2

0 0 0
                                    

     Sejak saat itu, Syam memutuskan untuk menjadi lebih sering di rumah bersama aku dan ibu dari pada bersama hobinya. Iya mulai mengatur waktu sebaik mungkin agar iya bisa di rumah lebih lama. Iya tak mau menyesal untuk kedua kalinya. Dan itu berhasil. Rumah yang dahulu sepi karena kesibukan, kini ramai karena kebersamaan. Banyak yang kami lakukan secara bersama-sama, seperti membantu ibu membuat kue, membersihkan rumah, membuat ibu marah karena ulah ku dan Syam.

     Aku sangat menghargai semuanya, semua waktu kebersamaan kita. Aku berpikir kami akan selalu seperti itu.

   Sampai akhirnya Syam pergi demi melanjutkan sekolahnya di luar kota. Sudah dua orang yang pergi dari rumah, aku tak mau ada selanjutnya. Aku berusaha untuk selalu bersama ibu, kemana pun itu dan dalam keadaan apapun.

“Samir, ini ada kiriman paket dari Syam untukmu”

“Paket dari Syam sudah datang? Bukannya Syam bilang akan mengirim paket setiap bulan?”

“Kau ini, masih muda sudah lupa. Ini sudah satu bulan setengah sejak Syam pergi, jadi wajar jika paket ini dikirimkan”

“Maaf bu, habisnya aku lupa kapan dia pergi. Hehehe. Sudah selama itu ya Syam pergi. Hmmm.. Baiklah, paketnya aku buka di ruang tamu”

~
“Aku tak pernah tahu apa yang akan dikirimkan Syam. Apakah sebuah surat tentang keadaan dia disana? Jika iya, untuk apa repot repot mengirim surat, dia bisa langsung menelpon. Atau mungkin dia membelikan ku hadiah? Tapi itu tidak mungkin, Syam tak pernah suka dengan seleraku. Aku membuka paket kecil darinya yang hanya berisi beberapa surat, buku tulis serta pulpen darinya. Aku heran, Syam tahu aku tak suka buku. Bagiku, buku mengingatkan ku dengan hal-hal yang memberatkan, aku juga tak suka membaca. Jadi kenapa Syam mengirimi ku surat?”

Dengan terpaksa, aku membaca surat dari Syam.

Hahaha, aku tahu kau pasti kesal denganku karena harus membaca surat. Maafkan aku karena telah membuat mu membaca tapi kau harus membaca. Kau harus mengikuti semua petunjuk yang ada di surat surat yang telah aku kirimkan. Akan ada petunjuk selanjutnya di dalam surat yang aku selipkan di paket, jadi kau harus teliti dalam memeriksa paket ya. Tertanda. Syam yang kau sayang.

     Aku menggerutu pada Syam, Syam menyebalkan. Aku membuka surat selanjutnya.

     Petunjuk pertama. Ikut satu kegiatan di sekolahmu. Apapun yang kau suka. Jika tidak ada yang kau suka, kau pilih secara acak kegiatan disekolah. Mau tak mau kau harus ikut satu kegiatan di sekolahmu.

Aku membolak-balikan surat itu, namun tak ada tulisan yang lain. Hanya itu saja. Sebuah perintah tanpa penjelasan. Aku tidak pernah mau ikut kegiatan sekolah karena aku tidak ingin berlama-lama di luar rumah. Aku tak mau meninggalkan ibu sendirian. Tapi aku harus mengikuti isi surat Syam. Aku  berpikir untuk mengelabui Syam tapi aku tidak mau, karena itu merupakan kebohongan dan aku tidak mau berbohong. Demi Syam, aku akan mengikuti kegiatan sekolah.

   Aku memilih olahraga basket sebagai kegiatan sekolahku. Karena itu merupakan kegiatan yang tidak terlalu lama berada di luar rumah, jadi aku tidak terlalu khawatir untuk meninggalkan ibu.

   Paket dari Syam untuk bulan selanjutnya tiba. Aku segera mengambil paket untukku dan membukanya di kamar.

Aku senang kau akhirnya mempunyai kegiatan, tapi bisakah kau lebih aktif dikegiatanmu itu. Aku tahu, kau pasti bisa.

  Sejenak aku berpikir, jika aku lebih aktif lagi dalam ekskul basket, aku akan latihan lebih lama, itu berarti aku akan lama berada di luar meninggalkan ibu sendiria. Tapi jika tidak, Syam akan kecewa padaku. Aku tak bisa melakukan ini. Aku tak ingin meninggalkan ibu lebih lama.

“Ibu, apakah ibu akan baik-baik saja jika ibu aku tinggal dalam waktu yang lama?”

“Apa yang sedang kau bicarakan sayang?”

“Aku berpikir aku hendak berlatih basket lebih serius lagi, ini permintaan Syam. Sejujurnya aku tak ingin meninggalkan ibu. Tapi aku harus apa? Aku juga tidak mau mengecewakan Syam”

“Hahaha, Samir ku sayang. Kau akan pulang 4 jam lebih telat dari biasanya. Aku tidak apa-apa mengenai hal itu nak. Aku sungguh tidak keberatan jika kau ingin lebih serius di ekskul basket”

“Tapi aku keberatan bu. Aku tidak bisa meninggalkan mu lebih lama sendirian. Bagaimana kalau kau ikut menemani ku bermain basket?”

“Samir sayang, aku mengerti apa yang kau khawatirkan. Tapi aku akan baik-baik saja sayang”

“Baik bu”

  Aku tak mengerti apa yang Syam lakukan. Apa Syam sedang coba mengusirku?

  Akhirnya aku latihan bermain basket sedikit lebih lama dari sebelumnya. Saat selesai latihan, aku tak pernah mau pergi dengan temanku. Aku lebih memilih pulang karena aku tak ingin meninggalkan ibu sendirian.

      Pada latihan selanjutnya, pelatih memberi ku nasihat agar aku bisa ikut keluar bersama teman teman basket ku. Pelatih menyuruh ku untuk bergaul dengan mereka agar bisa menjaga kekompakan dalam grup. Namun, itu tak terlalu aku pikirkan. Yang aku pikirkan hanya aku harus pulang saat selesai latihan.

Kenapa Dengan Kita? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang