langit-langit senja-part 3

216 3 1
                                        

LANGIT-LANGIT SENJA PART 3

Dulu aku begitu menyukai Paris, dan berencana melanjutkan pasca sarjana di paris dengan beasiswa, tapi rencana melanjutkan pasca sarjana di luar negeri segera terhapus dari benak ku ketika aku bertemu gio dan gio melamarku.

Dan sekarang aku berada di negara yang dulu benar- benar ingin kudatangi,kota romantis yang kata banyak orang, tapi tidak kenyataannya buatku sekarang, sebulan berada di paris aku bahkan belum pernah sekalipun mengelilingiparis, aktivitas ku hanya antara apartemen dan kampus. Hari ini seperti biasa aku naik paris metro line 10 dan berhenti di stasiun universitas Paris atau orang lebih banyak menyebutnya la Sorbonne. Mungkin banyak orang yang bilang suatu kebanggaan aku beruntung bisa kuliah di universitas ini. mungkin aku akan mengatakan hal yang sama juga kalau saja saat ini hidupku baiik-baik saja. Aku menatap gedung kampusku dari gerbang dan aku teringat email yang di kirim nada tadi malam.

Apakabar senja? Aku yakin kau baik-baik saja, senja aku merindukanmu, kudengar dari ivan kau belum pernah sekalipun jalan-jalan  di Paris, come on senja, its Paris, your dream senja, nikmati lah hari mu disana, hati mu tidak akan menjadi lebih baik kalau kau seperti ini terus. Aku rindu senja yang dulu, aku rindu tawa mu senja.  sekarang kau bahkan lebih menyeramkan dari senja si “nenek lampir” yang dulu…hahahah.. aku ingin kau bahagia senja. Sekian dulu ungkapan hatiku, secepatnya di balas ya  !                     

                                                                                                            Your besties

                                                                                                                        Nada

            Aku tak membalas email nada, karena aku tak tau apa yang harus aku tulis. mengatakan aku baik-baik saja, tapi kenyataanya tidak, hatiku berdarah-darah sekarang. mataku masih tertuju pada gedung kampus ku, aku melangkahkan kakiku untuk masuk, namun baru beberapa langkah aku memutar balik tubuhku dan berjalan meninggalkan gedung kampus.

             Kurasa semua orang benar, terlalu bodoh untuk melewatkan jalan-jalan ketika kau sedang berada di suatu negara.  Dari la Sorbonne aku berjalan kaki melalui jembatan yang merintangi sungai seine ke notre dame deparis, orang bilang notre dame tempat yang romatis, namun notre dame tidak romantis juga untuk ku saat ini, bagiku notre dame hanyalah sebuah gedung tua, sama seperti gedung tua yang lainnya.

            Aku meninggalkan notre dame dan berjalan menyusuri deretan toko-toko souvenier menuju museum louvre, dulu tempat ini masuk dalam daftar list yang ingin ku kunjungi, aku ingin melihat lukisan monalisa secara langsung, tapi sekarang tempat ini tak menarik lagi bagiku. Aku hanya berdiri menatap piramida kaca yang berdiri di depan museum, kuedarkan pandangan kesekeliling area museum tampak antrian panjang di loket pembelian tiket.

 “oh shit kenapa aku tak bisa mengendalikan hatiku” desisku dalam hati, aku kesal dengan diriku sendiri, aku memegang kepala ku yang seakan berdenyut hebat berada di kumpulan orang-orang asing ini. kuputuskan untuk meninggalkan museum louvre dengan cepat.

            Montmatre menjadi tujuan terakhir ku, jika berada di montmarte juga tak bisa membuatku nyaman, kuputuskan untuk pulang ke apartmen saja. Aku mendaki tangga ke puncak Basilica of Sacred Heart of Paris, aku menemukan Place du Terte yaitu tempat dimana para pelukis dan seniman berkumpul mempersembahkan hasil seni mereka. Montmarte padat dengan pengunjung yang menghargai karya seni dan yang kudengar di montmarte juga terletak kediaman van gogh. Meski padat dengan pengunjung tapi aku merasakan suasana yang nyaman dan tenang ketika berada di montmatre.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

langit-langit senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang