Yoongi tidak heran ketika netranya menemukan Jimin berada di serambi loftnya; gesture lelaki itu seolah menunggunya pulang. Terasa kasual—layaknya pacar. Tapi Jimin bukan pacarnya; tidak akan pernah menjadi pacarnya. Jimin membawa beberapa pengawal—mereka bersembunyi di balik rumpun di sekitar taman mungil loft Yoongi. Mengawasi; sekaligus mengantisipasi. Sedangkan Taehyung; kanan kanan kebanggaan Sang Raja Musim Panas, sibuk membuat origami dari sulur-sulur yang menempeli kakinya. Alih-alih memperhatikan huru hara yang akan pecah diantara Jimin dan Yoongi—Taehyung terlihat memiliki dunia sendiri.
"Sudah kubilang, jangan kemari."
Yoongi harus berseru, berpura-pura marah membuatnya lekas lelah. Tapi ia harus. Jimin itu bebal. Mereka sebaiknya tidak bertemu di waktu-waktu seperti ini; penghujung musim gugur dan peralihan musim dingin.
Sesungguhnya alasan lainnya Yoongi hanya takut. Musim Dingin sudah mendekat—ia hanya takut tidak mampu mengendalikan gejolak emosinya setiap mendekati pemuda itu. Dan akan berakhir menyakitinya. Walaupun kadang Jimin melakukan hal yang sama. Mereka selalu melakukan hal yang sama; menyakiti satu sama lain.
"Salahkan rinduku yang tidak tahu aturan, Yoon." Senyum Jimin yang menyilaukan; sehangat matahari senja di musim panas.Senyum yang pernah membuat Yoongi buta karena pesonanya.
"Pergilah, Jim."
"Oh itu bukan etika cara menyambut tamu yang baik,"
Yoongi menghela nafasnya. Menatap mata Jimin dengan kilasan permohonan. Sesungguhnya hatinya memungkiri; ia juga merindukan pemuda ini. Kesibukan mengenai ancaman perang yang dikoarkan faery gagak membuat mereka sedikit merenggang.
Toh Yoongi juga bersyukur—setidaknya ia melatih diri untuk melepas Jimin.
Tentu saja harus belatih. Berabad-abad bersama pemuda itu bukan hal yang mudah untuk dilepaskan; terlebih harus diikhlaskan jika nanti ia menemukan Ratunya yang hilang.
"Aku sudah bilang berkali-kali jangan kemari hanya untuk masalah sepele,"
Dan Jimin terlalu keras kepala.
"Rinduku bukan hal yang sepele. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu, itu saja."
Jemari Jimin terangkat hendak membelai pipi Yoongi. Namun tertahan di udara. Menahan diri. Tidak ada sentuhan. Sentuhan sekecil apapun hanya akan melukai mereka berdua. Cinta yang menyakitkan. Aturan yang menyesakkan.
"Ayo mencari udara segar,"
Toh Yoongi tidak punya pilihan untuk menolak. Ajakan Jimin adalah mutlak; Raja Musim Panas yang tidak bisa dibantah. Daripada harus berakhir dengan melukai pemuda itu, Yoongi memilih mengiyakan dan melebur emosinya. Hatinya pun tidak memungkiri, jadi apa kuasa Yoongi untuk berkata tidak?
.
.
Matahari yang tergelincir di ufuk barat membiaskan sinar jingga yang lembut. Daun-daun yang berhamburan serta angin musim gugur yang membawa kenangan. Yoongi dan Jimin berjalan berdampingan menyusuri taman. Alih-alih menikmati sore, mereka malah terlihat canggung satu sama lain. Leo—burung hantu milik Yoongi terbang mondar-mandir di sekitar tuannya, dan Taehyung sibuk berjalan diekori barisan origaminya seperti anak bebek.
Mata Yoongi teralih kepada faery Musim Panas yang bersuka cita menikmati air mancur. Mereka bersuka cita; sebelum menyembunyikan diri ketika sengatan hawa dingin datang. Mengingatkannya pada pertemuan dengan faery air beberapa waktu lalu. Perang semakin dekat, sebagai pemimpin tunggal Yoongi harus membangun aliansi untuk melindungi rakyatnya dari perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity [Minyoon - Pjm x Myg]
RandomBagi Yoongi; menjadi abadi dan mencintai Jimin sepanjang keabadiannya adalah anugrah. Ia mempercayai lelaki itu, memasrahkan hatinya-bahkan hidupnya. Hanya saja Yoongi bukanlah orang yang terpilih; Realita yang dihadapi Yoongi sekaligus menjadi resi...