Tiga tahun kemudian
.Keluarga besar Humayun nampak berkumpul di depan rumah mereka dan beberapa kereta angkut dg sapi sbg penariknya terlihat bersiap mengangkut semua orang. Sepertinya mereka akan pindah ke daerah lain.
"Jalal tdk mau ikut, Ammijaan..." bocah tampan 3 th itu rupanya enggan diajak pindah rumah.
"Tapi kamu bersama siapa disini? Semua keluarga kita akan pindah ke Indonesia. Disana tanahnya cocok utk kebun teh Abbujaan shg keuangan kita membaik, Nak." Ujar Hamida, sang ibunda yg tengah menggendong bayi perempuan berusia 2 bulan.
"Kebun teh kita sudah tdk bisa diandalkan krn tanahnya rusak akibat polusi dr limbah pabrik." Tutur Humayun berusaha meyakinkan Jalal.
"Abbujaan sudah kesulitan mencari uang utk hidup kita." Ucap Humayun selanjutnya.
"Tapi kita bisa menjual kambing - kambing ini. Kambing Jalal gemuk - gemuk." Ucap Jalal memberi solusi sambil membelai 3 ekor kambingnya yg tengah ia pegang talinya.
Semuanya tersenyum mendengar kata - kata Jalal, termasuk kakak perempuannya yg berusia 7 th bernama Niggar.
"Iya. Kambingmu memang gemuk dan sehat. Tapi klo kita jual terus akan habis. Disana nanti Abbujaan janji akan membelikanmu kambing yg lebih banyak. Klo kamu mau sapi, Abbujaan juga akan mengusahakannya." Ujar Humayun berusaha merayu putra tunggalnya.
"Abbujan beneran akan membelikan Jalal kambing dan sapi yg banyak?" Tanya Jalal dg wajah girang mendengar janji sang ayah.
"InsyaAllah." Jawab ayahnya.
Jalal tertawa ceria yg membuat seluruh keluarganya ikut tertawa. Namun tak lama kemudian wajah Jalal kembali meredup.
"Ayo sekarang bersiaplah. Kita akan segera ke dermaga klo tdk mau ketinggalan kapal." Humayun secepatnya mengajak sang putra sebelum Jalal berubah pikiran kembali begitu melihat wajah Jalal kembali muram.
"Tapi..."
"Kenapa lagi, Jalal?"
"Aku tdk mau meninggalkan temanku."
"Kambing - kambingmu juga akan ikut kita bawa." Ujar Gulbadan yg menyangka Jalal enggan meninggalkan kambing - kambingnya yg sudah seperti sohib kentalnya.
"Bukan kambing, Bi." Jalal merajuk mendengar sangkaan sang bibi.
"Lantas?"
"Seorang gadis mata bulat berwarna coklat yg sangat cantik." Jawab Jalal dg senyum menawan yg terkembang di bibirnya.
"Oya? Siapa? Priya kah yg kamu maksud?" Tanya Niggar dg wajah usilnya.
"Bukan! Mata Priya khan juling." Jawab Jalal dg wajah cemberut.
"Hus!" Bentak ayahnya.
"Beneran. Mata Priya memang juling koq." Ujar Jalal enggan dibantah.
"Trus siapa? Anjali?" Tanya Hamida kini.
"Bukan." Jawab Jalal sembari mendengus.
"Namanya... Jo-dha." Tutur Jalal dg wajah menatap langit biru.
"Jodha?" Tanya serempak seluruh keluarganya.
"Iya."
"Anak siapa Jodha itu? Bukankah di desa kita tdk ada yg punya nama Jodha?" Kali ini Hamida kembali angkat suara.
"Aku tdk tahu dia anak siapa."
"Rumahnya?"
"Entah."
"Lho, kalian ketemu dimana?"
"Dimana ya? Sepertinya di pohon mangga."
"Pohon mangga mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kismat Milaya Hum Tumse ( Jodoh Dari Langit )
FanfictionPernikahan bisa terjadi dg banyak alasan namun cintaku pdmu telah Tuhan ciptakan sejak kita masih di surga-Nya ( quote of Suryaban Singh ) Benar yg Suryaban katakan. Keajaiban cinta sering tak kita pahami saat tiba-tiba 2 orang insan berjodoh seolah...