Bab 2

1K 93 8
                                    

"Bersyukurlah aku tidak menghukummu lagi kali ini Soeun, Jika tidak kau akan tahu apa akibatnya." Geram seorang guru perempuan yang kesal akan tingkah laku Soeun yang menurutnya menyebalkan.
Kini Soeun sedang berada di ruang guru  untuk menyelesaikan urusan Tentang ke pindahannya dari sana.

"Dan aku bersyukur kau keluar dari sekolah ini, Aku senang akan hal itu."

"Kenapa kau diam hah? Kau merasa malukah atau apa?."  Yang di tanya hanya melirik sekilas enggan untuk menjawab pertanyaan sang guru. Lalu guru itupun langsung memukul-mukul kepala Soeun keras dan berulang sedangkan Soeun hanya diam tidak membalasnya.

"Hah! Sungguh aku sangat membencimu, sekarang keluar dari sini." Ucap sang guru mengusir Soeun. Sebelum Soeun keluar dari ruangan sang guru, Soeun bergegas membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas lantai marmer berwarna putih. Lalu Soeun pun keluar dari ruangan itu, Sebelum Soeun benar-benar keluar dari sana sang guru berkata sesuatu yang membuat Soeun menghadap ke arahnya.

"Apa kau tidak memberiku salam perpisahan Soeun?." Tanya guru Han sarkastik seperti meremehkan Soeun.

"Saat kau berjalan di malam hari perhatikan di belakangmu, Bahkan orang sehat sekalipun akan mati jika mengalami kecelakaan kecil." Kata Soeun santai sambil tersenyum miring.

"Berengsek!!." Ungkap guru Han sambil melayangkan tangannya ingin menampar pipi Soeun dan Soeun pun menahan tangan sang guru agar tidak bisa menamparnya. "Aku bukan muridmu lagi. Jadi jangan harap kau bisa memukulku seenakmu saja." Lalu tangan sang guru yang masih berada di genggaman Soeun di hampaskan dengan kasar. Dan Soeun pun keluar dengan perasaan senang.

√√√√√√√

Di atas sana awan sangat cerah dan indah. Saat siang hari kota Seoul terlalu ramai akan kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Di sisi kanan jalan terlihat kedai-kedai yang berdampingan dengan nama-nama yang berbeda. Lalu di sisi kiri terdapat pohon-pohon yang berjejer dengan rata. Sebuah mobil sport Lamborgini melaju kencang di sisi kiri yang sepi akan kendaraan lainnya, Di dalam mobil tersebut seorang pria sedang mengkhawatirkan seseorang yang masuk rumah sakit. Pria tersebut memencet tombol hijau yang berada di ponsel canggihnya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo! Bagaimana keadaan ayahku di sana Grant, Ayahku baik-baik saja 'Kan?." Tanya Kim Bum langsung saat mengetahui panggilannya tersambung.

"Ayahmu baik! Malah sangat baik. Beliau hanya pingsan, Sepertinya beliau kurang beristirahat." Terdengar helaan napas lega di seberang telepon, Dan Grant yakin helaan napas itu dari Kim Bum.

"Apa kau sudah merasa tenang sekarang?."

"Sedikit."

"Ada dimana kau sekarang?."

"Di belakangmu." Jawab Kim Bum sambil mengangkat tangannya dan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Lalu Kim Bum pun mengakhiri panggilan tersebut dan menghampiri pria yang sebaya dengannya.

"Kau mengejutkanku! Sejak kapan kau berada di sana eoh?." Seru Grant heran dengan teman yang satu ini.

"Sudahlah jangan di pikirkan tentang itu. Ayo antar aku ke kamar inap ayahku."  Kata Kim Bum sambil merangkul pundak Grant dan mereka berjalan beriringan.

√√√√√√

"Ini tempat nenek! Kenapa ayah membawaku kemari?." Tanya Soeun melihat ke arah ayahnya dengan pandangan marah. Dan ayahnya Kim Jong Il tidak menggubrisnya.

"Kau akan tinggal dengan nenekmu di sini. Jangan berbuat ulah. Mengerti!."

"Kenapa? Kenapa?? Kau malu mengakuiku sebagai anakmu hah? Apa kau lebih mementingkan keluarga kecilmu itu eoh? Jawab ayah!!."

"Jangan bicara omong kosong!  Itu semua karena mu."

"Karena ku? Kau menikahi wanita jalang itu karena ku_" tunjuk Soeun pada dirinya sendiri. "Omong kosong!." Tandasnya.

Plakk!!!

Satu tamparan mendarat di pipi Soeun dengan mulus. Dan Soeun pun tertegun menerima tamparan keras dari sang ayah.

"Jangan bicara sembarangan, wanita jalang yang kau sebut tadi adalah ibu tirimu, Kau paham."

"Ayah menamparku hanya karena wanita itu? Luar biasa sekali. Ayah meninggalkan ibu demi wanita itu sampai ibu kecelakaan dan akhirnya ibu mati. Apa kau tidak puas membuat ibu mati? Jika iya bunuh saja aku sekalian agar semua kotoranmu bersih tidak ada di dunia ini lagi!!!." Teriak Soeun frustasi saat ayahnya mengabaikannya dan lebih memilih memasuki mobil serta menghidupkan mesin mobilnya.

"Itu uang untukmu. Jangan menelpon ayah lagi sampai kapanpun! Kau mengerti." Lalu Kim Jong Il menjalankan mobilnya meninggalkan Soeun sendirian.

"Jangan tinggalkan aku ayah!! Kau tidak boleh seperti itu! Aaakkkhhhh!!!!." Teriak Soeun lalu terduduk di aspal dan menyembunyikan kepalanya di sela-sela kedua lututnya.

"Sudah jangan menangis. Kau sangat jelek saat menangis Soeun." Merasa ada suara yang menyerukan namanya Soeun langsung mendongak siapa yang menyebut namanya. Dan tepat saat melihat ke atas sang nenek lah yang berbicara tadi.

"Nenek!!." Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan yang di ucapkan Soeun dengan lirih.

.
.
.

Nihao! Aku kembali bawa part 2. Aku harap tidak mengecewakan kalian..
Jangan maaf update nya lamaaaaa bangettt. Gpp kan. Jangan lupa komentarnya n vote kalian aku tunggu....
N sadar sedikitnya yahh chinguuu😂😂😂😂

TBC....

Terbit,
Jumat, 24 Nov 2017.

RESCUER ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang