Chapter 1

96 18 30
                                    

Terpana aku melihat isi secarik kertas yang tanpa sengaja kutemukan di sebuah botol kaca. Siapakah pengirimnya? Aku bertanya-tanya.
Tiga kata yang tertera didalamnya, membuat bibirku spontan keluh, hati ku sesak, berulang kali aku pandang namun aku masih saya tidak dapat memahaminya..
Aku tak tahu siapakah pengirim misterius itu...
Antara bingung, dilema dan galau... Oh, Tuhan... Bantu aku memecahkan semua teka-teki tanpa Tanya?
Dalam Hati ini seolah tak ingin diam, mencari
Siapa kah pengirim misterius ..
Andai kan ku menemukan diri nya..

Aku menatap kesekitar mengharap menemukan jawaban, tapi ternyata tidak ada. Sepi yang berirama. Aku hanya bisa mendengarkan suara riuh ombak dan irama burung bernyanyi terbang mendekati pantai.
"Ahh..siapakah pengirimnya?."
Kali ini aku begitu penasaran ingin tau pemilik surat dalam botol dengan rangkaian kalimat yang menyentuh sepoi di hatiku, sejuk, damai sedamai hembusan angin pantai itu.

Aku mengira dia seseorang yang aku kagumi, mungkin kah ? Atau seseorang yang mengagumi ku. jika aku berani bertanya kapadanya... Atau kah aku hanya diam saja saat ini. Entahlah. Gejolak hati yang kian membara. Siapakah pengirim surat ini. Siapa dia...
"Kau sedang apa disana Lembayung?" ibu memanggil namaku. Suaranya terkalahkan oleh deburan ombak di sepanjang bibir pantai berpasir putih ini.
"Ah tidak ada ibu, hanya lagi bermain dengan angin" ku kebelakangkan botol yang sedari tadi aku pegang, khawatir ibu akan menanya kannya,aku tidak ingin melibatkan beliau dalam kesedihan ku, cukup aku saja, namun goresan penasaran terpancar dari raut muka ibu,

Malam hari yang sunyi,
Ku terdiam dengan hati yang gelisah
Memegang botol kaca dan melihat secarik kertas , membuat malam ku penuh kegelisahan hingga terlarut dalam mimpi
Ketika mentari pagi datang ,
Namun kegelisahan ini belum senyap juga.

Rasa penasaran yang masih menjadi kegelisahan .. Menjadikan ku menjadi labil dalam berfikir. Mungkin kah dia sahabat jauh ku. Apa ini secarik kertas.Aku buka lagi dalam botol . secarik kertas.. Dan aku tidak bisa memungkiri kalau aku menikmati kegelisahan ini.

Dalam senyap ini aku mengamati inci per inci kalimat yang tergoreskan di atas surat ini. Sesungging senyum tiba-tiba menghiasi bibirku. Seperti aku mulai menikmati rasa penasaran ini, menerka-nerka seperti apakah wujud pangeran suray botol ini, dalam hening aku menerka-nerka, suara deru ombak pantai terdengar seperti nyanyian merdu saat ini.

Surat yg sudah sehari lalu, terselip dr balik buku catatanku. Di tambah lagi botol kaca yg isinya mampu menyihirku memiliki dua buah sayap mekar dengan kepak yg begitu dahsyat, membawaku terbang dengan takaran yg mampu membenamkan aku bersama awan-awan, waktu itu hatiku yg bekerja. Tapi sesaat setelahnya kepalaku membentur rasa yg membuat hatiku mekar, sayapku mulai melemah, awan-awan yg tadinya terlihat putih yg bersimpung cantik biru langit kini menjadi hitam pekat dengan guntur yg berselingan di antaranya. Keseimbanganku mulai pecah, sayap-sayapku telah gugur. Aku tersadar aku sedang duduk dengan khayalan yg tak pasti dan kegusaran yg melanda hati sepenuhnya berkat dua teka-teki entah siapa dalang di balik pencipatakan kegusaran ini mengantarkan surat dengan sampul lukisan pelangi dan sebuah botol kaca dengan isi 3 kata sihir sempurna.

"Kau sedang apa, Lembayung?" ibu menyapaku dari ambang pintu kamarku. Aku menoleh. Sedang beliau berjalan mendekat. Duduk di pinggiran dipan.
"Ini, Bu. Lembayung menemukan ini di bibir pantai," kuangsurkan surat itu pada ibu. Sedang aku masih merona pada satu kalimat terakhirnya.

Ibu melantangkan isi surat itu.
"Selamat Hari Kartini, wanitaku,"
Aku kembali merona mendengar kata itu.

"Siapakah ini Lembayung?"
"Entahlah, Bu. Lembayung pun tak tahu siapakah pemilik surat tanpa alamat ini. Lembayung hanya terus saja menemukan botol demi botol yang sama di tempat yang sama pula. Seolah, surat-surat itu disengaja," aku mengudarakan kesimpulanku sendiri.
Ibu tersenyum menatapku sambil mengusap puncak kepalaku lembut.
"Jangan terlalu berbunga, Lembayung. Asamu yang patah dapat membuatmu gelap mata, Nak,"
Seakan beliau tak ingin aku berlarut dalam kesenangan fana, tak ingin aku merasakan bahagia sesaat dan runtuh selamanya,sontak beliau memintaku mempersiapkan diri "kami kedatangan tamu untukmu nak, keluar lah sebentar" keningku berkerut, jutaan tanda tanya menggelayut dalam benakku, kegirangan akan tulisan yang tertera dalam botol melupakanku akan sekitarku dan tanpa menyadari sudah sedari tadi tamu depan menungguku, sekelebat aku siapkan diri dan melangkah pelan dalam kebingungan menuju ruang tamu dan....
Di ruang tamu
Ku temukan sahabat kecil ku , ia menyapaku
Setelah sekian lama pergi,
Aku menjadi gugup karna tak lama menemui nya
Telah lama tak berbicara riang padanya
Dan ia seperti sesuatu yang telah lama hilang kini kembali..
Ia mengajak ku ke pesisir pantai ,
Dan menceritakan kisahnya
Namun fikiran ku seolah tak bisa menatap aku terus memikirkan pengirim surat dalam botol itu yang membuat hati ku senyap setiap kali.
Sahabat ku melihat ku
"Ada apa lembayung , kou tak seperti dulu , yang ceria sekarang kou hanya diam saja"

Ku jawab dengan lembut
"Tak apa-apa Gus, hanya saja tadi ada sesuatu yang ku fikirkan" ucap ku
"Apa itu lembayung ? "

🍃🌺🌹🌺🍃
....................💌💌💌.....................

Vote comment kalian sangat berarti untukku..
Ku tunggu vote comment kalian...
Begitupun juga kritik saran dari kalian para readers...

🌿🌼🌸🌼🌿
 

....................  💌💌💌......................

  @ReiChantika
You're My Moodbooster

⏳⌛⏳
...................💮💯💮..................

You're My Moodbooster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang