Chapter 1

282 35 6
                                    

Writer by Linda_putri_riyadi

Semilir angin berhembus kencang melalui celah jendela lelaki tampan itu. Dipangkuannya terdapat sebuh gitar yang selalu ia main kan setiap malamnya untuk menghilangkan rasa rindunya terhadap seseorang.

Seseorang yang akan selalu tidak akan pernah absen dalam hati dan pikirannya. Sudah dua tahun pula kebiasaan itu menjadi hobinya tiap malam. Bukan hanya sekedar rindu, tetapi dengan bermain gitar pada malam hari itu lah yang memiliki arti tersendiri baginya.

"Belum tidur, Bang?" tanya Wanita dengan paras cantik diwajahnya walaupun usianya tidak muda lagi.

"Loh Bunda belum tidur? Tidur malem itu nggak baik buat kesehatan Bunda." tanya balik sang Putra sambil meletakkan gitarnya diatas sofa yang terletak diseberang ranjangnya.

"Abang nggak kreatif ih! Itu kan pertanyaan Bunda," ujar Bunda Lina.

Dengan langkah gontainya, ia berjalan mendekati sang Bunda yang sedang menutup gorden jendela kamarnya. "Maafin ali ya, Bun. Bunda pasti kangen sama Dia!".

"Anak Bunda yang sabar ya, Nak. Dibalik kangen nya Bunda sama Dia pasti kamu yang lebih kangen." nasehat Bunda Lina.

Ali! Lelaki tampan itu menumpahkan air matanya dibahu sang Bunda. Rindu yang selama ini ia rasakan sangat menyiksa batinnya.

"Bunda tau persis apa yang dirasakan kamu, tapi Bunda juga yakin Ali, anak Bunda itu bisa ngebuktiin ke dia, kalau kamu itu bisa membuat dia kembali sama kamu lagi." ujar Bunda Lina.

"Makasih banyak, Bun. Makasih Bunda udah mau menyemangati Ali, meskipun sebenarnya Bunda sangat kecewa sama Ali," isaknya pelan.

"Iya, Bang. Sekarang Abang tidur besok udah harus beraktivitas lagi biar semangat!" perintah Bundanya.

"Doa'in ya, Bun. Semoga besok-besok akan lebih indah bagi kehidupan Ali" pinta Ali.

"Selalu! Bunda akan selalu doakan orang-orang yang Bunda sayang" balas Bunda Lina dengan senyum yang menghiasi wajah ayu nya.

Setelah nya Bunda Lina mengecup dahi putra nya itu sambil menyelipkan doa agar putranya diberikan kebahagiaan dari orang yang ia sayang. Terutama dari seseorang yang dinantikan kehadirannya.

***

"Assalamualamualaikum Keluarga Samawa pemilik istana dikawasan Senayan City!" seru tiga Lelaki tampan .

"Eh ada Mas o AZA ya kan! Pasti mau ngapelin Den ganteng nih, iya kan?" tanya Mbok Ina, Asisten Rumah Tangga dirumah itu.

"Aih si Mbok sa aje dah. Kita kesini bukan mau ngapel kali Mbok, tapi kalau yang diapelin 'non cantik dirumah ini' baru bener! Awwww," teriak salah satu dari lelaki itu karena kakinya sengaja diinjak oleh temannya yang lain.

"Ngaco lo! Ayang mbeb gue tuh!" seru lelaki yang bernama Zidan.

"Eh, nama depan yang beda sendiri. Nggak perlu nge-sok milikin inces Mila deh, udah tau dia punya gue!" ucap lelaki bernama Abay sombong.

"Et dah! Temen-temennya Den ganteng pada sedeng semua yak?" tanya mbok Ina dengan logat gaul nya.

"Buset! ART zaman now nih kek begini yak? Ckckck" pikir lelaki bernama Aris.

"Waalaikumsalam para cogan Bunda, udah pada seger-seger yang mau nuntut ilmu ya? Udah sarapan belum" tanya Bunda Lina yang tiba-tiba datang dari arah pintu rumah.

"Emang ya! Doi terpeka itu Bunda, selalu merhatiin Zidan tanpa Zidan update status di BBM dulu." saut Zidan.

"Bunda itu doi nya Ayah ya, Zidan. Awas aja kamu nikung Ayah!" timbrung Rama, ayah Ali.

"Iya King paham,"

"Yah! Bun! Mila pergi dulu ya, ada piket dikelas pagi ini." pamit Mila, Kakak Ali.
Seseorang yang diidolakan teman-teman Ali.

"Kok buru-buru sayang? kamu kan belum sarapan!"

"Iya, Bun. Tapi aku ada kelas pagi ini, kalau aku piket terus dateng di jam biasanya aku berangkat sekolah nggak bakalan nututin,"

"Mending tambahin uang jajan nya aja, Hehe!" dengan mengandalkan muka imutnya karena dengan memasang muka imut itu lah yang membuat orang tuanya gemas.

"Pasti ujung-ujungnya duit!" bisik ayah Rama.

"Bun, ayah pelit!" adunya pada sang Bunda.

"Yah, anaknya belum sarapan loh! Nanti kalau sakit gimana? Ayo kasih uang saku nya!" suruh Bunda Lina

Dengan wajah girangnya ia, memamerkan gigi putih bersih miliknya. Setelah diberi uang berwarna biru itu. "Makasih Ayah sayang, makin sayang deh." rayu Mila.

Dengan berat hati Ayah Rama mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sekolah yang bener! Jangan foto-foto mulu buat dijadiin bahan post-an di IG!" ujar Ayah Rama.

"Iyaaa eh, kok Ayah tau?" ringis gadis itu.

"Mata kaki Ayah banyak, udah sana berangkat!" perintah Ayah.

"Mata-mata kali Prince!" sambil menyalim pada kedua tangan orang tua nya. Jangan lupakan mbok Ina yang memerhatikan keharmonisa keluarga Samawa depannya itu, juga tidak lupa Mila menyalim tangan Mbom Ina juga.

"Hai! And Bye! Trio AZA!" sapanya pada teman adiknya.

"Bye sayang!" kompak mereka. Kepalanya sambil menoleh ke arah Mila pergi.

"Siapa yang kalian panggil sayang? Kesayangan Ayah?" koreksi Ayah Rama.

"Kak Mila dong!" seru mereka.

"Oh, Mila."

"Iya, betewe kek nya ada salah deh." ucap Aris setelah beberapa saat kemudian mereka terdiam.

"Yang kalian panggil sayang itu kakak gue nyet," jawab Ali yang baru muncul.

"Udah yuk berangkat!" lanjut Ali sambil menarik tangan trio AZA.

"Eh, gue belum sarapan." kata Abay.

"Bodo! Udah kenyang juga kan, karena udah liat bidadari kalian?" tanya Ali.

"Iya sih, Kuy cus!" ajak Zidan.

"Hati-hati ya, jagoan Bunda." sembari menyalami Ali beserta trio AZA.

"Siap Bunda." balas keempat lelaki tampan itu.

~Bersambung~
nayla_fitri

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang