Volume 3 • Osculation

1.1K 120 74
                                    

Hai, aku Jaehyun. Aku seorang dokter hewan. Saat ini aku bekerja di sebuah klinik milikku sendiri yang bernama Soul's Pet.

Aku tinggal di sebuah apartemen yang berlokasi di Cheongdam. Aku seorang lajang dan belum memiliki kekasih.

Hidupku terlalu menyenangkan saat bertemu hewan-hewan peliharaan yang ku rawat atau ku obati. Aku terlalu sibuk hingga tak pernah terbersit dalam pikiranku untuk mencari pasangan.

Entahlah, aku tidak tertarik dengan hal-hal berbau romance.

Orang tuaku juga berprofesi sebagai dokter. Ayahku seorang spesialis penyakit dalam, sedangkan ibuku spesialis mata. Keduanya bekerja di rumah sakit yang sama dan mereka tinggal di Gangnam. Walaupun aku adalah anak tunggal, aku lebih memilih untuk hidup mandiri dan terpisah.

Sedikit keterlaluan memang, tapi aku hanya ingin menjalani apa yang menjadi passion dalam hidupku. Sejauh ini pun mereka selalu mendukungku, termasuk keputusanku menjadi seorang dokter hewan.

Ah ya, belakangan ini aku tak lagi kesepian ketika sedang berada di rumah. Ada dua ekor kucing jantan yang akan selalu menghiburku. Mereka selalu bisa memperbaiki mood-ku saat lelah sepulang dari bekerja, mereka juga menjadi hiburan saat aku sedang libur bekerja.

Kedua kucing manis itu sebenarnya bukan milikku- em, entahlah, aku tidak yakin. Pasalnya, mereka datang secara tiba-tiba.

Malam itu sedang hujan deras disertai petir. Aku masih harus berada di Soul's Pet hingga pukul 9 malam untuk memeriksa dokumen milik para pelanggan tetap di klinik-ku. Sedangkan semua pegawaiku telah kembali sejak pukul 5 sore.

Aku benar-benar selesai dengan pekerjaanku sekitar pukul 09.20 PM. Saat hendak mematikan lampu dan meninggalkan klinik, tiba-tiba terdengar suara petir yang amat menggelegar diiringi suara benda berukuran cukup besar membentur tanah. Ku pikir ada tiang atau pohon yang tumbang akibat tersambar petir.
Dikarenakan rasa penasaranku yang cukup tinggi, aku memutuskan melihat keadaan di luar. Saat ku buka pintu depan, ternyata tak ada apapun yang terjadi. Suasana begitu lengang bahkan cafe di sebelah klinik pun sudah nampak sepi.

Saat kuputuskan kembali ke dalam dan hendak menutup pintu, mataku menangkap dua sosok basah kuyup sedang menggigil di bawah kakiku. Aku terperanjat, berpikir sejak kapan dua ekor kucing kecil itu telah berada di sana.

Akhirnya aku membawa masuk kedua kucing tersebut ke klinik, memandikan mereka, mengeringkan bulu-bulunya yang basah, lalu menghangatkan keduanya dengan selimut.

Aku sedikit mengernyit setelah selesai dengan semua kegiatanku. Satu hal yang baru ku sadari sejak membawa keduanya masuk, mereka sangat sangat sangat penurut. Bahkan keduanya seolah-olah telah mengerti dengan apa yang ku lakukan pada mereka. Aku pun berpikir, mereka adalah dua kucing tersesat yang terpisah dari sang majikan.

Pada akhirnya aku harus bermalam di klinik. Tidak mungkin jika meninggalkan kedua kucing manis itu sendiri, sedangkan untuk membawanya ke apartemen aku pun masih ragu, sebab ku pikir mungkin saja majikan mereka akan mencari.

Aku sangat yakin mereka bukanlah kucing liar. Dari kondisi mereka yang sehat, kebersihan tubuh, juga sikap yang sangat jinak dan penurut, pastilah mereka dirawat dengan baik sebelum akhirnya tersesat. Bahkan saat tidur pun mereka sangat manja padaku. Ah, imut sekali!

Hari berikutnya, kedua kucing imut itu masih berada di klinik. Aku merawat keduanya dengan senang hati. Namun belum juga ada tanda-tanda kemunculan majikan mereka.

Hingga dua hari berikutnya pun masih sama, tak pernah ada yang mencari mereka. Padahal sudah ku sampaikan pada semua pegawaiku jika ada yang mencari dua ekor kucing kecil tersesat di sekitaran klinik, dengan ciri-ciri yang satu berwarna abu dan satunya lagi berwarna hitam, maka itu adalah kucing yang sedang tinggal di klinik.

BINDERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang