Kegalauan

848 101 26
                                    

Sebuah rasa itu ibarat bunga

Dia selalu membutuhkan air untuknya bertahan

Memerlukan sinar mentari untuknya berkembang

Terkadang hal kecil yang terlupakan

Namun membawa peranan penting dalam sebuah hubungan

**

*

"Sing....?" Jane menatap kedatangan Singto yang tengah mengulum senyum. Ah bukan sekedar mengulum senyum, Jane yakin senyum itu telah tercipta sejak kepergiannya tadi meski senyuman yang sekarang lebih lebar. Dan kedua sudut bibir Jane tertarik karenanya. "Singto...." Jane kembali menyapa saat sosok itu hanya berjalan lurus kearahnya dan langsung menduduki sofa disampingnya.

"Eh Phi..." andai senyuman itu tak tercetak disana, Jane ingin sekali memukul kepala Singto saat ini. Namun senyuman Singto memukaunya, hingga meredakan amarah yang tadi muncul sesaat.

"Kurasa hari ini lebih dari kata bahagia eh?" Jane bertanya sambil mematikan tv. Entah kenapa raut wajah Singto saat ini membuatnya ingin bertanya lebih. Meski tahu, kejadian tadi pagi adalah alasan Singto tersenyum tapi Jane mempunyai feeling ini lebih dari sekedar pelukan Kit yang membuat aura kebahagiaan Singto begitu terasa.

"Hehehe....."

Plakk....

"Sakit Phi...." Singto merintih saat Jane menggeplak kepalanya. Dan Jane hanya memandangnya kesal. Beruntung saat ini mereka tengah berada di apartement, Jane tidak bisa membayangkan apa yang orang pikirikan melihat Singto saat ini. Wajah cengengesan? Sama sekali bukan Singto.

"Berhenti membuat wajah menyebalkan...." Jane menggerutu sebentar. "Ceritakan semuanya, tanpa ada yang disembunyikan!!" Jane langsung melotot saat dirasakan Singto akan memberikan bantahan.

"Itu......." Ucapan Singto terhenti. Bayangan wajah Kit dan senyuman khasnya hadir, dan seketika membuat hatinya merasa hangat. 'Ah.. bahkan aku sekarang merindukannya...' gumam Singto dalam hati.

"Sing...... Sing... hei...." Jane mengguncang pundak Singto. Mendesah kesal, haruskah dia berhenti bertanya? Tapi rasa penasarannya sudah tak bisa dibendung lagi. "Eh Kit...."

"Kit?" dengan cepat Singto bangkit berdiri dan menatap kearah pintu.

"Hahahaha....." tawa Jane menggema seketika. Kekesalannya berubah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri melihat Singto yang menatap pintu cengo dan sekarang menatapnya kesal. "Jangan salahkan aku, salah sendiri kamu malah melamun Sing...."

"Phii....." Singto menggerutu sebelum kembali duduk disamping Jane. "Baiklah, maafkan aku..." Singto tau saat ini kesadarannya belum sepenuhnya kembali. "Apa yang ingin Phi ketahui?"

"Semuanya...." Jane berucap sambil mengedipkan matanya serta sekuat tenaga menahan tawa. Dia yakin, jika tawanya masih hadir, maka Singto akan marah dan batal bercerita.

"Aku tak tahu harus mulai darimana Phi..." Singto menatap Jane sambil tersenyum. Senyum yang membuat Jane ikut tersenyum.

"Haaahh....." Jane menghela nafas meski senyum masih menghiasi wajahnya. "Biarkan aku yang bertanya..." Singto mengangguk setuju. "Kamu jadian dengan Kit?"

Gelengan kepala Singto membuat dahi Jane mengerut. 'Kalau bukan jadian kenapa senyumnya selebar itu?' Jane menatap Singto tak percaya. Matanya menyipit seolah tengah mencurigai Singto.

"Benar Phi.. aku tidak jadian dengan Kit..." Singto meyakinkan Jane. Dan Jane tetap menatapnya tak percaya. "Hahh... aku bingung bagaimana menjelaskannya Phi.." Singto mengangkat kepalanya. Berhenti menatap Jane dan memilih menatap langit-langit ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Im YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang