One

21 8 2
                                    

05:30
Kringgg.. Kringgg..

"Ughh.." Mencari-cari jam alarm yang berada di atas meja dekat kasur padat gue untuk di matiin.

Thiit. Bruk!!

"Zzzz.." Dan gue lanjut tidur lagi.

Oke, kenalin gue, Ida Pratama. Panggil aja gue Ida. Gue orang yang biasa-biasa aja. Karna keluarga gue dari orang biasa- biasa aja. Gue kerja di Butik Allien. Umur gue baru 19 tahun, status gue... Katakan aja gue single, hehe. Enggak di anggap tuh mantan-mantan lo Da. Uphs. Gue anak pertama dari Ibu dan Ayah gue. Ibu gue adalah seorang pedagang sayur pagi. Dan Ayah gue adalah seorang pahlawan di kepala keluarga gue, banting tulang sampe gue tamat sekolah SMA, dan semoga sampai adik gue tamat juga, gue bantu ko Yah, walau dikit-dikit sih. Kerjaan Ayah gue mulia banget, yaitu bebersih sampah kota. Walaupun Ayah gue hanya seorang bebersih sampah kota, gue bangga punya Ayah seperti Dia, yang sayang keluarga. Dan gue punya satu adik cowo, Dwi Rizki. Dia baru masuk SMA.

"Kak. Bangun kak. Bangun. Udah jam tujuh." Menggoyang-goyangkan badan gue, supaya gue bangun dari hibernasinya.

"Agrrhh.." Menarik selimut sampai menutupi kepala.

"Jam tujuh lo belum berangkat sekolah. Berarti lo boong." Gumam gue sambil merem melek.

"Yakan hari ini Minggu kakakku sayang." Sambil tarik-tarik selimut gue.

"Kakak emang enggak berangkat kerja!" Mulai kesal membangun kakaknya yang super hibernasi.

Menghelan napas dan membuka sedikit mata, "Uuhh, lo ngganggu aja sih. Hari Minggu itu tepatnya buat mager. Lagian gue juga shift sore. Jadi apa salah sih"

"IDAAA!!" Teriak ibu dari dapur.

Gue langsung bangkit dari kasur padat sempit gue.

Grubakk.

Karna posisi nyawa belum terkumpul nabrak deh sama pintu kamar gue. Dan adik gue tertawa tak karuan mendengar teriakan ibu memanggil gue.

"Bwahahaaa.." Tertawa lepas. "Noh, ibu teriak-teriak baru bangun. Ampun deh kakak gue." Masih enggak kuat melihat kakak gue yang larinya nabrak pintu kamar.

***

Sambil memegang jidat gue yang tadi nabrak pintu kamar, "Iya Ibuku sayang, Ida udah bangun nihh." Menunjukan wajah imutnya. Iih, ngeri sendiri deh liat wajah imut gue, bwahahaa. Jangan di bayangin.

"Anak perawan jam segini baru bangun. Apa kata besok kalo udah berumah tangga." Kata Ayah yang sedang minum kopi hangat di meja makan.

"Iih, Ayah apaan sih." Berjalan manja ala Syahrini menghampiri Ibu yang sedang mengaduk-ngaduk masakannya, "Masak apa Bu?"

"Sup", jawabnya singkat.

Sambil mencicipi sup yang pas gurihnya di tangan ibu, "Ya udah sana cuci muka dulu. Bantuin Ibu".

Berjalan menuju kamar mandi "Okeh!!" Sambil mengangkat jempol kanannya.

"Ibu, Ida mandi sekalian yah. Nyucinya ntar kalo abis mandi." Teriak gue dari dalam kamar mandi.
Ibu gue cuman menggelengkan kepala.

***

Selesai nyuci, nyapu, dan bebersih rumah gue merebahkan tubuh ke sofa.

"Huft!" Menghelan nafas panjang di ruang tengah.

"Harus yaa, cewe begini? Yang cowo aja jam segini lagi nglayab sampe mana." Ngomel-ngomel kelaparan. Bwehehe.

"Ya itu tugas wanita jika besok udah berumah tangga." Jawab Ibu yang tiba-tiba datang.

"Makanya, biasakan bangun pagi. Bantu-bantu ibu. Nanti kalo udah enggak sama Ibu, siapa yang mau beres-beres rumah selain kamu, Da." Ucap panjang nasihat sayang ibu.

Sambil mainan Hp, "Setiap pagi kalo Ibu pergi pagi juga Ida yang beres-beres rumah. Mana si Dwi mau bantuin kakak." Ucapnya sebal.

"Iya iyaa, gituh aja ngambek. Ingat ya. Kita ini hanya keluarga kecil dan berkecukupan. Yang enggak punya banyak harta. Jadi, jangan kebiasaan untuk nyuruh orang untuk mengerjakan apa yang kita bisa. Dan Ibu mendidikmu dari kecil supaya kamu bisa memahami arti hidup yang sesungguhnya." Ucap nasehat ibu lagi.
Gue hanya mendengarkan nasehat Ibu.

"Udah sarapan belom? Udah jam 10 loh" lanjut ibu.

Menggelengkan kepala, "Udah laper sih, tapi males ke dapur. Hihiii.." Cengir gue.
Ibu gue hanya menghelan napas dan geleng kepala.

***

Jam 14:45
Gue masih sibuk berdandan tipis melukis bibir tebal gue di depan cermin.

"Uhh, tebel banged enggak ya? Ngaklah." Mengoleskan lipstik warna pink tua di bibir gue.

Lalu mengecek isi tas untuk otw kerja, "Oke, siap."

"Bu, Ida berangkat kerja dulu yaa?" Teriak gue yang sedang memundurkan sepeda kesayangan gue.

Di ambang pintu depan sebelum gue pergi, "iya hati-hati di jalan. Kalo ada apa-apa telfon ya.." Ucap ibu sambil menunggu gue yang sedang ambil sepeda. Ya gue ke mana-mana masih dengan sepeda. Karena ya cuman ini kendaraan yang gue punya. Ada si motor, tapikan bukan milik gue. Milik Ayah gue. Kenapa enggak pake motor Ayah aja? Penginnya si gituh, tapi karna Ayah gue yang super sayang banged sama gue, gue belom di ijinin. So, katanya tunggu gue udah selesai sekolah. Ternyata? Yayayaa, inilah hidup gue. Gue bukan anak nakal ya bukan juga anak baik-baik. Cap, sedang aja. Gue anaknya itu nurut. Jadi apalah daya.

Cium punggung tangan Ibu "Oke, pamit ya Bu. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumsalam", ucap ibu sambil mengelus dada. Karna gue itu anaknya nurut. Jadi ibu gue bangga sama gue, walau gue anak malesan. Bwehehee.

***

Klekk!! Memarkir sepeda di depan Butik Allien. Ya seperti biasa, kalo berangkat shift sore berasa cepet banged. Gue kerja di shift sore dari jam 15:00 sampai jam 20:30 kalo lagi nggak banyak pembeli. Dan kalo shift pagi dari jam 08:00 sampai jam 15:00. Disini, saat gue jatah shift pagi, giliran teman gue yang shift sore berangkatnya telat mulu. Iih, gue sebel banged. Kalo gue jadi bos Butik itu, udah gue pecat tuh anak. Yaah, karna bos gue cantik dan baik hati di tambah care lagi, betahlah karyawan Butik Allien, yang selalu di injek-injek, ehh bukan maksudnya di sayang-sayang kaya gituh. (Dianggap adik gituhlah).

"Haii", sapa karyawan Butik Allien ke gue yang baru nginjek karpet merah. Wahh karpet merah. Alias (kesed) alas kaki.

"Hoiii", jawab gue mulai melangkah ke dalam Butik.

"Lo, sendirian mana yang lain?" Ulur tangan gue jabat tangan.

"Tuh di belakang, biasalah", jawab bete gitu. Karna Dia di tinggal sendiri di depan, sedangkan yang lain siap-siap pulang. Uuh, kasihan partner kerjaku yang ini.

***

Enggak terasa gelap mulai datang, luapan ngantuk ini mulai menghampiri. Ya, sudah jam 20:25.

Sambil mengecek komputer bos berkata, "Tutup aja gih, lagian udah sepi", perintah bos cantik. Gini nih, enaknya shift malam, berangkat telat pulang cepat. Wkwk.

***

Ceklek. Membuka pintu kamar gue. Btw karna nyampe rumah udah sepi, orang rumah gue udah pada ngebo, eh maksudnya udah pada tidur. Karna orang tua gue slalu mendidik anak-anaknya tidur awal dan bangun pagi. Kecuali gue. Ya dulu gue waktu masih sekolah masih bisa tidur awal bangun pagi. Tapi semenjak gue tamat sekolah kenapa tingkat malas gue jadi meningkat tinggi. Heran gue.

"Huft!!" Berbaring di kamar.

Sambil mainan hp yang sepinya kayak kuburan. Seperti biasa, stalker. Yaps, entah kenapa kalo mainan hp terus data on penginnya itu stalking orang. Terutama si doi tersebut. Who is he? Dia itu kakak kelas gue. Gue sempat naksir tuh, sama itu orang. Tapi hembusan angin apa gue enggak tahu. Sampai bom Bali meledak, dia gak respon gituh sama kode-kode yang gue buat.

Flashback On

"El, el.. Lo tau nggak, siapa tuh kakak kelas yang pake baju koko merah?" Tanya gue ke Ela yang rada gerogi. Gerogi? Haduh, hasrat apa yang buat gue gerogi cuman tanya itu orang.

To be Continued..

Sweet CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang