Entah ini semacam kelainan atau apa, yang jelas aku tak pernah menyukai sesuatu yang bernama cokelat. Bahkan sampai sekarang ini, saat umurku telah menginjak reamaja pun tetap saja sama. Aku tak pernah luluh oleh ocehan lingkungan sekitarku yang selalu saja mengelu-elukan manisnya benda cokelat itu. Jika di zaman sekarang banyak sekali remaja cewek seperti ku sibuk mengharapkan benda itu datang menghampirinya lewat pemberian orang terkasih, maka itu tidak berlalu padaku. Bagiku sisa masa kehidupan pemberian Tuhan terlalu berharga hanya untuk menyibukkan diri dengan khayalan yang menurutku konyol itu. Jika memang mereka suka dengan benda cokelat itu kenapa mereka harus repot menunggu pemberian dari orang lain? Kenapa mereka tidak membelinya sendiri? Sungguh aneh bukan? Rela menunggu demi hal yang belum bahkan tidak ada kejelasan untuk mereka.Sebenarnya wajar saja, jika remaja seumuran kami terlalumpau sering mengkhayal. Kami masih berada pada mode asik-asiknya mengkhayalkan suatu hal. Tapi, apakah tak ada yang lebih bermutu ketimbang sekedar menghabiskan waktu hanya untuk mengkgayalkan hal semacam itu. Misalnya, merenungkan kelajutan nasibnya nanti bagaimana jika telah lulus dari jenjang pendidikan ini. Akan dia bawa kemana langkah kakinya untuk meraih masa depan? Bukankah itu jauh lebih bermanfaat dan berguna. Entahlah.
Tak ada yang salah sebenarnya dalam hal ini. Semua itu murni karena sebuah hormon dalam diri remaja seperti kami sedang berada dalam proses peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Orang biasanya menyebutnya masa pubertas. Masa dimana perubahan fisik kami akan mulai berubah. Pemikiran juga mulai berubah, meski cenderung pada kata labil dan tidak konsisten.
Tak terelakkan, aku pun sering mengalamai hal semacam itu. Pemikiran kadang cenderung dangkal bahkan lebih dangkal dari pemikiran anak-anak, plinplan, gak konsis dan yang jelas labil. Ya benar, aku mengalami itu semua. Entah kenapa untuk yang satu itu terasa konyol jika ku lakukan. Tapi mau bagaimana lagi, apa hakku disini? Apa hakku men-judge sikap dan tindakan mereka sebagai hal yang konyol. Mungkin disini yang pantas di-judge adalah aku sendiri. Di-jugde karena kelainan atau apa ini, yang pastinya aku sendiri bingung mau menyebutnya apa. Pandanganku dengan mereka untuk hal yang satu itu sangatlah berbanding berbalik. Aku tak pernah sepaham dengan mereka untuk urusan yang satu itu.
Sampai saat ini belum ada yang berhasil mematahkan pemikiranku itu. Belum ada yang mampu mengubah jalan pikiranku tentang hal-hal yang berbau cokelat itu. Aku tak pernah mengharapkan datangnya hari itu. Berpikir dan membayangkan adanya hari itu saja hanya akan menambah rasa muakku saat ini. Tapi kembali lagi pada takdir yang mungkin membawanya datang. Aku tak pernah tahu kehendak yang telah Sang Maha Kuasa buat untukku di masa depan. Bisa saja saat ini aku telah berada pada titik yang akan mengantarkan dengan hari itu datang.
Berbicara mengenai takdir itu, aku merasa hari itu akan datang. Akhir-akhir ini ada anak kelas sebelah yang gencer mendekatiku dan berusaha merubah sudut pandangku itu. Dia mengoceh kesana kemari mengeni satu hal pembahasan yang yang sama setiap kali dia menemuiku. Ya, betul sekali. Cokelat. Memangnya apalagi yang hendk dibahasnya kalau bukan tentang cokelat-cokelat manjanya itu. Tapi sampai saat ini ia belum juga berhasil dan aku cukup kagum dengan kegigihannya.
Aku pernah memintanya untuk berhenti melakukan itu karena menurutku itu semua sia-sia. Seperti diriku yang tak kunjung berhenti menyudahi kelainan ini, dia pun keras kepala dan masih ngotot akan merubah sudut pandangku yang berbeda dari yang orang lain itu. Hei tunggu?! Bukankah yang berbeda dari yang lain itu istimewa? Arghh.. Entahlah pikirkanlah sendiri. Aku sedang sibuk dengan pemikiranku sendiri saat ini.
"Woi." Sentak orang di hadapanku yang sedari tadi mengoceh tapi ku abaikan. Aku lebih memilih berkelana dalam lamunanku sendiri. Aku bosan mendengar ocehannya yang selalu saja membahas topik yang sama. Selalu saja topik itu-itu lagi yang diperbincangkannya. Sungguh membosankan. Tak adakah bahan pembicaraan yang lebih bermutu dari cokelat.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMULASI IMAJI
Historia CortaTak sespesial karya terkenal. Hanya karya sederhana dari seorang pemula. So, mampirlah sejenak, aku tidak akan meminta untuk kalian menetap kok, karena aku bukan pacar kalian hehehe.... Semoga berkenan di hati kalian. Terimakasih telah singgah.