Senyuman kecil yang manis
"Awas!!"
Aku berteriak memperingatkan seorang cewek. Dengan sekejap, langkahnya terhenti. Dia menoleh ke arah suaraku. Cetak! Bola pingpong yang aku pukul mendarat keras di kepalanya.
"Aduh!" Dia tersungkur ke belakang karena kaget dan karena tak sempat menghindar. Semua terjadi begitu cepat.
"Alisa!" Suara sahabat-sahabatnya itu terdengar sangat panik.
"Kau tidak apa-apa?" Aku menghampirinya
"Hey! Kau punya mata nggak, sih?" Marah salah satu sahabatnya padaku.
Ocehan nya padaku tak ku gubris sama sekali. Mungkin akan panjang dan tambah rumit jika aku meladeninya.
"Sudah, Rin. Jangan marah-marah. Aw!" Dia meringis karena kesakitan. Matanya menutup. Ternyata bola pingpong yang terbuat dari plastik juga bisa menyakitkan.
"Sakit, ya? Sini aku bantu berdiri." Aku membantunya untuk berdiri.
Dia terus saja memegangi kepalanya yang terkena bola tadi."Mana yang sakit?" Tanganku memegang kepalanya untuk mengecek lukanya.
Tiupan nafasku mendarat di keningnya beberapa kali. Aku sangat panik.
"Sudah-sudah. Aku tidak apa-apa, kok!"
"Tidak apa-apa bagaimana? Ini lebam, harus diobati." Aku serius menatap lukanya.
Dasar cewek sok kuat. Tapi jika ku tinggalkan begitu saja malah nanti tambah rumit lagi. Benar-benar merepotkan.
"Tidak usah, nanti juga sembuh, kok." Dia mengelak dengan senyuman kecil untuk menyembunyikan rasa sakitnya itu.
"E, e, e..."
Tanpa kata-kata lagi, aku langsung menarik tangan kanannya dengan tangan kiri ku. Aku akan membawanya ke UKS. Aku meletakkan raket pingpong ku di meja pingpong.
"Woi! Kau mau kemana?" Teriak Jo temanku, tapi aku tidak menjawab.
Kita berjalan meninggalkan ruang olahraga. Aku berjalan di depannya, sambil terus memegang tangannya. Sementara dia terus memegangi keningnya.Kita berjalan melewati mushola lanjut melewati lapangan bola. Dia tidak bicara sama sekali.
"Tunggu, kita mau kemana, sih?" Dia menghentikan langkahnya.
Karena dia berhenti aku pun ikut berhenti. Aku tidak menjawab dan malah menatapnya. Dia sedikit terpanah karena tatapanku. Matanya fokus dan raut mukanya polos. Dia terpaku. Aku melepas genggamanku kemudian mendekat ke arahnya. Mukanya begitu pucat."Kamu mau apa?" Dia terus menatap kearah ku.
Aku berjalan ke sampingnya dan memegangi bahunya. Aku ingin dia terus berjalan. Aku sedikit mendorongnya untuk berjalan. Kepalanya mulai terasa sedikit pusing. Dia meringis. Jalannya mulai sempoyongan. Dan matanya sangat berat untuk di buka. Tapi dia masih berusaha agar tetap tersadar.
"Mukamu pucat sekali?" Aku mengajaknya bicara supaya terus tersadar.
Kakinya serasa berat untuk melangkah. Seperti akan pingsan. Dia sandarkan kepalanya di bahuku. Dia merasa tidak kuat lagi untuk berjalan. Dan benar saja, dia jatuhkan diri ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Yakin Kita Akan Bertemu Kembali
RomanceKisah tentang seorang cowok bernama Tobi Rama yang sangat membenci kebahagiaan setelah kepergian kakak perempuannya Karina Rama dan saudara kembarnya Shima Rama ke London di umurnya yang baru menginjak 5 tahun. 8 tahun sudah Tobi hidup tanpa senyuma...