Romeo and Rosalline

1.5K 96 24
                                    


"Kau tau Romeo dan Juliet?"

"Siapa yang tidak tau? Sebuah kisah cinta tragis dengan kematian sebagai peran utamanya." Pria itu terkekeh, namun sedetik kemudian ia menatap laki-laki di hadapannya. "Kenapa?"

"Tidak..., hanya saja aku bertanya-tanya."

"Tentang?"

"Bagaimana jika ternyata di balik cerita tersebut, ada sebuah luka yang tersembunyi. Yang tidak pernah diketahui orang lain."

"Siapa maks—"

"Rosalline. Sahabat masa kecil Romeo, sepupu Juliet. Bagaimana jika pada akhirnya Romeo memilih untuk tinggal bersama Rosalline. Apakah Romeo akan tetap mati pada akhirnya?"

"Tidak. Kurasa tidak."

"Lalu?"

"Hanya Juliet yang akan mati."

***

[Mengenalmu adalah suatu keberuntungan]

"Yoon Jeonghan," aku mengulas senyum tipis, "kalian bisa memanggilku apa saja."

Ketika semua mata tertuju padaku saat itu, untuk beberapa alasan aku menjadi sangat gugup. Kutatap satu per satu manusia di dalam ruangan ini, meneliti mereka bergantian, atau lebih tepatnya berusaha mengingat wajah-wajah tersebut.

Kemudian pandanganku terjatuh kepadamu.

***

"—salam kenal."

Aku duduk di satu-satunya bangku kosong yang tersisa di sana. Hari ini seharusnya menjadi hari ketiga aku masuk di tahun ajaran baru, namu karena urusan yang harus kuselesaikan terlebih dahulu, aku terpaksa mengajukan surat ijin untuk beberapa hari.

"Senang mengetahui kita satu sekolah, Hannie." Aku merinding ketika mendengar suara tersebut. Suara rendah yang selalu berhasil menggelitik punggungku ketika ia berucap.

Hong Jisoo. Aku menemukan dirinya duduk tepat di samping bangkuku, dengan senyum lembut seperti biasa. Di detik itu aku merasa tahun-tahunku akan sangat menyenangkan.

Aku membalas senyumnya. "Lama tidak berjumpa, Soo."

"Ya, cukup lama. Aku jadi bertanya-tanya apa kau merindukanku...," ia terkekeh, bersamaan dengan rona merah yang menjalar di sudut-sudut pipiku.

Sulit untuk mengakui ini tetapi bersama Hong Jisoo, jatuh cinta terasa sangat mudah.

***

Aku berada di ruangan komite sekolah sore itu. Hanya ada kami berdua yang tengah membereskan kertas-kertas hasil rapat tadi. Tidak ada yang berani membuka percakapan, atau hanya aku yang terlalu lelah bahkan untuk sekedar bersuara.

"Kau mengenal Hong Jisoo." Aku menatapnya, terkejut. Aneh bagiku ketika seseorang memberi pernyataan seperti itu. Namun beruntungnya aku cukup lihai mengendalikan diri sehingga apa yang kulakukan hanyalah melempar senyum kepadanya.

"Begitulah. Kau mengenalnya?" berusaha mengalihkan rasa gugupku, aku memainkan ujung kertas yang tadi sudah kurapikan.

Diam beberapa saat di antara kami, hingga aku memutuskan untuk menatap ke arah Kyulkyung.

"Kami... teman masa kecil."

Dia tersenyum, seolah sedang mengejekku.

***

Aku tidak pernah menghitung seberapa banyak aku berterima kasih pada Tuhan untuk senyum yang kau berikan padaku dalam sehari.

Namun pada hari ini, ketika kakimu melangkah masuk ke dalam kelas, dan dengan senyum itu menghampiriku, untuk pertama kalinya aku tidak mengharapkan adanya senyum tersebut di bibirmu.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang