Chapter 4 : Duka

19 9 1
                                    

Ku mulai melangkah mendekati abah ku yang telah berbaring disebuah tempat tidur. Aku sangat khawatir dengan keadannya. Aku sangat sayang abahku begitu juga denga ibuku.

"Kemarilah..." suaranya nyaris tak terdengar. Abah ku sangat lemah diatas kasur.

"Kenapa abah bisa seperti ini?" Tanyaku dalam diam, rasanya aku ingin menangis ditempat.

"Iya abah... " Aku bergegas mendekati abahku. Ku lingkarkan tanganku ke tubuh abahku. Lalu merubah posisiku menunduk sembari memegangi pergelangan tangannya. Ku tak kuasa menahan air mataku. Air mataku sudah mengalir deras tanpa kusuruh.

"Kenapa kau menangis lembayung? " Tangan kanan abah menghapus tetes air mata yang memgalir deras. Lalu aku menghapusnya dengan cepat. Aku tak ingin abah ku berfikiran bukan-bukan.

"Nggak abah. Abah cepat sembuh ya, aku ingin bermain dipantai bersama abah. Kita mencari ikan disana masih ingatkan abah?" suara serak terdengar begitu nyaring setelah adanya tangisan

"Abah sudah tua, sudah waktunya abah pergi. Abah mohon tolong jaga ibumu..." suaranya pelan nyaris hampir tak ku dengar. Kemudian ibu melangkah mendekatiku dengan wajah yang amat pucat tersenyum ke arah abah. Ibuku memelukku sambil tersenyum. Lalu melepaskan pelukkanya dan menunduk disamping abahku.

"Abah jangan ngomong seperti itu. Abah harus kuat." Tangan abahku meraih sebuah kalung di dekat tempat tidurnya lalu memberikan kalungnya padaku.

"Terimalah .." sembari menyodorkan kalungnya.

"Apa ini bah.." suara abahku tiba-tiba menghilang. Kemudian suara isak tangis membanjiri ruangan.

Aku memeluk ibu, ibu juga sangat erat memelukku. Aku memegang kalung dari abahku dan melihatnya lekat-lekat. Vita dan agus menghampiriku.

"Abahku sudah tiada." Vita memandangiku dan memelukku mengelus lembut punggungku.

Yang sabar ya.. Semoga abah diberikan tempat yang indah disana. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT. kamu harus sering berdoa ya untuk abah. Aku mengangguk di pelukan Vita.

Ada saatnya kita akan kehilangan orang yang kita cintai dan itu akan sangat membuat kita bersedih...

***

Abah sudah dimakamkan. Aku hanya bisa melihat abah dimasukan bumi. Kesedihan masih membekas diruang gelap menyelimuti hati ini begitupun juga Ian adikku. Dia juga sangat terpukul dengan kejadian hari ini.

Aku pun masih mengingat kejadian tiga hari sebelum kepergiannya, dia mengajakku untuk makan malam bersama ibu, Ian dan juga aku di halaman belakang rumah. Biasanya aku yang mengajak Vita dan Agus tapi tidak. Sungguh itu terasa tak biasa, tapi aku senang saja. Hari itu abah mengatakan sangat menyayangiku dan tak pernah sedikit pun merasa menyesal menjalani hidupnya bersama dengan kami. Aku baru menyadarinya di kemudian hari bahwa itu adalah makan malam terakhir kami.

Suara gemuruh di penghujung jalan, suara rintik hujan perlahan mulai terdengar ketika menyentuh permukaan atap. Membuat senyumku sedikit berkembang. Ya, aku suka sekali dengan hujan. Entah mengapa, suara hujan dan bau tanah yang basah sangat menentramkan hatiku. Aku melihat ke arah jendela. Aku pun melihat hujan pun ikut menangis karna kepergiannya.

Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja. Windry Ramadhina

🍃🌺🌹🌺🍃
....................💌💌💌.....................

Vote comment kalian sangat berarti untukku..
Ku tunggu vote comment kalian...
Begitupun juga kritik saran dari kalian para readers...

🌿🌼🌸🌼🌿
 

....................  💌💌💌......................

  @ReiChantika
You're My Moodbooster

⏳⌛⏳
...................💮💯💮..................

You're My Moodbooster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang