Dua Puluh Lima

34 7 2
                                    

Hujan tidak datang di hari kemarin, mentari yang tersenyum menyinari bumi tanpa ditutupi oleh sedikitpun awan. Tetapi tidak dengan hati gue, yang rasanya masih saja ketutup, tak bisa tersenyum.

Gue adalah anak yang sangat suka sekali sama hujan. Hujan itu sebuah anugerah yang diturunkan oleh Tuhan untuk menghidupi seluruh makhluk hidup yang berada di bumi. Panas tanpa hujan bagaikan hati tanpa cinta. Hati kadang disakiti oleh cinta, begitu juga dengan bumi kadang juga di sakiti oleh hujan. Segala sesuatu hal tidak baik jika berlebihan. Hujan jika berlebihan akan membawa sebuah bencana. Cinta juga demikian.

Nama gue Pradiksa Arya Wibawa, teman-teman gue banyak yang memanggil gue Arya, kadang juga yang usil manggil gue Pari. Tapi gue tidak marah, karena Pari itu adalah Padi, yang membuat semua orang didunia ini kenyang, dan melanjutkan hidupnya. Gue masih anak-anak yang baru menginjak usia tujuh belas tahun, anak yang masih pengen tau apa itu cinta.

Sebelumnya gue sudah merasakan sakit hati yang terhebat, ditinggal seseorang pas lagi sayang-sayangnya. Hari itu indah dipagi hari ketika bangun tidur, satu hal yang teringat ketika bangun tidur, yakni hari ini tanggal dua puluh lima. Katanya, masalah yang sedang kita hadapi atau yang sedang kita rasakan itu akan langsung teringat disaat kita bangun tidur. Gue berpikir positif tentang apa yang gue ingat. Hari itu adalah hari dimana sepuluh bulan yang lalu gue mengungkapkan perasaan yang pertama kalinya kepada seseorang. Dengan tiga kata jawaban yang membuat hati gue terasa sangat bahagia, tak ada orang yang sebahagia gue pada saat itu. Hanya gue. Dan tiga kata itu adalah "iya aku mau".

Gue belum tau apa itu cinta, bagaimana menjalankannya, dan bagaimana juga untuk mengakhirinya.
Gue takut pada waktu itu. Gue inget tentang kata-kata, hal yang paling membuatmu sangat bahagia juga akan dapat membuatmu sangat sakit. Hari itu juga gue teringat akan sungai, air mengalir terus tanpa henti meskipun banyak halangan yang menghadangnya. Hal itu membuat gue berpikir lagi, kenapa gue tidak seperti sungai, yang mengalir mengikuti sebuah arus.

Banyak hal yang tadinya gue tidak bisa, sekarang menjadi bisa. Hubungan gue dengan dia sudah berjalan sembilan bulan. Perjalanan sembilan bulan ini bukan tanpa tantangan, tetapi sangat banyak sekali tantangan didalamnya. Gue sekarang sudah bisa merasakan sebuah cemburu dan dicemburui, sekarang gue sudah bisa bersikap memperhatikan dan merasakan diperhatikan, gue sekarang juga sudah bisa meredam emosi ketika gue lagi marahan. Seperti yang sudah gue bilang, banyak hal yang tadinya gue tidak bisa sekarang menjadi bisa.

Gue bertemu dengan dia di sebuah rumah juice. Dia berbicara merencanakan hal apa yang akan dilakukan ketika hubungan gue dengan dia ini memasuki bulan yang kesepuluh. Dia merencanakan banyak hal, dan tidak ada rencana satupun dari gue. Satu rencana yang bakalan gue sambut dengan bahagia, yakni gue dan dia di bulan kesepuluh harus masih tetap bersama. Satu hal itulah yang menjadi rencana terindah.

Bulan kesepuluh tanggal dua puluh lima, gue bangun tidur, sudah ada pesan di HP gue. "malam ini kita ketemu di taman kota" pagi hari yang sangat indah.  Rencana gue berhasil, di bulan kesepuluh gue masih sama dia, berdua.
Kemeja warna merah gue persiapkan untuk malam nanti, gue berencana datang lebih dulu darinya karena gue ingin yang menunggu dia kali ini, sebelum-sebelumnya gue yang ditungguin.

Gue melihat jam ditangan, satu jam gue menunggu, gelas didepan gue sudah kosong tanpa sisa, disini gue merasa, bahwa menunggu adalah hal yang sangat membosankan, dan menunggu itu tidak enak. Berselang sepuluh menit  akhirnya dia datang, dengan wajah yang tidak tersenyum, mata yang merah dan agak bengkak. Gue bertanya "Kamu kenapa?" dia menjawab dengan tiga kata, dan tiga kata itu membuat  gue kali ini jadi orang yang terkuat di muka bumi ini, menjadi orang yang tiba-tiba merasakan sesak didada. "Kita harus putus" tiga kata yang selalu menempel di telinga, otak, dan hati gue hingga saat ini.

Gue tidak tau apa sebab dia menjadi seperti ini, dan dia membuat keputusan sepihak seperti ini. Hingga kini gue tidak tau kenapa hal itu tiba-tiba terjadi. Yang jelas kini gue merasakan hal yang baru, yang tadinya gue tidak tau apa itu patah hati sekarang sudah menjadi tau, dan yang tadinya gue tidak bisa bagaimana cara mengakhiri cinta, kini gue menjadi bisa. Seperti hal yang sudah gue sampaikan, dengan cinta kita awalnya tidak bisa akan menjadi bisa.

Mawar HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang