IMW 2

36 3 0
                                    

"Bang Jaki. Bangun woi" teriak Vanya tepat ditelinga Dzaky.

"Apasih ganggu ae lo tiri!" Ucap Dzaky serak khas orang baru bangun. Ia membenamkan wajahnya dibantal.

"Ih bangun jan molor mulu. Gue udah telat nih." Vanya mengguncangkan tubuh Abangnya dengan keras agar Abangnya bangun.

"Telat? Ini kan minggu. Emang lo mau ngapain ke sekolah?" Tanya Dzaky dengan posisi yang masih sama. Mukanya terbenam dibantal.

"Gue ekskul dance sama vokal bang. Bentar lagi ada pensi gitu." Sumpah demi apapun, Dzaky tidak bertanya disekolah adiknya itu akan ada pensi atau tidak. Ia masih sangat mengantuk.

"Bodo amat."

"Abaaang!" Teriak Vanya keras.

"Ish! Bang Danis kemana emang?" Tanya Dzaky dengan posisi yang masih sama. Namun kali ini ia menutup kedua telinganya karena teriakan adeknya itu.

"Dia udah pergi dari pagi. Mau olahraga sama ceweknya katanya." Ucap Vanya tenang.

"Trus Papa kemana?" Masih dengan posisi semula.

"Papa ada meeting jadi berangkat pagi." Kata Vanya jengah.

"Mama?"

"Mama udah pergi ke Supermarket Abang. Tadi sama Papa. Beli stock belanja buat sebulan. Mau nanya apa lagi? Bik Sum? Dia ga bisa nyetir!" Ucap Vanya lalu memutar bola matanya.

"Huh! Gue juga tau tiri!" Dzaky lalu bangun tapi matanya masih merem.

"Ih gue bukan anak tiri!" Teriak Vanya keras membuat Dzaky menutup telinganya rapat-rapat.

Ya, Dzaky memang sering memanggil adik kandungnya itu dengan sebutan tiri ataupun adik tiri. Karena menurutnya namanya dengan nama kedua kakaknya berbeda jauh. Aditya Danis Pradana, Arya Dzaky Pradana dan Vanya Fernan Pradana. Beda jauh bukan?

"Berisik bego!" Dzaky lalu turun dari kasurnya.

"Gitu kek dari tadi. Susah amat. Dan lo jangan mandi ye bang. Lama, keburu gue telat. Gosok gigi sama cuci muka aja!" Perintah Vanya.

"Eits enak aja. Ntar gue ga ganteng lagi." Dzaky berjalan mengambil handuk.

"Eh beneran lo dah ganteng deh. Gausah mandi ya abangku" pinta Vanya dengan wajah yang dibuat-buat dan tangan yang menangkup.

"Lo muji gue kalo kepepet. Awas mepet-mepet terus, ntar nyungsep lo."

"Udah gue puji. Masih aja. Sana deh cepetan cuci muka, awas aja sampe gue telat." Vanya mengacungkan jarinya diwajah Abangnya itu.

"Iye bawel."

***

"Eh dek! Semalem lo ngambil diary nya bang danis ya?" Tuduh Dzaky.

Vanya menyengir. "Hehe iya, lagian tuh ya. Masa bang danis udah tua masih aja beli diary. Gambar hello kitty lagi. Yaudah gue ambil diem-diem. Eh isinya cuma poto doang." Vanya cengengesan mengingat kejadian tadi malam.

"Iya aneh banget tuh abang lo!"

"Abang lo juga bego."

"Eh bang cepetan dikit napa. Udah jam tujuh kurang lima belas ini." Lanjut Vanya sambil melirik jamnya.

"Eh tiri, lo liat ga depan macet. Mau gue tabrak atu-atu tuh mobil depan?" Ucap Dzaky malas.

"Makanya beli mobil yang ada sayapnya!" Celetuk Vanya.

"Yeu. Gaada bego. Emang softex, ada sayapnya!" Ucap Dzaky asal.

Sepuluh menit akhirnya Vanya tiba di sekolah dengan selamat tanpa harus menabrak mobil-mobil yang menghalangi jalan.

In My Wish (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang