Warn: SMUT, misstypo(s)
-Tidak didedikasi untuk anak di bawah umur heuheuheu-
***
Suara goresan pensil di atas kertas berhasil membuat ruangan ini terasa hidup sekarang. Sepasang mata hazelku sudah sangat lelah, namun kupaksakan diriku untuk tetap terjaga selarut ini, menghidupkan imajinasi-imajinasi dalam kepalaku ke atas kertas.
Ruang kerjaku memang berantakan. Dan semakin berantakan sejak satu minggu yang lalu. Tak jauh dari kertas-kertas yang menumpuk, kubiarkan laptopku menyala menayangkan proyeksi bangunan setengah jadi. Sementara di sini lah tanganku berada -di atas kertas dengan sebuah pensil tipis yang sejak tadi tidak menemukan akhirnya.
Aku menyesap gelas kopiku yang ketiga malam itu. Setelah menggambarkan sudut-sudut yang pas, kutempel gambar tersebut dan mulai memotong-motong karton, membentuk kubus.
"Kau belum tidur juga."
Aku tidak pernah mengunci ruang kerjaku. Jisoo akan marah jika aku melakukan itu, pria tersebut senang menyelinap diam-diam ke dalam sini ketika aku sedang bekerja hanya untuk memaksaku tidur atau makan.
"Sebentar lagi."
"Kau juga bilang begitu kemarin, dan kemarinnya lagi."
Tahu apa yang akan terjadi setelah ini, kubalik tubuhku dan menemukannya yang ternyata tengah menatapku tajam dengan mata kucing itu. Ia berjalan mendekat, melirik kertas lecek yang dipenuhi goresan-goresan salah.
"Tidur sekarang, Han. Proyekmu tidak akan lari hanya karena kau tidur satu malam saja."
Aku mengambil ikat rambutku yang sebelumnya kuletakkan di atas meja. "Aku akan tidur setelah menyelesaikan ini."
"Kau tidak tidur sejak kemarin."
Kubuang napasku, lelah. Ya, saat ini aku sedang lelah dan berdebat dengan Jisoo bukanlah pilihan yang baik. Kutarik helai-helai rambutku ke belakang dan berusaha mengikatnya. Aku meringis. Sialan. Sepertinya jariku luka lagi.
"Kau ke-terluka lagi?" ia menarik lenganku, memerhatikan jari-jariku yang kurus, dan benar, ada bercak darah yang tidak kusadari sebelumnya di sudut jempolku. "Kenapa kau selalu melukai jari-jarimu, huh?"
"Aku tidak sadar, Soo. Lagian, tidak terasa apa-apa."
Kami saling bertatapan. Jisoo dengan matanya yang memicing, memaksaku tidur, dan aku dengan tatapan keras kepala seperti biasa-tetap menolak perintahnya.
Ia menghembuskan napas kasar. Aku tahu dia sedang menahan emosi saat ini. Tapi, maaf Jisoo-ya ada hal penting yang harus kukerjakan seka-
"Aku tidak peduli apa jawabanmu, Hong Jeonghan."
-dia menarikku secara paksa!
Aku berusaha melepaskan cengkramannya, bahkan hingga ia mendorongku ke tempat tidur kami, jari-jarinya masih mencengkram pergelangan tanganku.
"Tidur sekarang."
"Lepaskan, Jisoo-ya! Kau tau aku tidak bisa meninggalkan proyekku."
"Kau masih memiliki beberapa hari hingga deadline, dan aku hanya memintamu untuk tidur sampai besok pagi, Han."
Aku menatapnya, memohon. Namun dia sama sekali tak menggubris permohonanku. "Aku berjanji hanya sebentar, Soo. Sedikit lagi."
Dan dia tetap menggeleng. "Lebih baik kau mengikuti perintahku untuk tidur malam ini, atau," ia diam sejenak, menggantungkan kalimatnya dan sedetik kemudian menatap ke dalam mataku sambil menyeringai. "Kubuat kau mendengkam di dalam kamar seharian."
Aku semakin berontak dalam genggamannya. "Kali ini aku serius!"
Dia semakin mendorongku agar berbaring. Entah bagaimana caranya, tubuhnya yang tidak jauh lebih besar dariku itu berhasil berada di atasku. "Ternyata kau lebih memilih cara yang kedua."
"Y-yak Jisoo kenapa kau menatapku seperti itu. Yaa! Hentikan! Aku lelah-ahh Jisoo b-baiklah aahㅡ"
Dan malam ini terasa jauh lebih panjang daripada malam-malamku sebelumnya di ruang kerja.
Dasar Hong Jisoo kuranga ajar!
***
Adakah yang bersedia mengajariku bikin enceh enceh :"""
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
RomansaJiHan's fanfic collection. Warn: boyxboy Top!Jisoo bottom!Jeonghan