang sudah terlihat rapi, kembali menghempaskan pantatnya di sofa.
"As your wish!!" James mengangkat dagunya. Menunjuk ke arah depan dimana seorang wanita berkacamata, masuk ruangan dengan tergopoh-gopoh.
"Busyet itu wartawan!!! Liat gue kayak mau nelen gue bulet-bulet!" Nadine merapikan rambutnya yang acak-acakan. Menghindari kerumunan wartawan adalah sebuah perjuangan besar untuknya hari ini.
"Syukur lu cepet dateng, gue bisa pergi," Lauren bangkit, tapi Nadine justru berdiri di hadapannya seolah menghalangi jalan Lauren.
"Lu gak bisa pergi, Lau. Lu bakal dikeroyok habis sama para wartawan itu. Dua security kita aja udah gak tampang manusia lagi tuh di depan sana. Udah persis es krim lambat dimakan, lumer!! Meleleh!!" perumpamaan Nadine membuat James memutar bola matanya.
"Waduh, gimana ni? Gue kan harus kerja? Mana si Alex gak bisa jemput gue. Trus gue pergi sama siapa?" khawatir Lauren sambil menengok ke arah jendela. Banyak manusia dengan menenteng segala macam merk kamera dan recorder disana.
"Lu gak usah kerja aja, Lau," usul James santai, membuat Lauren membulatkan matanya ke arah adik satu ayah namun berbeda ibu itu.
"Gila lu! Bisa di penalty gue!"
"Lha trus... Gue kudu gimana? Apa gue kudu acting pura-pura sakit trus dibawa ke rumah sakit kayak tersangka KPK yang lagi hits itu? Atau gue pura-pura amnesia aja sekalian, biar kalau mereka tanya gue tinggal bilang, kalian siapa, ya? Gue siapa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Ugly!!
FanfictionAdult Story!! 21+ (sebagian part di-private) James dibuat pusing tujuh keliling oleh ulah mantan kekasihnya yang menyebarkan gosip bahwa dirinya adalah pria homoseksual. Bukan tanpa alasan, Julia melakukannya untuk menghancurkan karier keartisan Jam...