"Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh Cinta. Tetapi, kita bisa memilih siapa yang patut kita perjuangkan."
Rambut hitam legam yang dibiarkan terurai bergoyang kesana kemari tertiup angin. Naelya menyusuri jalanan koridor sekolah yang tampak sepi karena jam baru menunjukkan pukul 06:15. Hanya ada beberapa siswa berlalu lalang. Kalau kalian berfikir naelya anak yang rajin. Sebaiknya segera singkirkan asumsi itu dari pikiran kalian. Dia berangkat lebih pagi dari biasanya bukan karena terlalu bersemangat mengikuti pembelajaran. Itu mustahil, tidak mungkin.
"Pagi mba, tumben jam segini udah berangkat?" tanya salah seorang penjaga sekolah yang sudah lumayan akrab dengan naelya.
"Pagi juga pak! Sekali sekali lah jadi anak rajin. Gak salah kan?" Naelya menjawab pertanyaan pak rahmat, sapaan akrab penjaga sekolanya itu sambil nyengir kuda.
"Pasti ada apa apa ini. Ya kan mba?" Balas pak rahmat seraya mengambil sapu di samping tempat sampah hendak mulai membersihkan koridor, rutinitasnya setiap pagi sebelum semua siswa berangkat sekolah.
"Hehe, bapak bisa aja. Nggak kok pak, nggak ada apa-apa. Lagi pengen berangkat pagi aja gitu." elak naelya seraya berpamitan pada pak Rahmat hendak melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas.
"Eeeeelll, demi apa woy?!" teriak histeris salah seorang dari dalam ruang kelas saat melihat naelya memasuki pintu.
"Apaan sih? Biasa aja elah, lebay amat." Balas naelya acuh.
"Ada apaan nih jam segini udah berangkat?" Tanya Dea, teman sebangku naelya. Dea memang rajin, dia selalu berangkat lebih awal dibanding teman teman kelas naelya yang lainnya. Amat sangat bertolak belakang dengan naelya.
"Harus ada apa apa ya baru gue boleh berangkat sekolah pagi?"
Naelya balik bertanya pada dea karena kesal sedari tadi sudah dua orang yang melontarkan pertanyaan semacam itu."Ya nggak juga sih. Cuma aneh aja gitu, lo kan biasanya sampe kelas pas bel masuk bunyi." Terdengar dari nada bicara dea yang masih penasaran.
"De, ga semua yang kita alami harus kita ceritain ke orang orang kan?" sahut naelya sambil menopangkan dagu di tangannya dan tersenyum kemudian.
"Kan gue bukan orang lain El." Dea menjawab sambil cemberut, pura pura ngambek. Walau sebenarnya dia tahu betul, naelya akan bercerita padanya saat semua dirasa sudah waktunya. Tinggal menunggu waktu saja. Kalau sekarang naelya belum ingin bercerita, artinya memang saat ini bukan waktu yang tepat. Dea paham itu.
"De? Ternyata gini ya rasanya?" kalimat yang dilontarkan naelya lebih kepada gumaman untuk dirinya sendiri.
-----
Bener bener baru belajar, maaf kalau masih banyak kata kata yang belum pas. Kritik dan saran yang membangun sangat dinanti lho ^^ Ya udah gitu aja dulu, maap kalau rada ga nyambung juga, HEHE. Maklum yhaa, masih pemula. Dan ga pernah punya pikiran buat bikin cerita dulunya. Auk ah jadi curhat :v Satu lagi, maap kalau misal ada typo. Saya orangnya sering typo gajelas masalahnya 😂😂😂
-hztttiwi, pacarnya kyungsoo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Rue : Don't You Trust Me?
Teen FictionTentang penunggu yang keras kepala menunggu hati yang tak juga menyadari, tak tau arah kembali. Selamat membaca! Baru pemula ^^