Dimensi part 1

101 1 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, tak terasa obrolan hangat dan senda-gurau bersama sahabat membuat lupa akan segala nya. Yaps, waktu nya pulang!

Tiiinnggggg...

Suara notif dari hp memberi tanda abang Grab telah didapat. Mengintip dari jendela terlihat abang Grab sudah menunggu diluar sana. Yeah, walau sedikit buram karena kurang nya pencahayaan lampu dan mata yang sudah lelah. Tanpa pikir panjang, gue langsung pamitan dengan orangtua sahabat gue dan menghampiri abang Grab yang ada di bawah pohon beringin depan teras rumah sahabat gue.

"Mba Indah yah?" Ujar abang Grab.

"Iya pak betul." Jawab gue.

"Ini jalur nya mau lewat mana mba?" Tanya abang Grab itu.

"Lewat kandang roda aja pak, biar cepet." Terang gue.

"Oh, ntar di arahin aja yah. Soalnya saya kurang tau sama daerah sini."

"Oke pak."

..........

Selama perjalanan, gue menikmati cerita tentang kehidupannya sehari - hari, dari dia yang hidup sebatang kara, hingga menceritakan bagaimana kaki nya yang di amputasi karena sebuah tragedi kecelakaan kala itu. Miris memang.. Seorang abang Grab yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup nya dengan keadaan cacat fisik tanpa alat bantu.

..........

Karena saking asik nya tak terasa gue menikmati perjalanannya hingga sampai dirumah. "Oke, welcome to my bed." Kata gue sambil menyemangati diri ini.

Sambil meraba jalan dengan mata sayup, sampai juga di kamar mandi. Huuftt.., mandi pakai air hangat adalah hal ternikmat untuk mengembalikan mata yang mendekati 2 watt ini.
Menikmati kucuran air hangat dengan khusyu sembari memejamkan mata.

Namun, seketika tiba - tiba mata gue terbuka. Bulu kuduk berdiri seketika. Ada satu pemikiran yang terlintas dibenak...

"Tanpa alat bantu?"

DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang