Chapter 1 : Ngutang Mulu Sih Lu Tong!

344 19 4
                                    

Baca sinopsis dulu ya biar tau karakter tokohnya.
.
.
.
.

Terdengar suara teriakan dari salah satu stand di kantin SMA Bintang Purnama. Suaranya tak terhingga kencangnya, membuat laki-laki yang diteriaki itu menutup telinganya rapat-rapat.

"Wadawww, Ibu kantin suaranya cetar membahana banget sih, jadi pengen nyolong bakwannya deh." Kata cowok berkalung doraemon versi macho yang dengan cepat mencomot bakwan di baskom berwarna hijau.

Ibu kantin yang melihat dagangannya dicolong oleh iblis berwujud manusia ini langsung melemparkan panci ke arahnya, namun panci itu melesat.

Cowok yang bernama Eza itu tersenyum puas karena dirinya selamat sentosa dari panci berpantat gosong tersebut.

"Udah ya Bu, Eza mau ke kelas dulu. Nanti kapan-kapan Eza bayar kok bakwannya. Tenang. Masukin aja ke buku legend itu." Tunjuk Eza pada buku bergambar boneka beruang yang biasa dipakai oleh tukang kredit baju. Buku itu khusus dipakai untuk hutang Eza tercinta yang telah mencapai 23 lembar. 1 lembarnya terdapat 5 hitungan hutang.

"Ngutang mulu sih lu tong, gue goreng juga lu barengan sama bakwan. Untung aja elu ganteng." Teriak Ibu kantin, Eza hanya mengangguk-angguk sambil memakan bakwannya. Kemudian laki-laki itu menjauh, menuju ke salah satu meja kantin yang ternyata dua sahabatnya tertawa puas melihat adegan tadi.

"Gilee bro, mantep banget tu panci kalo tadi kena muka lo." Ucap Panji.

"Diem lo, abangnya panci! Gue curiga, kenapa nyokap lo ngasih nama lo hampir mirip kaya Panci? Panji dan Panci, adik kakak yang terhaqiqi banget ye kan, Jak?" Jaka yang diam menyimak hanya mengangguk saja ketika Eza bertanya padanya.

"Halah tai lo, nama gue itu keren. Panji, pantang menyerah dan jiwa muda." Ucap Panji dengan bangganya, padahal dalam hati ia merutuki kenapa ibunya memberi nama kepadanya hampir mirip dengan panci.

"Ah masa?" Ledek Eza.

"Iya!" sewot Panji.

"Bodo!" Eza tertawa puas melihat wajah Panji yang memelas. Dia sangat senang menistakan Panji, kakak dari panci gosong.

"Bacot nih anak curut. Udahlah, mana gorengannya?" Tagih Panji pada Eza.

"Udah masuk ke perut gue lah." Tunjuk Eza, memamerkan perutnya yang rata seperti papan triplek.

"Kok lu kayak tai sih? Terus dari tadi gue sama Jaka ngapain coba nungguin lu debat sama Ibu kantin kalo bukan nungguin gorengannya?"

"Ohhh lu nungguin gorengannya."

"Bangsat cuma ohhh lu nungguin gorengannya doang. Kayak nggak ada jawaban lain aja lu tai ayam!" Protes Panji. Makin kesal dengan Eza.

"Udahlah sesama manusia bangsat jangan berantem." Maksud Jaka menyudahi perkelahian itu, namun terselip juga ejekan yang menyakitkan.

"Ngomong apa lo Jak? Gue ulek juga lo pake kepalanya Pak Abas." Kata Eza, menggatak jidat Jaka.

Pak Abas adalah guru tergila dan teraneh di SMA Bintang Purnama. Selain cara mengajarnya yang bisu dan menggunakan bahasa isyarat, dia juga termasuk guru yang hobby membuat muridnya jantungan mendadak karena ulangan lisan yang tiba-tiba diadakan secara dadakan layaknya tahu bulat.

"Idih geli gue denger nama Abas. Terus kita ngapain di sini? Gue ada pelajarannya Pak Kumis nih. Ada tugas juga yang harus gue kumpulin hari ini." Ucap Jaka, karena dia tidak tahu apa maksud dirinya dipanggil ke kantin oleh mereka.

"Yaelah Jaka, anak kutu buku amat sih lo." Eza menepuk-nepuk kepala Jaka layaknya seorang ibu menepuk kepala anaknya dengan lembut.

"Geli bego, Za." Jaka menepisnya.

"Okay, jadi maksud gue dan Panji manggil lo ke sini adalah untuk menyelesaikan suatu misi." Jaka terlihat penasaran dengan ucapan Eza tadi.

"Misi apaan lagi sih, Za?" Tanya Jaka malas karena misi yang diajukan oleh Eza tak pernah ada yang beres.

"Misi nyolong batagor Kang Charlie, istirahat nanti!" Jawab Eza dengan semangat. Untuk bagian colong menyolong, Eza lah nomor satunya. Tapi adegan ini tidak boleh ditiru oleh siapapun. Kecuali anda telah berbakat dalam urusan betak.

"Ya Allah, tolong ampuni dosa si Eza dan Panji, Ya Allah." Doa Jaka, mengangkat kedua tangannya layaknya seorang yang sedang berdoa.

"Aminnnn." Sahut Eza dan Panji berbarengan.

"Ah, tapi gue nggak mau ikut lah. Gue masih takut sama dosa." Tolak Jaka.

"Tenang, Jak. Bagian lo dalam misi ini nggak susah kok. Lo hanya perlu liatin keadaan sekitar. Untuk bagian comot mencomot, serahin ke gue dan Eza." Ucap Panji.

"Tetep aja dosa!"

"Emang iya! Tapi ini demi keselamatan nyawa dan jiwa cacing-cacing di perut kita, Jaka!" Ucap Eza ngawur.

"Ah, sabodo teuing aing mah. Gue mau ke kelas aja. Mau jadi anak bae-bae." Jaka sudah berdiri dari duduknya, namun laki-laki itu kembali duduk.

"Nape lo duduk lagi?" Tanya Panji ketika melihat wajah Jaka yang sedikit panik.

"Pintu kantin dijaga sama trenggiling njir." Eza dan Panji menengokkan kepalanya ke arah pintu kantin. Dan benar saja, di sana terlihat trenggiling -maksudnya guru cewek killer- yang sedang menatap mereka tajam.

"Ah elahhh, si trenggiling ganggu aja. Kuy nggak nih, Nji?" Tanya Eza pada Panji. Seperti ada suatu rencana busuk yang terlintas di pikiran mereka berdua.

"Please, lo berdua jangan macem-macem. Gue gak mau kena hukuman nggak jelas lagi. Ini juga demi pencitraan gue sebagai murid yang berbakat dan berprestasi pianis dan pinter matematika di sekolah ini." Mohon Jaka pada mereka berdua. Tapi Eza dan Panji tak menghiraukannya. Mereka berdua lebih memilih mendekati guru killer tersebut dengan senyum merekah.

"Ya Allah, Jaka mau pulang aja Ya Allah. Jaka kebelet pipis."

TBC

Garing banget ya? Gila nggak ada inspirasi banget😂 sumpah di kelas kami tuh belom ketemu yang asik. Nyari orang buat dijadiin inspirasi yang sifatnya koplak itu susah. Susah banget asli. Dan sampai kini pun kami susah dapet inspirasi. Enggak kayak waktu Ketua Kelas Biadab. Banyak banget siswa-siswi di kelas 9 kami dulu yang koplak dan gila. Tapi kami akan usaha semaksimal mungkin kok biar cerita ini nggak garing. See you.

Buat yang suka, jangan lupa tambahkan cerita ini ke perpustakaan kalian yaa.

Jangan lupa juga vote dan comment yaa guyss... makasih..

KantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang