langit-langit senja- part 2

184 3 0
                                    

Dia sangat tampan. Tinggi, tegap, berkulit putih, berambut hitam lebat, matanya hitam dan lebat dan bibir kecil kemerahan menghiasi wajah nya. Bila dia tersenyum atau tertawa sederet gigi putih nya akan terlihat, aku tidak begitu mengagumi lelaki tampan karena menurutku aku akan menghabiskan banyak waktu untuk menjaga nya dari tatapan wanita lain. Tapi tingkah laku nya lah yang membuatku jatuh hati. Ia lelaki yang mapan tapi dia tidak sombong dan perilaku nya sangat sopan

            Aku bertemu gio pertama kali diLombok, gio yang berprofesi sebagai arsitek sedang mengerjakan pembangunan rumah mbak dian sepupu ku, mas ari suami mbak dian teman baik gio, disitulah awal nya aku dan gio berkenalan. Tapi awal perkenalan itu hanyalah sebuah perkenalan bagiku, karena sekali lagi aku tidak tergila-gila pada pria tampan, lelaki idaman ku seperti ayah, sederhana namun bersahaja, aku hanya ingin pria yang menjadi pendamping ku bernilai tujuh, sedikit aneh, ketika teman-teman ku memasukkan kriteria pria tampan dalam list pacar mereka, aku tidak terlalu memikirkan itu.

            Hari minggu itu mbak dian mengajak ku keliling Lombok, gio juga diajak meskipun katanya dia sudah hapal semua tempat wisata di Lombok, walau duduk bersebelahan dengan gio di dalam mobil tak ada hal yang kami bicarakan, gio asik ngobrol dengan mbak dian dan mas ari tapi aku menangkap gelagat gio yang ingin mengajakku bicara namun urung karena aku lebih sibuk berkutat dengan ponsel ku.

            “ Sibuk amat sih ja ama tu handphone, nikmati donk jalananLombok” ucapan mbak dian membuatku mengalihkan pandangan. Aku hanya nyengir menanggapi ucapan mbak dian

            “ Apa karena disebelah kamu ada cowok ganteng yang bikin kamu kurang nyaman?” sambung mbak dian, dan aku hanya kebingungan untuk menjawab apa

            “ Eh.. gak gitu mbak” sanggahku, dan disambut tawa mas ari, dan pria yang disebelahku ini tersenyum penuh arti.

            Pantai sengigi menjadi tujuan akhir kami hari itu, aku ingin melihat langit senja di pantai senggigi. Aku memilih menjauh dari tempat dimana mbak dian, mas ari dan gio duduk, aku ingin menikmati senja sendirian.

            “ Sunset yang indah ya”

            Suara laki-laki menggangu kegiatan yang paling kusuka ini,

            Aku malas menjawabab nya dan mengalihkan pandangan ku dari langit senja itu

            “Ia” jawabku pelan tanpa melihat ke arah orang yang bicara padaku

            “ Kamu juga sama indah nya dengan langit senja, sama seperti nama mu”

            Aku terkejut mendengar perkataan itu, dan memalingkan wajah kearah orang yang mengucapkan nya barusan, aku melihat gio berdiri disebelahku sambil menatap kelangit. Kemudian dia memalingkan wajah nya kearah ku.

            “ A-pa.?” ucapku terbata-bata.

            Gio hanya tersenyum

            “ oleh duduk disini,?” ucapnya menunjuk kea rah tempat duduk disebelahku, aku hanya mengangguk

            “Menikmati ciptaan tuhan gak boleh sendirian donk,” ia lagi-lagi tersenyum

            “ Kenapa” aku menatap nya

            “Kurang romantis”

            Aku tertegun mendengar perkataan nya.

            Gio tertawa memamerkan  sederet giginya yang rapi.” Aku hanya bercanda, jangan pasang wajah serius gitu donk”

            Aku tersenyum kecil, gio mengacungkan jempol nya kearahku

            “nice smile”

            Aku mengalihkan pandangan mataku ke langit senja lagi, ada rasa bergejolak di hatiku ketika gio mengatakan kalimat barusan. Dan hari itu aku tak sendiri menikmati langit senja, aku baru tau berbeda rasanya menikmati langit senja dengan orang lain. Langit senja hari itu terasa lebih indah dari biasanya

            Setelah minggu sore itu menikmati senja bersama, aku dan gio lebih banyak bicara, dia selalu ceria dan humoris, sangat berbeda denganku yang kaku, liburan ku seminggu diLombok terasa lebih manis dengan kehadiran gio, gio selalu mengajak ku jalan –jalan di sore hari sambil menunggu senja tiba. Sampai saat aku akan pulang keJakarta gio juga mengantarku ke bandara.

            “ Pekerjaanku selesai minggu depan, aku akan menemui mu diJakarta nanti” ujar gio sesaat sebelum aku berangkat. Dan yang tak terduga olehku, gio menggenggam tanganku erat, seperti seorang kekasih yang akan melepas kekasih nya yang akan pergi.

            Menunggu seminggu rasanya begitu sangat lama, dikampus kedua shabatku dinda dan nada heran dengan sikapku, mereka bilang sangat aneh melihat seorang senja anandita sedang kasmaran, dalam satu hari entah berapa kali aku membuka ponsel ku untuk melihat foto-foto ku bersama gio di Lombok, dan aku akan tersenyum saat memandangi foto-foto itu

           “Cinta—cinta, membuat orang yang waras menjadi gila” dinda mengeleng-gelengkan kepala nya melihatku lagi-lagi memandangi foto-foto itu .Aku mengacak-acak rambut dinda yang kemudian disertai teriakan kencang dinda. Dia bersungut-sungut menatapku, aku dan nada hanya tertawa melihat rambut dinda yang menjadi benar-benar berantakan

            “ Senja gila, merusak style aku aja dech” dengan bibir nya yang masih di monyongkan, dinda merogoh tas nya dan mengeluarkan cermin dan sisir.

            “ Gak usah disisir lagi nda, bisa jadi tren terbaru tu rambut” nada berkata dan kemudian tertawa lagi.

            “ Kamu yakin ja, gio bakal nemuin kamu lagi” ujar dinda sambil menyisir rambut nya

            “Yakin 100%” kataku mantap

            “ Cie.. yang lagi jatuh cinta semangat amat sih,” nada yang duduk di sebelahku menyikut lenganku, aku hanya tersenyum

            “ Tapi aku senang loh senja jatuh cinta” kata nada lagi

            “Kenapa” tanyaku heran

            “Jadi lebih ceria gitu, gak kayak biasanya”

            “Emang aku biasanya gimana, kayaknya sama aja deh”

            “ Ia, sekarang jadi lebih ceria gak kayak dulu”. Dinda dan nada senyum-senyum penuh arti,

            “ Emang dulu kayak apa sih” Tanya ku penasaran

            “Kayak nenek lampir” ujar dinda dan nada bersamaan, kemudian mereka berdua berlari menjauhi aku.

            “ Dinda, nada, sialan loe berdua” aku berteriak kencang, mereka berdua menjulurkan lidah padaku dari kejauhan.

            Seperti nya apa yang nada dan dinda bilang benar, aku berubah semenjak mengenal gio, aku dulu sangat kaku, dan kehadiran gio memberi perubahan dalam hidup ku

            Resminya aku dan gio berkencan tiga bulan setelah kami saling mengenal, dia mengatakan dia mencintaiku. Gio memberikan kejutan dengan merangkai kelopak mawar merah menjadi tulisan “I LOVE YOU” di depan halaman rumahku. Aku ingat saat itu aku ternganga beberapa saat, dan tersenyum girang  sesaat kemudian.saat itu adalah momen terindah dalam hidupku, dan momen itu sedikit rusak saat terdengar teriakan ivan begitu melihat halaman rumah penuh dengan kelopak mawar merah, serta bunga mawar putih dan dandelion. Karena hari itu tugas nya ivan membersihkan halaman rumah.

langit-langit senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang