Pemimpin ? Pembicara ? dan Pendengar ?

51 3 2
                                    

Seorang wanita bertanya
Apa impianmu nak ?
*impianku...ehm tunggu. Pemimpin ? Tapi aku tak yakin
Kenapa kamu tidak yakin ?
*entahlah... karena seorang pemimpin harus pandai berbicara
Lantas apakah kamu tak terlalu pandai berbicara ?
*aku ? sebenarnya aku lebih memilih menjadi seseorang pendengar yang setia
Apakah menjadi pemimpin yang pandai berbicara harus kah ?
*iya
Seyakin itukah kamu ?
*yakin
Apa alasanmu ?
*karena pemimin harus pandai berdiplomasi, berpidato, bernegosiasi, menyakinkan rakyatnya, dan banyak hal yang lainnya
Mengapa kamu lebih memilih menjadi seorang pendengar ?
*karena aku tidak yakin atau bahkan belum isa menjadi seorang pembicara. Dan menjadi pendengar itu menyenangkan, seringkali mereka bercerita tentang sebuah kehidupan mereka atau bahkan orang lain jika perlu aku memberikan saran
Sesuka itukah kamu ? Mengapa kamu tidak mencoba satu kali saja untuk menjadi seorang pembicara?
*kuharap begitu
Kuharap begitu ? kenapa ? kamu tampak murung, ceritalah kepadaku
*kau siapa ? untuk apa kamu tau ? apakah kamu mata-mata yang dikirim Tuhan ?
Hahahaha...kamu sungguh lucu sekali. Bukankah Tuhan yang terlebih dahulu kamu beritahu ?
*lalu apa tujuanmu ?
Dengar nak aku bosan menjadi seorang pembicara
*benarkah ? kenapa ? bukankah seseorang pembicara itu hebat dan menyenangkan ? bisa bersosialisasi dengan orang banyak bahkan tanpa sebuah tindakan saja orang lain percaya
Benarkah itu ? aku bahkan tidak tau hal itu. Kamu tadi bilang menjadi pendengar itu menyenangkan, seringkali mereka bercerita tentang sebuah kehidupan mereka atau bahkan orang lain jika perlu aku memberikan saran
*iya... lalu ?
Asal kau tau terkadang atau bahkan sering sekali menjadi pembicara itu lupa dengan tujuan asli mereka. Mereka terlalu hanyut dengan kepercayaan rakyat yang telah diberikan. Lidah mereka sangat tajam dan bahkan perkataan yang terlontar dalam ucapan mereka sangatlah kejam untuk seseorang yang tidak bersalah.
*ya aku tau betul hal itu. Makanya aku tidak ingin menjadi seorang pembicara
Kamu bukan tidak ingin menjadi pembicara bukan ?
*huh??
Ayolah ceritalah kepadaku apa yang ada di isi hati da didalam benakmu yang jenius nan dalam itu ?
*aku hanya takut mereka tidak menghargai atau bahkan tidak percaya dengan ucapanku. Karena aku terlalu berbelit-belit maksudku aku cukup susah merangkai kalimat dalam bentuk ucapan, andai dalam bentuk teks atau tulisan aku cukup dan bahkan bisa melakukannya.
Jadi itu masalahmu ? terlalu berbelit-belit katamu ehmm... begini bukakah kamu biasa memberikan saran kepada orang lain yang bercerita keadamu ? mungkin kamu kurang bersosialisasi maksudku cobalah keluar dari zona nyamanmu pergilah berkelana di dunia sana.
*aku sudah mencobanya, hanya saja...
Hanya saja ... dia orang yan populer atau kelas sosialnya yang tinggi sehingga kamu dipandang mereka rendah ? atau mungkin kamu langsung menyerah ?
*entahlah...hanya aku tidak tau apa yang kumaksudkan, tetapi itu bisa saja
Coba pikirkan bagaimana seseorang pemimpin dapat berbicara di depan khalayak umum ?
*apa maksudmu ?
Dengar, wahai gadis kecil "Jika kamu ingin menjadi seorang pemimpin jadilah pendengar yang baik terlebih dahulu, jadilah seorang pemicara yang berbicara seperlunya saja. Dengarkan, berbicaralah seperlunya bukanlah omong kosong belaka, lalu kerjakanlah. Aku tau kamu gadis yang pekerja keras, telaten, ulet dan pastinya fokus pada tujuanmu. Kamu juga pandai dalam berbagai hal."
*bagaimana jika itu gagal ?
Kenapa kamu takut dengan kegagalan ?
*aku takut kecewa
Maksudmu orang lain akan kecewa ? begitu rupanya, manusia di dunia ini selalu ada kegagalan sadar atau tidak sadar. Wajar. Hal itu sangat wajar. Abaikan omongan orang-orang diluaran sana
*kini aku percaya denganmu
Seharusnya kamu percayalah pada dirimu sendiri karena apa? yang melakukan nantinya adalah kamu bukan aku. Bahkan kamu tak mengenalku. Aku disini guna meyakinkan dirimu, sejauh manakah kamu nantinya akan berjalan. Bukankah kamu calon pemimpin ? ayolah ini lah yang kusuka darimu, "mendengarkan" ku harap jangan asal mendengarkan saja. Gunakan hal apapun yang kamu dengar dengan sebaik-baiknya untuk dirimu maupun orang lain. Tunggu... hujan hampir reda ku rasa aku akan kembali
*kenapa ? bisakah aku mengantarmu pulang ?
Tidak usah gadis kecil, kakak sudah terbiasa
*bagaimana caraku untuk menemuimu ?
Aku ? kurasa kamu telah mengenalku dengan baik. Aku akan hadir dimana saat hujan berada
*huh ? apa kau sungguh manusia atau bidadari atau bahkan malaikat ?
Malaikat ? tunggu sayang bukankah malakat tidak memiliki jenis kelamin ? bidadari ? apakah aku secantik itu ? hahahahahaha... Jika iya terima kasih
*mau kemana kamu ?
Pulang ke tempatku, hujan mulai reda gadis kecil. Pulanglah selagi hujan reda
*kenapa kamu selalu memanggilku gadis kecil, huh ? aku sudah dewasa
Sampai jumpa gadis kecil, panggil aku Rain. Cepat pulanglah
*baiklah hati-hati kak Rain. Rain ?

Sembari melihat Rain yang berjalan dikerumunan orang, aku si gadis kecil itu bertanya-tanya siapakah dia ? apakah dia bidadari ? wajah putihnya dengan rambut panjang hitam nan lebat, denim jaket biru muda berlengan panjang yang dipadukan dengan rok putih tampak cocok dengan tubuh idealnya, sambil membawa buku note yang entah apa isinya dan payung merahnya yang ia bawa di tangan kanannya. Semakin lama bayangannya hilang menjauh. Rain ? siapakah dia ? siapapun kamu aku berterima kasih dengan tulus.

Hai, Rain ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang