1

28 1 0
                                    

"Happy birthday, Veronica Agatha," ucapku dengan suara sedikit sendu sembari menarik bibirku keatas hingga membentuk senyuman.

Lantas kupejamkan mataku untuk berdoa sebelum meniup lilin di atas kue tart kecil yang kubeli ketika dalam perjalanan pulang sekolah. Mungkin, bagi sebagian orang, aku terlihat menyedihkan dihari ulang tahunnya--sendiri tanpa seorangpun yang mengucapkan "selamat."

Tapi kalian harus tahu, aku cukup bahagia jikalau aku benar-benar sendiri seperti yang kukatakan tadi. Sangat bahagia.

Tiba-tiba angin berhembus membuat rambut hitam panjangku sedikit berantakan. Kusisir rambutku dengan jemari seperti di iklan-iklan shampoo anti lepek, anti kusut, anti kribo, anti galau dan berkilau. Bedanya rambut panjangku tidak berkilau seperti di iklan-iklan shampoo.

Setelah rambutku tak lagi menghalangi pandangan, aku menoleh ke arah jendela untuk memastikan apakah aku lupa menguncinya tadi sore.

"Jadi ini rumah lo? Lumayan juga."

Aku mengumpat dalam hati karena masih saja merasa kaget ketika mahluk gaib ini muncul tiba-tiba. Ya. Mahluk gaib yang selalu menemaniku sejak kemarin.

"Kue apaan, nih? kecil banget. Mana kenyang?" ucapnya mengomentari kue ulang tahunku. Biar ku tegaskan lagi, Kue ini milikku. Dan asal kalian tahu, aku membelinya untukku sendiri bukan untuk dedemit yang ada dihadapanku.

Aku mengabaikan komentarnya yang tidak penting dan lebih memilih berdiri untuk menyalakan lampu yang sengaja kumatikan di acara ulang tahunku tadi--biar dramatis.

"Ekhm, by the way lo jones ya, kok ngerayain ulang tahun sendirian? Padahal kalo menurut gue, lo itu ... " ucapnya sambil bertopang dagu "lumayan sih. Cantik, putih, dan cukup berisi."

Aku menatap mahluk gaib itu dengan tatapan sinis. Lagipula siapa yang peduli, aku merayakan ulang tahun sendiri atau beramai-ramai, itu urusanku.

Aku mendengus ketika melihat dia masih cengengesan, padahal aku yakin sudah mengeluarkan jurus andalan--tatapan sinis yang selalu berhasil ketika aku sedang tidak mau diganggu orang lain. Oh, aku lupa, dia kan bukan orang.

"B-o-d-o!" sinisku.

Dia masih tersenyum mengejek saat aku kembali duduk untuk memotong kue tart yang kuletakkan diatas karpet, kemudian dengan tak tahu malunya dia mengulurkan tangan meminta jatah. Hello? Dia baru saja mengolokku dan kue tart ini tadi, lalu sekarang dia minta bagian? what the hell.

Entah setan apa yang merasukiku ketika aku memberikan kue yang baru saja kupotong dan dia dengan sekali lahap memasukkan kue itu kedalam mulutnya. Ah mengenai kerasukan, aku belum pernah mengalaminya, omong-omong. Itu karena mentalku yang cukup kuat atau mungkin aku yang kurang sensitif terhadap sekelilingku.

Aku menyendok sisa kue dan memakannya dengan perasaan senang bercampur kesal. Jangan tanya kenapa aku kesal, oke! Sejujurnya aku juga tidak tahu aku kesal pada siapa atau kenapa.

"Kalo lo udah selesai, mending lo cepat pergi dari sini!" tegasku.

"Eits, sensi amat sih jadi orang." Iyalah, aku orang--manusia bukan setan kayak lo.

"Gue baru aja makan sedikit dan masih sangat lapar. Oh iya, kita belum kenalan, kan?" ucapnya mengangkat sebelah alis dan tersenyum, tak lupa dengan tangan terulur.

Aku diam tak menanggapi. Dan aku juga tidak ingin berkenalan dengan mahluk gaib ini. Yang aku inginkan adalah menendang mahluk gaib ini jauh-jauh. Bahkan kalau bisa, aku akan menendangnya sampai langit ketujuh. Tunggu, maksudku Neraka. Aku ingin menendangnya ke Neraka.

"Gue Daffa Ardina Putra," ucapnya "tapi enggak tahu juga sih bener apa enggak."

"Gue enggak nanya nama lo, tuh. Dan gue enggak peduli ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ghost Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang