Oneshoot

11 0 0
                                    


"Apa yang akan kau lakukan jika aku jatuh cinta padamu?" tanya seorang perempuan berambut sebahu

"Apa? Kau jatuh cinta padaku?" ucap pria disamping yang nampak sedikit terkejut melalui tatapannya

"Apa yang akan kau lakukan jika aku jatuh cinta padamu?" ulang perempuan itu lagi

"Aku tidak tahu, mengapa?" balas pria itu

"Tidak, aku hanya bertanya saja" ucap perempuan itu

===============================^%%%^============================

S

atu... dua... tiga... daun kering jatuh dari rantingya dan melayang terbawa angin yang berhembus disekitar. Musim gugur telah tiba beberapa hari lalu untuk menemani sesosok yang telah kehilangan. Angin dingin berhembus menyapa untuk memberitahukan kehadirannya pada sosok putih pucat yang tengah berdiri disebuah atap gedung. Memandang jauh diantara gedung – gedung pencakar langit.

Dia baru saja kehilangan sebuah sosok yang baru disadari memiliki sebuah arti yang tidak dapat terganti. Menemani 547 hari tanpa disadari meninggalkan sebuah kesan yang baru saja dia baca setelah sosok itu pergi dan dia sendirilah yang mengantarkan kepergian sosok itu. Andaikan dia menyadarinya lebih awal mungkin saja dia dapat menahannya lebih lama.

Perbedaan yang memisahkan mereka dan perbedaan itu yang membuat mereka tidak dapat bersatu. Mungkin ini adalah salah waktu yang menghadirkan rasa yang tidak sepantasnya dimiliki. Seharusnya dia tidak boleh memiliki rasa ini. Apakah Tuhan menghukumnya dengan memberikan rasa ini padanya? Apa kesalahannya dimasa lalu terlalu banyak dan berat hingga dikehidupannya kali ini Tuhan memberikannya rasa terlarang ini?

"Hallo namaku Titaca Aurely Jeon" sapa perempuan manis dengan rambut sebahu itu

Hanya tatapan dingin yang ditampilkan pria didepan Titaca itu.

"Aku yang akan menjadi patnermu" ucap Titaca

"Aku tahu. Kau Titaca Aurely Jeon, telah menjadi roh penasaran selama 7 tahun dan kau ditugaskan menjadi patnerku untuk dapat masuk ke akhirat" balas pria itu

"Benar sekali ternyata kau pintar" ucap Titaca tersenyum

"Sebutkan namamu" pinta Titaca

"Kau dapat membacanya sendiri nona" balas pria itu dingin

Jika dia tahu pertemuan dan kebersamaan itu hanya sesaat, dia pasti akan bersikap lebih baik pada gadis itu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Angin mengantarkan tawa ceria seorang Aurely Jeon pada pendengaran pria itu. Mata legamnya menyiratkan sebuah perasaan terdalam tentang kehilangan dan kesepian.

Dia ingat betul tempat-tempat ini yang menjadi saksi atas kebersamaan mereka. Tidak akan pernah hilang dalam ingatan pria itu ketika untuk pertama kali gadis itu menangis karena mengantarkan seorang roh anak kecil menuju akhirat. Untuk pertama kalinya ada sebuah rasa getir melihat tangis seseorang terlebih itu adalah tangis seorang roh perempuan.

"Menangis tidak akan mengembalikannya!"

Begitu kasar dia dulu pada gadis itu. Tidak ada perasaan lembut didalam dirinya. Tentu saja, dia adalah malaikat maut yang ditakuti semua orang. Mana mungkin dia memiliki sikap lembut, jika ia maka tidak ada seorang pun yang akan dikirim keakhirat.

"Tuan sejak kapan kau menjadi malaikat maut?" tanya Aurely Jeon

"Lebih dari 800 tahun yang lalu" jawab pria itu dengan suara yang dingin

Senyum gadis itu kembali melintasi alam pikirannya. Semakin lama semakin jelas dan membuat hatinya seperti dihujami ribuan jarum. Lagi-lagi dia bertanya mengapa Tuhan mempermainkan dirinya seperti ini? Apakah dulu dia seseorang yang selalu mempermainkan perasaan orang lain?

Tidak, perasaannya begitu sesak dan sungguh tidak tertahankan lagi. Detik jarum jam dapat terdengar oleh indranya dan membuat hatinya semakin sesak dan semakin tidak terhankan lagi.

'Aaarrgghhhh!!'

Erangnya, setelah sakit yang teramat hebat itu. Sebutir air mata jatuh dari pelupuknya. Kembali sosok gadis itu yang terlintas bersama senyum dan wajah hangatnya.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku jatuh cinta padamu?"

"Apa? Kau jatuh cinta padaku?"

"Apa yang akan kau lakukan jika aku jatuh cinta padamu?"

"Aku tidak tahu, mengapa?"

"Tidak aku hanya bertanya saja"

Percakapan terakhir sebelum mengantar gadis itu keakhirat kembali berputar. Kini sebutir lagi air mata yang keluar dari pelupuknya. Sakit dan sesak ketika kenangan itu kembali berputar.

"Tuan Hasel, terima kasih atas semuanya" ucap Aurely Jeon tersenyum

"Hhmmm" balas Hansel dengan wajah dinginnya

"Sampai berjumpa kembali, aku mencintaimu" ucap Aurely Jeon tulus dan berlari menuju cahaya itu

Terpaku atas pengakuan singkat gadis itu padanya. Lidahnya kelu untuk membalas atau menolak hal itu. Setelah beberapa saat dia menyesali karena membiarkan gadis itu pergi darinya untuk selamanya.

Fin

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang