Lust

12.1K 690 144
                                    




Pukul enam sore di Amerika Serikat. Charlie mengkalkulasi; hitungan cepat sembari menggumam ketika jemarinya meraba samar di atas papan keyboard. Mata terfokus pada layar, sesekali melirik ke arah jam digital kecil yang ditaruh rapi di sebelahnya.




Selisih waktu dengan Korea, ia berdeham pelan, seharusnya disana sudah pukul tujuh pagi. Entah kurang atau lebih.



Dan ia tersenyum. Tipis sekali.



Sekali lagi, membiarkan nalarnya sebagai laki-laki yang berjalan. Dengan lincah, dan terlampau hafal, mengetik sebaris kata-kata yang ia buat semudah mungkin. Tidak berbelit, straight to the point. Dan tanpa pikir dua kali, menekan pilihan 'kirim'.



Sejenak, jantungnya nyaris berhenti.





"Been a long time, huh?" Kekehnya. Lidah dengan jahil terselip, menjilat bibir bawah ketika satu gambaran visual tercipta dalam benak.




Jungkook.





Dua kali berhubungan intim, pemuda Asia itu sudah berhasil membuatnya gila.


Wajahnya begitu cantik, bersemu penuh rindu. Kulitnya bersih. Terlampau mulus untuk ukuran lelaki. Charlie nyaris tergelak; Apa laki-laki di Korea memang rajin sekali melakukan perawatan kulit selayaknya perempuan?

Atau....itu memang keindahan alami yang terlampau sempurna bagi seorang Jeon Jungkook?



Entahlah. Yang pasti baginya, lekuk tubuh sintal, semampai dan seksi itu benar-benar membuatnya bergairah. Menjamah sebatas layar rasanya tidaklah cukup. Terlebih ketika dari seberang sini, ia masih bisa melihat dengan detailーmelalui layar televisi lebar yang sengaja ia pasang di dalam kamarーbagaimana bibir merah merona itu berkilat begitu basah. Serta semburat merah muda pada pipi yang membuatnya terlihat begitu cerah, mampu membuatnya merasa begitu berhasrat untuk kembali berhubungan intim?



Rasanya tidak cukup hanya dua kali. Ia ingin lagi.


Lagi,


Dan lagi.



Ingin kembali menguasai Jungkook.

Membantingnya ke atas ranjang.

Menelanjangi.

Menjilati seluruh tubuhnya lagi.






Sial. Rasanya ia bisa menjadi gila. Setiap pagi terbangun dalam keadaan bagian pelvis yang basah itu seperti neraka. Dengan mimpi yang sama. Gambaran jelas seseorang yang familiar.


Gambaran jelas akan privasinya; yang tertanam begitu dalam, dijepit begitu kuat, berkedut begitu hebat, dan bergesekkan begitu panas di dalam rektum Jungkook.



Atau mungkin lidahnya.



Bersilat dengan lingua Jungkook. Menjamah seluruh rongga mulutnya hingga pemuda itu sesak kehabisan nafas. Atau menyesap dadanya hingga ia membusung. Memberi gambaran bentuk tubuhnya yang melengkung cantik, disertai jeritan namanya yang memantul indah pada dinding.

Atau mungkin dengan wajahnya yang tertanam di antara kedua tungkainya yang mengangkang begitu lebar, ketika ia memakannya secara utuh?



Jarinya mulai gatal.

Seolah ingin kembali menilik memori akan mereka yang pernah bermain begitu nakal. Begitu liar. Mengeruk Jungkook begitu dalam. Mengoyaknya hingga pemuda itu menangis sesenggukan. Meraih orgasme hanya dengan permainan telunjuk dan jari tengah.



Brengsek.


Kenapa ia bisa sebegini panas hanya untuk seorang pemuda tanggung yang baru beranjak dewasa kemarin sore?







Dan kembali, ia mengetik.

Sebuah undangan. Diam-diam, ia menyilang jari tengah dan telunjuk. Debaran tenang menyenangkan membuatnya tersenyum. Tipis, memang. Tapi, rasanyaー








Charlie Puth✔

Yo @BTS_twt ...DMs!!





'Yup. I've sent it'  ia membatin.



Baru sekilas ia akan melakukan ritual paginya; menyelipkan tangan di balik celana broken jeansnya, menyelinap masuk dengan satu elusan pada privasinya yang secara rutin bergejolak. Mengeras dalam genggaman, terasa panas dan begitu bergairah, seperti pagi biasanya,


Hanya karena Jeon Jungkook,



Dan aroma tubuhnya yang sialan itu.



Juga suara desahannya yangーbangsat! Ia terangsang!



Dan mendadak pikirannya sukses teralih. Ketika satu denting notifikasi menjadi fokus perhatian. Handphone yang semula terbengkalai di atas nakas, beralih dalam genggaman. Sebuah decakan malas ia decihkan, hanya untuk tergantikan dengan nafasnya yang mendadak tercekat.





Oh Tuhan.


Bunuh Charlie.


Sekarang, kalau perlu.








+82xxxxxxxx

Daddy?

Its me. Jungkook.

I

I miss you.















....well fuck.

So, "Marvin Gaye?" ㅡcharliekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang