Chapter 5

12 5 0
                                    

2 bulan kemudian aku masih tak mengerti dengan semua ini. Aku mencoba bangkit untuk tak bersedih lagi. Karna abah sudah tenang di surga.

Impianku akan menjadi kenayataan suatu hari nanti.

"Lembayung ?"
Suara lembut ibukku menghentikan lamunanku.

"Iya bu.."

"Bisa duduk disini sebentar, duduk disamping ibu?"

"Tentu saja bu.."
Aku berjalan mendekati ibu di ruang tamu.

"Sejak tadi ibu lihat kamu di kamar terus dari kemarin? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya ibukku sedikit cemas.

"Emmm emm."
Aku berdeham.

"Kenapa coba diutarakan. Ada masalah apa? " Ibukku menyudutkanku. Aku takut jika ibu tak memperbolehkanku ke kota.

"Anu .. Anuu bu."

"Gimana? Nggak biasanya putri ibu jadi gagu gini?"

"Em jadi begini bu. Aku ingin sekolah dikota." kataku

"Apa,? Ibu ga mengijinkan kamu ke kota. Titik"

"Tapi bu. Ini mengenai sekolahku bu aku ingin belajar dikota. Disana juga ada vita dan agus bu teman-temanku sekolah disana."

"Emm, kamu ingin sekolah? Pengen terus ngambil jurusan kedokteran? Ibu ga mengijikan kalo kedokteran." Ibu dengan nada yang tegas.

"Haduh pikiranku jadi kacau hari ini. Benar saja ibu tak mengizinkanku. Sia-sia saja." Batinku

Tiba- tiba hening, dan suara ibu kembali menghentikan kecemasanku..

"Kalo jurusan kamu selain dokter ibu akan setuju." Terdengar suara ibu semakin lembut dan melemah. Aku berfikir sejenak.

"Kenapa diem? Kamu ga mau ? Oke kalo gitu ga usah sekolah di bandung."

"Kalo ga boleh jadi dokter. Gimana kalo aku jadi guru aja bu. Jadi aku bakalan ambil jurusan pertama Bahasa inggris terus yang jurusan ke-2 Bahasa indonesia." Aku gemetar takut jika tak diizinkan.

"Guru.? Ya bagus. Ibu suka itu."
Ibuku menghapus ke kwatiranku. Ibuku memelukku dan mencium keningku. Tampaknya ibuku sangat setuju dengan pilihanku menjadi guru. Dia sangat menyayangiku. Aku tau maksud ibu. Aku tak boleh jadi dokter. Karna masalalunya begitu pedih ketika kaka ibuku jadi dokter.

Aku sudah menjelaskan ke ibuku bahwa aku ingin belajar dikota. Bagaimana tidak? Agus dan Vita sudah belajar disana cukup lama. Aku ingin sekali belajar dikota. Dan aku diijinkan untuk ke kota. Pagi harinya hari selasa jam 7 pagi aku berpamitan pada ibukku dan Ian. Karna Ian ini masih umur 14 tahun.

"Ian jangan nakal ya kak lembayung akan pergi sebentar ke kota mencari ilmu." Aku mendekati Ian yang masih sibuk dengan televisinya.

"Iya kak, kakak baik-baik ya disana, Ian sayang kak lembayung." Ian memelukku adik satu -satunya yang aku sayangi.

Ketika meninggalkan sangat sulit dirasa, aku hanya ingin mengubah jalan hidupku. Untuk kebahagiaan keluargaku...
***

Tepat pada pukul 9 pagi, mobil Avanza menghampiri rumahku untuk membawa  barang-barang yang telah dirapikan tadi pagi oleh ibu. Kini ada omku yang menemaninya karena dia ingin membantu kami dalam mempersiapkan kepindahanku ke kota, dia adalah anak terakhir dari nenekku. Setelah semua barang yang ada di rumahku diangkut ke dalam mobil. Aku pun langsung meninggalkan tempat kelahiranku itu dengan kenangan yang tersimpan dalam ingatanku. Tetapi aku harus bisa melupakannya sementara, lagian kan aku masih bisa mengunjungi tempat kelahiranku itu jika aku mau. Setibanya di sana, kami langsung menurunkan barang-barang menuju ke rumah nenek untuk nantinya dibereskan sesuai dengan tempatnya.

Kenangan akan tetap bersamaku. Dimemori ingatanku, dan selamanya akan disini, tak akan ada yang mengubahnya.

You're My Moodbooster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang