Prolog

944 50 28
                                    

Malam sudah memasuki dini hari pd tgl 1 Oktober 1997 di pusat kota Amer, India. Sebagian besar manusia telah meringkuk dalam dekapan selimut kesunyian. Tapi tdk sama halnya dg suasana di sebuah mansion megah milik seorang pengusaha tekstil tersohor di wilayah Asia Selatan. Suasana mansion begitu gegap gempita dg banyaknya orang berlalu lalang. Sepertinya sang pemilik tengah mengadakan pesta. Oh tidak... ini seperti... menunggu sesuatu yg belum pasti, terlihat dr wajah tegang mereka semua.

Di salah satu kamar yg paling besar tampak seorang wanita cantik terbaring bersimbah peluh dan dikelilingi wanita - wanita tua. Sementara seorang lelaki 40 th-an berdiri di sudut kamar dg rona gelisahnya.

"Ayo, Nyonya. Nyonya harus kuat. Putri cantikmu sudah tdk sabar menyapa dunia." Pinta salah seorang wanita tua yg tengah merogohkan kedua tangannya ke dalam kain yg menutupi kedua kaki wanita cantik yg berbaring tadi yg sedang dlm posisi tertekuk. Rupanya wanita cantik yg dipanggil nyonya tsb hendak melahirkan.

"Ye Ambe Ma... aku tak sanggup lagi berjuang. Maafkan Maasa, Sayang." Ucap sang ibu hamil itu yg terlihat kepayahan sambil menatap perut buncitnya.

"Meena!" Lelaki 40 th-an yg sejak tadi hanya berdiri tegang di pojokan itu serta merta membentaknya.

Ia yg tak lain adl suami wanita cantik bernama Meenawati itu bergegas mendekati ranjang dimana Meenawati masih berbaring dikelilingi para pelayan yg membantu persalinannya. Lelaki itu duduk di dekat kepala sang istri.

"Jangan membuatku takut, istriku. Aku tdk sanggup klo harus kehilanganmu. Tolong... demi aku, berjanjilah utk bertahan dan berjuang. Demi aku, Meena..." ucap sang lelaki seraya mengusap kepala Meenawati penuh kasih. Istrinya menatap sang suami dg wajah pucatnya.

"Aku merasa... tak punya daya... lagi... utk... melahirkan... kali ini, Bharmal. Mungkin... ini jalan... kema..." dg nafas patah - patah Meenawati bertutur sebuah kalimat yg membuat Bharmal, suaminya kian sedih dan suasana makin mencekam.

"Meena!"
"Nyonya!"

Bharmal dan wanita tua yg dr tadi bersiap di bagian bawah tubuh Meenawati itu serempak membentaknya.

"Melahirkan memang sebuah perjuangan hidup dan mati, Nyonya. Tapi bukan berarti Nyonya harus menyerah saat mengalami kesulitan tsb." Nasehat sang wanita tua tadi.

"Lebih baik Nyonya simpan tenaga utk mengejan lebih kuat shg bayi ini segera lahir." Sarannya selanjutnya.

"Shaguni benar, Meena. Kamu jangan berpikir yg tidak - tidak. Yakinlah bahwa Dewa akan menolongmu dan kamu pasti selamat." Bharmal mendukung pendapat wanita tua tadi yg bernama Shaguni Bai.

"Nyonya tahu... saya merasa putri yg akan terlahir ini kelak jadi wanita tangguh yg sanggup menghadapi goncangan hidup sekencang apapun. Mengingat beratnya perjuangan Nyonya saat melahirkannya." Kata Shaguni memberi pandangannya.

"Untuk itu, berdoalah pd Dewi Kali Ma agar diberi kekuatan utk melahirkannya." Saran Shaguni.

"Ambillah nafas sebanyak - banyaknya kemudian hembuskan perlahan. Dan jika sudah siap, mengejanlah sekuat tenaga. Yakinlah bahwa putrimu akan lahir dg selamat. Begitupun dg dirimu." Shaguni pun memberi instruksinya utk kebaikan Meenawati maupun sang calon jabang bayi.

Meenawati pun menurut. Ia tarik nafas dalam - dalam dan menghembuskannys perlahan. Seorang pelayan memberinya segelas air putih dan Meenawati meminumnya 2 tegukan. Setelah itu ia mencoba mengatur nafas kembali utk kemudian memberi isyarat pd Shaguni klo ia siap mendorong bayinya.

Oek... oek... oek... akhirnya... Setelah 3 kali mengejan panjang, janin yg bersemayam di perut Meenawati selama 9 bulan itu telah keluar.

"Selamat. Putri kalian akhirnya telah lahir. Dia adl bayi tercantik yg pernah aku lihat." Ucap Shaguni sambil menimang bayi perempuan yg masih berlumuran darah itu.

Kismat Milaya Hum Tumse ( Jodoh Dari Langit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang