🌸Selamat membaca🌸
●○•°☆°•○●
Seorang wanita keluar dari kediamannya dan menghampiri pria yang tengah menungguinya di depan rumah sambil berdiri bersender di kap mesin mobil.
"Hei, maaaf .. kelamaan nunggu ya?"
Pria itu menoleh dan berdiri tegak seraya tersenyum simpul. "Udah siap?" tanyanya balik tanpa memberi jawaban atas pertanyaan yang dilempar si wanita. Wanita itu mengangguk.
Sang pria pun membukakan pintu penumpang untuk si wanita. Setelah itu ia sendiri yang membuka pintu samping kemudi dan masuk ke dalam mobil.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Sebab orang yang mengemudikannya tidak ingin momen romantis berduanya bersama sang kekasih di dalam mobil berlalu dengan cepat.
"kita mau kemana Ren?" tanya si wanita pada pria di sebelahnya.
"liat aja nanti fi," jawab Rendi singkat. Menyisakan rasa penasaran yang semakin memuncak pada wanita di sampingnya itu, Asfi.
Kalau sudah seperti itu Asfi hanya bisa pasrah mengikuti. Karena sekeras apapun dia memohon agar diberitahu, sudah dapat ditebak ujungnya pasti Rendi akan diam seribu bahasa dan membiarkan Asfi yang terus memohon. Dan untuk kali ini Asfi lebih memilih diam dan melihat kejutan apalagi yang akan didapatnya dari sang kekasih.
Setelah lumayan lama melaju, mobil putih itu berhenti karena sang pengemudi menghentiannya. Tepat di tempat parkir mobil sebuah kafe, mesin mobil itu mati.
"Gak turun?" Asfi membuka suara setelah hening beberapa saat karena Rendi, si pengemudi mobil, tak kunjung turun setelah mematikan mesin mobil.
"Kenapa? ada apa? mau ganti kafe?" lanjutnya lagi khawatir.
Rendi menoleh. Menggelang yakin seraya tersenyum pada perempuan pujaan hatinya setelah ibunya yang saat ini tengah memandanginya khawatir. Rendi meraih tangannya lalu menggenggamnya lembut dan mengelusnya.
"Buka laci dashboard depan kamu sekarang?" Mata Rendi mengarah pada tempat yang di intruksikannya barusan.
Asfi menoleh sejenak dan kembali menatap Rendi dengan dahi berkerut.
"Buka aja dulu."
"Baiklah."
Tangannya yang bebas dari genggaman Rendi mendekat ke arah laci lalu membukanya perlahan. Sepasang manik matanya disambut dengan sebuah pemandangan benda kubus bermotif kotak-kotak teronggok manis disana. Ujung matanya melirik Rendi bertanya. Rendi hanya memberi anggukan kepala seraya tersenyum.
Kotak kubus itu telah berada di atas pangkuannya. Tangannya yang tertaut dengan tangan Rendi ditariknya perlahan untuk beralih tugas membuka benda kubus itu. Perlahan ia mulai membukanya. Sebuah benda yang biasa orang menyebutnya dream catcher tertata anggun di dalamnya. Ia terpesona akan keindahan dream catcher yang telah berada di genggamannya itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum yang manis. Meski sekarang pikirannya dipenuhi alasan kenapa kekasihnya memberi hadiah semacam ini. Tak mau terlalu lama berpikir dia pun bergerak menyampingkan badan hendak bertanya. Belum sempat ia mengutaran pertanyaan dalam pikirannya, orang di sampingnya terlebih dulu berbicara.
"Sebelum aku menjelaskan alasan kenapa aku ngasih benda itu, aku lebih dulu mau bertanya. Bener hampir sebulan ini kamu sering mimpi buruk?"
"Kok kamu tahu? pasti Riska yang cerita?"
"Aku anggap itu jawaban iya. Memang benar Riska yang cerita dan aku sangat berterimakasih padanya karena dia memberitahuku tentang ini. Lalu pertanyaannya kenapa kamu gak cerita sama aku?"
"Maaf." guma Asfi lirih dan menunduk.
"Aku memberikan itu atas saran Riska juga. Sebenarnya aku tidak terlalu percaya akan mitos dari benda itu, yang katanya mampu menangkal mimpi buruk. Karena aku lebih percaya pada Tuhan yang pastinya akan selalu menjagamu. Tapi setidaknya aku berusaha memberi sedikit harapan lewat benda itu bahwa mimpi buruk itu dapat ditepis oleh keyakinan bahwa kita mampu melawannya." Terang Rendi.
Hening sejenak.
Mulut Asfi terbuka dan mengalirlah cerita darinya.
"Sebelumnya aku mau bilang terimakasih banyak udah begitu perhatian sama aku. Aku juga mau minta maaf. Aku enggak ceritain ini sama kamu. Tapi ketauhilah satu hal. Kehadiranmu penangkal semua mimpi buruk. Keberadaanmu pemberi mimpi-mimpi baru yang indah. Aku tak begitu membutuhkan benda ini jika dream catcher pemberian langsung dari Tuhan sudah ada bersama ku. Aku tak butuh penangkal mimpi buruk dan penangkap mimpi indah. Karena kamu adalah penangkal itu. Karena kamulah penangkap mimpi indah untuk ku. Kamu lebih ampuh mengusir keburukan-keburukan itu." Asfi berhenti sejenak, mendongakan kepala menatap orang di depannya yang sangat ia cintai. Ia kembai melanjutkan ucapannya setelah menarik napas yang cukup panjang."Saat diriku terupuruk dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang kelam juga ketakutan akan masa depan depan yang suram, kamu datang menangkal semua keburukan itu. Kamu datang membawa harapan serta mimpi-mimpi indah masa depan. Karena kamu lah dream catcher yang sebenarnya aku butuhkan. Kamu lah dream catcher untuk ku. Kamu lah dream catcher ku Rendi. Kamu." Satu tetes bulir air mata lolos dari tempatnya sebagai penutup cerita Asfi.
Tangisan itu disebabkan karena ia kembali mengingat mimpinya beberapa hari ini. Mimpi yang menampilkan rekaman kenangan kengan buruk dari masa lalu. Kejadian buruk yang sudah hampir terlupa sejk kehadiran Rendi, kembali menghantuinya lewat mimpi sebulan tarkhir ini. Dan ia menyembunyikan semua itu dari Rendi semata-mata tak ingin membuatnya kahwatir.
Tak menunggu lama, Rendi pun menghapus bulir air mata dari wajah Asfi tertunduk kebawah. Lantas Rendi pun merangkul dan membawa Asfi ke dalam pelukannya yang menenangkan. Bukannya mereda Asfi semakin terisak dan airmata bertambah membanjiri wajahnya serta kemeja Rendi.
Rendi tak henti membesikkan kata-kata yang ia harap bisa membuat Asfi kembali tenang. Kedua tangan Rendi pun tak henti mengusap rambut serta puncak kepala Asfi dengan halus dan penuh perasaan.
Cukup lama mereka berada dalam suasana sedih itu. Hingga akhirnya Asfi mampu mengontrol dan menstabilkan kembali emosinya.
Rendi melepas pelukan itu perlahan dan menatap mata Asfi lekat-lekat. Pancaran matanya mengalirkan sebuah kasih sayang dengan jelas.
"Sekarang berjanjilah untuk selalu mencaritakan apa saja yang tengah menimpa dirimu. Entah itu baik maupun buruk. Aku juga berjanji akan selalu menjadi dream catcher untukmu. Menjadi penangkal mimpi burukmu. Menjadi penangkap mimpi indah untukmu. Karena aku adalah dream catcher mu Asfi."
Asfi hanya mengangguk tersenyum dan bergumam lirih. "Terimakasih." Mendengar ungkapan dari Rendi membuat Asfi kembali menitikkan airmata. Tapi kali ini air mata keharuan juga kebahagiaan. Tak ada kesedihan yang tersimpan dalam butiran air mata itu.
"Hei.. hei.. hei.. kok nangis lagi. Udah dong nangisnya. Jelek tahu kalau nangis mulu." Dengan cekatan Rendi menghapus cairan itu sambil tertawa ringan di ujung kalimat.
"Hish! kamu ya bener-bener deh. Tadi itu tangis kebahagiaan. Aku terharu tau denger kata-kata kamu." ucap Asfi kesal. Rendi tertawa melihat Asfi yang tengah kesal.
"Ketawa aja ampe lebaran kucing. Aku mau masuk kedalam. Mau ngasih makan cacing-cacing di perut."
*TAMAT*
Terimakasih telah membaca. Jangan lupa vote & coment😊
●○•°☆°•○●
"Jangan terlalu lama singgah, kembalilah."
Skr22
16 Jan. 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMULASI IMAJI
Short StoryTak sespesial karya terkenal. Hanya karya sederhana dari seorang pemula. So, mampirlah sejenak, aku tidak akan meminta untuk kalian menetap kok, karena aku bukan pacar kalian hehehe.... Semoga berkenan di hati kalian. Terimakasih telah singgah.