Chapter 5

11.8K 767 3
                                    

Dua minggu sejak peristiwa itu, rumah tanggaku dan Mas Angga benar-benar berubah. Mas Angga kini berangkat jauh lebih pagi dan sering kali pulang larut malam, tentu saja karena kini dia punya aktivitas baru, jadi supir siaga Nevita. Mas Angga pun seolah mulai tak peduli pada Nadia, biasanya sesibuk apa pun dia akan mengusahakan video call  dengan Nadia, tapi kini bertanya tentang Nadia pun tidak.

Aku sudah mencoba bertanya baik-baik tapi malah berujung keributan yang tidak masuk akal.

"Kamu mulai ngelarang aktivitas aku? Aku sama Vita saat ini hanya teman baik, lagian yang minta aku antar Vita kemana-mana itu Mami, ibu kandung aku! Kamu lebih milih suami kamu jadi anak durhaka? Ingat Ran, sekarang aku cuma punya Mami sejak Papi menikah lagi sama wanita perebut suami orang itu. Kamu jangan jadi penghalang aku buat jadi anak berbakti sama Mami. Ingat itu, Ran!"

Masih jelas terngiang betapa marahnya Mas Angga saat aku memintanya untuk tidak terlalu sering bertemu Nevita. Akhirnya malah aku yang seolah menjadi pihak yang tidak pengertian dalam situasi ini.

*Ting Tong*

Ku lirik jam dinding di ruang keluarga, jam sebelas lewat lima, tidak mungkin Mas Angga pulang makan siang awal begini. Ku gendong Nadia lalu membuka pintu rumah dengan agak terburu-buru.

"Hadi? Eeehh tumben kamu ke sini pas hari kerja. Libur?"

"Hadi ambil cuti, Mbak. Lumayan masih ada seminggu, kalau gak dipakai kan hangus, mending Hadi libur biar bisa ajak main Nadia. Hehehe"

"Eh, Nadia ayo cium tangan Om Hadi dulu. Masuk, Di. Mau minum apa?"

"Apa aja asal dingin, Mbak. Hari ini panas banget rasanya."

Aku mengambil jus jeruk dalam kulkas lalu menuangkannya ke gelas. Dibanding Adya, Hadi memang tidak pernah ber-lo-gue denganku, gak sopan katanya. Padahal aku santai saja jika dia juga mau ber-lo-gue.

"Mami sehat, Di? Mbak WhatsApp gak pernah di balas"

"Sehat sih Mbak, tapi gak tau deh Hadi makin gak ngerti sama Mami akhir-akhir ini."

"Kenapa?"

"Mbak, mbak jawab jujur ya. Mbak tau soal Vita?" Tanya Hadi dengan muka serius.

"Oh, soal dia sering ketemu Mas Angga? Tau, kan Mas Angga bilang"

"Mas Angga nunjukin gejala-gejala aneh gak Mbak?"

"Aneh gimana? Gatel-gatel gitu? Hahaha kamu nih ada-ada aja nanyanya"

"Mbaak.. Hadi seriuuus!!! Mas Angga udah kelewat dekat sama Vita, Mbaa! menurut Hadi sih gitu."

"Ya tapi kan Mami yang suruh, Di."

"Justru itu yang bikin Hadi gak habis pikir. Mami kan tau Mas Angga udah menikah, udah ada Nadia lagi. Tapi Mami malah sengaja ngedeketin Vita sama Mas Angga. Aneh banget!"

"Mbak gak bisa apa-apa, Di. Kepala keluarganya kan Mas Angga, dia yang akan menentukan gimana keluarga ini jadinya."

"Mas Angga terlalu nurut sih sama Mami."

"Hussh.. Bagus dong kalau dia berbakti sama Mami."

"Berbakti yang gimana dulu, Mbak... Kalau kayak gini kan nyakitin hati Mbak sama Nadia, yaah.. walaupun si Nadia belum ngerti juga sih.."

"Udahlah, Di. Mbak percaya Mas Angga gak akan macam-macam sama Vita."

"Semoga ya, Mbak. Eh, iya Mbak, besok ada acara gak?"

"Besok? Gak ada acara apa-apa kok. Kenapa, Di?"

"Anterin Hadi ke tempat Papi dong, Mbak. Kalau Hadi ke sana sendiri canggung banget pasti, kalau sama Mbak kan bisa alasan ngajak Nadia ketemu Kakeknya."

"Kangen Papi yaaa?? Cieee Hadi kangen Papiiii" ledekku.

"Hahaha.. Malah diledekin sih! Iya, Mbak. Hadi kangen Papi.. terus.. emm...Hadi mau kenal lebih jauh sama Tante Ai.."

"Tante Ai? Bukannya kamu gak suka sama dia?"

"Jujur ya,Mbak. Hadi gak suka karena Mami bilang dia yang ngerebut Papi. Tapi.. Sekarang Hadi gak yakin Mbak.."

"Kok bisa?"

"Minggu lalu, Hadi jalan sama Adya ke Mall. Hadi ngeliat Adya banyak berubah, Adya bilang sekarang dia tinggal sama Papi. Adya sekarang jadi lebih.. umm.. gimana ya bilangnya.. lebih religius?"

"Oh, ya?" Ujarku pura-pura kaget, padahal aku pun sudah melihat sendiri Adya jauh berubah semenjak tinggal dengan Papi.

"Iya, Mbak. Pas kita nonton, si Adya nanya jam. Terus dia bilang, 'Haduuh, Di.. tiket mana tiket? Gue belom sholat Ashar nih.. Rugi banget kalau sampai ga sholat. Gue sholat dulu ya, nanti gue balik lagi.' Hadi kaget banget, Mbak. Sejak kapan si Adya jadi rajin sholat gitu. Kata Adya, dia diajarin banyak hal sama Tante Ai. Dari situ Hadi mikir, gak mungkin Tante Ai tega ngerebut Papi kalau dia sebaik itu. Hadi mau kenal Tante Ai langsung, Mbak."

"Oke.. besok kita ke Papi. Tapi, Mas Angga...?"

"Jangan bilang dia, Mbak. Bilang aja mau ke rumah orangtua, Mbak gitu. Lagian kita gak nginep kok."

"Iya. Kalau Mas Angga tau gak akan boleh ketemu Papi.. Ya udah besok kamu jemput Mbak jam delapan aja. Biar gak terlalu macet."

"Emang Mas Angga udah berangkat jam segitu?"

"Semenjak jemput Nevita, dia selalu keluar jam tujuh pagi."

"Parah!! Ya udah, besok Hadi jemput jam delapan ya Mbak. Sekarang Hadi pamit dulu."

"Oke.. hati-hati, Di."

Semoga besok aku pun bisa lebih mengenal Tante Ai lebih jauh.

ForgivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang