"Halo mas, saya mau cerita." Ucap seseorang yang juga berhenti karena hujan. Aku mengernyit dan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan siapa yang ia ajak berbicara. Tidak ada siapapun selain dia dan saya di depan tempat duduk supermarket ini.
"Saya ngomong sama masnya kok." Ucapnya dengan menghela napas panjang. "Saya sedih hari ini mas." Dia menghela napas lagi.
"Saya tidak pernah jujur dengan siapapun kalau saya sedih. Dan sekarang saya mau jujur saja". Hujan semakin deras dan perempuan itu menghela napasnya lagi. Apa perempuan ini semacam gila...
...
Tapi aku merasa bukan seperti ini. Wajahnya penuh rasa sakit dan...
Khawatir?Entahlah.
Aku tidak mengenalnya, tapi kenapa aku merasa harus mendengarnya?
"Intinya saya sedih sekali mas hari ini." Dia menghela napas yang lebih panjang.
"Mas pasti menganggap saya gila. Tapi bukan mas. Sungguh. Saya hanya butuh didengar. Dan mas satu-satunya orang yang punya kemungkinan kecil untuk bertemu saya lagi." Dia bangkit dari duduknya dan memperlihatkan gigi ratanya dan lesung pipi yang samar disebelah kanan.
Aku tidak yakin itu senyum tulus, mendengar ceritanya tadi. Tapi senyumnya itu
...
Ah, lupakan"Terima kasih sudah mendengar mas." Dia lalu berlari-lari menerobos hujan.
Dia meninggalkanku sebelum aku sempat berkata sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear you
Short StoryPercayalah, bahwa kenangan tidak akan pergi. Meskipun kepergianmu membawa jiwaku. Random thoughts, oneshot story sometimes