/1/

52 1 0
                                    

—Tyo Prakoso

"KINAN, KAMU TAHU, dipaksa menikah dengan seseorang yang tidak kita cintai adalah seburuk-buruknya takdir—dan takdir urusan Tuhan, memang. Tapi mencintai dan membenci itu sepenuhnya urusan manusia."

Kinan menatap sepasang mata perempuan beruraian air yang duduk di seberangnya. Mereka sepupu yang lahir hampir bersamaan—dari rahim perempuan yang berbeda, tentu saja. Ibu Kinan adalah adik dari bapak perempuan yang beruraian air mata itu.

Sudah sejak beberapa jam sebelumnya, mereka duduk di sudut perpustakaan pusat kota. Di meja berbentuk persegi dengan kayu terplitur terdapat beberapa buku yang tertumpuk dan sebagian terbuka dengan ditindih buku yang lain. Dita—perempuan yang beruraian air mata itu—melanjutkan kegeramannya, hingga akhirnya ia menghapus air matanya dan berkata kepada Kinan.

"Kinan, mengapa kamu diam saja? Kamu juga ikut tidak percaya, dan menolak keinginanku—seperti kedua orang tuaku?"

Itu kalimat yang diucapkan Dita sebelum ia mengucapkan kalimat yang sudah kita baca di muka.

Kinan getun—dan kita hanya bisa menduga apa yang dipikirkannya.

Adalah sebuah hal yang ajaib bila memang benar seorang perempuan ingin datang ke penghulu dan mengucapkan ikrar pernikahan dengan seekor keledai, karena keledai itulah yang telah memperkosanya dan kini ia sedang mengandung anak selama 7 bulan—itu satu dari sekian banyak dugaan kita atas apa yang dipikirkan Kinan saat mendengar kegeraman Dita. Sekali lagi, kita hanya bisa menduga kegetunan Kinan.

"NAK, kau tahu, aku dan ibumu semakin bertambah tua setiap hari. Kau adalah anak kami satu-satunya, dan kami hanya ingin kau bahagia serta memiliki anak-anak agar kami bisa melihat cucu-cucu kami sebelum kami meninggal dunia,"

Kata-kata itu kerap diucapkan oleh mulut yang bergetar dari seorang Bapak yang murung kepada Dita yang tengah sibuk dengan gawainya pada sebuah sofa yang di hadapannya terdapat teve yang menayangkan film lawas hasil restorasi. Ada kantung mata di tepi bola mata yang redup milik perempuan paruh baya yang duduk di seberang lelaki paruh baya itu.

Dita tidak menjawab dan menanggapi kalimat Bapaknya. Ia hanya tersenyum kepada Bapaknya, dan Ibunya—yang duduk di sampingnya, dan Dita masih saja menurun-naikkan layar-sentuh gawainya. Dita hanya mengerakkan bahunya seolah berkata pelan Iya, Pak. Aku tahu. Manusia mana yang tidak ingin bahagia? Kau tahu itu tidak keluar dari mulutnya, melainkan gerutuan di benaknya. Hingga Dita tidak acuh kepada Bapaknya, malah acuh dengan dunia di layar-sentuh gawainya. Ibunya hanya tersenyum melihat kelakar anak semata wayangnya.

Beberapa waktu sebelumnya, lelaki paruh baya itu, yang selalu tampak rambut peraknya tersibak ke belakang dengan menggunakan minyak rambut sehingga rambut perak itu berkilauan—lelah dengan persoalan yang itu-itu saja, dan duduk termenung menatap cangkir teh yang sudah tidak lagi mengepul—sudah lebih dari satu jam ia duduk di beranda rumah dan memikirkan bagaimana caranya anak perempuan satu-satunya untuk mau menikah, hingga akhirnya ia bangkit dari ketermenungannya dan mengatakan kalimat yang sudah Anda baca di atas. Namun sia-sia.

Kau tahu memiliki anak yang sudah berusia 32 tahun tetapi belum juga menikah adalah sebuah petaka—terlebih bila Anda berada dalam keluarga besar yang kerap berkumpul pada acara-acara tertentu, maka Anda tidak akan bisa menghindari dari pertanyaan: Anakmu sudah menikah? Berapa cucu-cucumu? dan sejumlah pertanyaan lain yang membuatmu seraya menjadi orang tua yang sia-sia.

Dita tahu sejumlah pertanyaan tersebut. Sebab ia kerapkali ikut dalam acara keluarga, dan ia dengar langsung pertanyaan-pertanyaan itu. Bahkan sejumlah pertanyaan langsung menyergapnya, dan tidak jarang ia menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan jawaban yang menunjukkan bahwa ia belum menikah bukan karena nasib atau kutukan menjadi perawan tua, melainkan pilihan yang dipilihnya secara sadar, sesadar ia memilih sambel kacang ketimbang sambel terasi saat makan pecel ayam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Perempuan Yang Ingin Menikah Dengan Seekor KeledaiWhere stories live. Discover now