Paket selanjutnya telah Syam kirim.
Kini kau mulai bisa melepas rasa takutmu itu, ya walaupun hanya ¼ yang kau lepas. Setidaknya kau telah berusaha. Tidak inginkah engkau mengetahui bagaimana itu dunia luar? Rasa penasaranmu itu lebih besar, aku tahu itu. Jangan kau kubur terlalu dalam, Samir. Kau harus tahu dunia
Aku tak mengerti apa yang dibicarakan Syam. Aku ingin bertanya pada ibu, tapi aku tidak ingin ibu tahu apa yang Syam lakukan padaku. Aku lapar dan aku akan makan.
“Samir, ayo makan.”
“Iya bu, aku siap makan”
“Samir, bagaimana dengan basketmu?”
“Baik, semua berjalan lancar. Aku pergi latihan aku pulang latihan”
“Aku jarang melihatmu keluar dengan teman-teman mu, apakah kau tidak punya teman? Apa kau tidak diajak pergi oleh teman temanmu”
“Aku punya teman bu. Aku juga suka di ajak oleh teman-teman, tapi aku tidak mau.”
“Kenapa Samir?”
“Karena aku tidak ingin lebih lama jauh dari mu bu”
“Samir, kita tidak bisa terus bersama nak.”
“Maksud ibu?”
“Tidakkah kau mengerti. Aku semakin tua dan kau semakin dewasa. Aku tidak bisa terus berada di sampingmu. Aku tahu kau tidak ingin berlama-lama jauh dari ku. Aku tahu kau tidak ingin menyia-nyiakan waktumu bersamaku. Tapi aku juga tidak ingin kau menyia-nyiakan waktumu karena selalu bersama ku, nak”
“Apa yang ibu bicarakan? Apakah ibu tidak senang bersamaku?”
“Ibu selalu senang bersama mu nak, semua yang kita lakukan bersama. Makan bersama, mebersihkan rumah bersama, tertawa dan sedih bersama, menonton tv bersama. Ibu selalu senang dengan apa yang kita lakukan, tiap detik ibu sangat menghargai kebersamaan kita”
“Lalu, apa yang ibu pikirkan? Ibu ingin aku pergi seperti Syam?”
“Ingin tak ingin, suka tak suka. Kelak kau akan pergi juga nak, bukan atas kemauan ibu atau kemauan mu. Tapi karena waktu yang akan membuatmu pergi”
Aku segera memeluk ibu. Sejujurnya aku tak mengerti apa yang ibu bicarakan. Aku juga tidak mengerti mengapa ibu berbicara seperti itu. Sangat menyakitkan mendengar ucapan ibu tadi. Sakit rasanya kepalaku memikirkan itu.
Esok harinya kami melakukan semua seperti biasa, ibu membuat kue, aku sekolah, latihan basket, pulang, tidur, begitu seterusnya hingga paket dari Syam pun tiba. Kali ini lebih besar dari sebelumnya. Terdapat surat serta foto foto keluarga, foto kenangan terakhir bersama ayah.
Samir adikku. Mengertilah bahwa hidup tidak hanya di dalam kotak, kau akan mati perlahan jika tetap terus di dalam kotak. Keluarlah, jika kelak di luar kau mati, setidaknya kau mati dengan banyak hal yang kau tahu.
Ketakutanmu akan membunuh Samir.Kau tidak boleh menghidupi ketakutanmu. Jika kau terus di dalam kotak, kau akan membunuh dirimu dan ibu. Kau tak mau berlama-lama diluar rumah karena kau tak ingin menyesal seperti kejadia ayah tapi ibu juga tak ingin terus berlama-lama denganmu Samir.
Ibu mengkhawatirkanmu Samir. Ibu tak ingin kau terus bergantung padamu. Ibu ingin kau punya kehidupan. Hidup lah untuk masa depanmu dan ibu Samir.
Aku pergi karena aku tak ingin terus bergantung pada ibu, aku pergi karena aku tahu ibu atau aku pun akan pergi, aku harus mulai membiasakan hidup tanpa ibu.
Ibu hanya ingin kau punya kehidupan yang normal, punya kegiatan, punya teman-teman, punya kesibukan, punya persiapan serta gambaran tentang masa depan. Ibu tak kau melewati itu semua hanya dengan menghabiskan semua waktu dengan ibu.
Asal kau tahu, ibu sangat senang jika anak-anaknya sibuk namun tetap ingat serta bisa meluangkan waktu untuknya.
Kau terlalu lama menghabiskan waktu bersama ibu, banyak waktu yang kau lewatkan untuk dirimu sendiri. Kau terlalu takut dengan kejadian saat ayah meninggal.
Samir, semuanya akan meninggalkan kita. Kita tidak bisa hidup selalu bersam. Hal yang berharga dari waktu adalah kita bisa menggunakan waktu namun kita juga harus mengingat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Dengan Kita?
Cerita PendekTak ada yang bisa menghentikan waktu karena waktu yang akan menghentikan mu terlebih dahulu..