Chapter 4 : Makhluk Mistis

63 9 0
                                    

"Subhanallah, Astagfirullah......" Ucap Eza. Matanya membulat besar dan dia juga menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya.

"Kenapa, Zaaaaa....makhluk halusnya ada di sini??" Tanya Panji panik, sedangkan Jaka makin mengeratkan pelukannya pada Panji.

"Ho'ohhhh....!" jawab Eza, kemudian laki-laki itu berjalan menuju pintu. Panji dan Jaka, sedari tadi tidak berani menengok ke belakang, dimana pintu dan makhluk halus itu berada.

"Woy woy woy Za..... gila kali lo ya??? Ngapain nyamperin tu makhluk halusnya? Emang udah nggak waras tuh anak!" Oceh Panji.

"Sayang kan kalau enggak disamperin." Jawaban Eza sontak membuat Panji dan Jaka heran dan berpikir jika laki-laki ini benar-benar tidak waras.

"Nji, kayaknya tu anak kudu dimasukin ke rumah sakit jiwa deh. Makin lama makin aneh kelakuannya." Bisik Jaka yang masih berpelukan dengan Panji.

"Iya, tu anak kudu dimasukin rumah sakit jiwa kayaknya. Entar gue bilangin sama emak babehnya dah."

"Halooo...." sapa Eza kepada perempuan berambut panjang itu. Panji dan Jaka menegakkan tubuhnya bersamaan, diiringi dengan angin topan yang entah darimana datangnya.

"Itu anak bener-bener goblok dah. Ngapain disapa sihhh?!" Oceh Jaka sedari tadi.

"Ke sini mau ngapain?" Terdengar suara Eza, lagi.

"Mau mangsa lo, Za. Biar lo musnah." Bukannya makhluk halus itu menjawab, malah Panji yang menyahutinya.

"Ehh, diem aja lo biang keringet sapi."

"Anu.....mau ngambil bola basket. Di suruh sama Pak Yono." Suara lembut wanita kini terdengar. Panji dan Jaka secara slow motion menengok ke arah belakang, dimana tempat Eza dan makhluk halus itu berada.

"Subhanallah!!!!!"

***

"Bro, yang tadi itu parah banget kan ya?" Tanya Eza pada kedua sahabatnya yang sedang berjalan beriringan dengannya.

"Banget banget banget, Za." Jawab Jaka.

"Namanya tadi siapa dah?" Panji kini yang mulai bertanya. Sedari tadi, laki-laki itu penasaran.

"Sena." Jawab Eza.

"Sena Gitar kali nama panjangnya?" Ucap Panji.

"Itu senar bego! Ah lu, gue ceburin ke Ciliwung juga nih!" Balas Eza, sedangkan Panji hanya memasangkan dua jarinya bertanda peace.

"Kelas berapa?" Tanya Jaka.

"Ah anjir, kenapa kita gak kepikiran ya nanyain kelas berapa!" Ucap Eza kecewa dengan kepikunannya tadi.

"Emang bego lo pada." Ceplos Panji.

"Lo juga, bangke!" Balas Eza dan Jaka bersamaan.

"Tapi, Za....kenapa lo narik gue dan Panji lari ke lapangan indoor kalo yang lo maksud makhluk halus itu cewek bening kaya Sena?" Tanya Jaka.

"Nggak papa sih, biar dramatis aja." Jawab Eza dengan enteng dan seperti tak punya dosa.

Panji dan Jaka mengelus dadanya hingga bolong.

"Untung sahabat."

.

"Kapan pulang, sih?!" Teriak Eza seperti orang kesetanan. Panji yang sedang berpacaran di pojok kelas hanya menengok sekilas.

"Pulang tinggal pulang, Za. Gak usah teriak-teriak gitu. Cari sensasi aja lo." Sembur Kinanti, cewek judes nan cerewet di kelasnya.

"Kuntilanak ngebacot aja." Jawab Eza dengan sarkastik, sedangkan cewek bernama Kinanti itu hanya mempelototi Eza.

"Woy, Panji! Cabut aja lah! Kuy."

"Ogah, cabut sendiri aja lo sono! Gue mau pacaran dulu sama pacar gue tercinta ini." Kata Panji, lalu tangannya mengelus dagu pacarnya yang bernama Cia.

"Astagfirullah, ini anak berzina mulu."

TBC

Pasti di kelas kalian ada yang sering pacaran di dalam kelas, ya? Duh, gimana kalian menanggapi orang pacaran yang gak tahu tempat itu? Apa biasa aja? Risih, atau kalian juga pernah pacaran di dalam kelas?

Hahaha, just kiding. Ini gak bermaksud menyindir kok:v

Okay, jangan lupa vote & commentnya ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang