Bagian 1 Kamar Kosong

47 3 0
                                    

Rumah yang mewah dan besar, tetapi dalam pandangan lain rumah itu seperti di huni keluarga astral..
Ramai, banyak bayangan-bayangan yang terlihat mondar mandir.

Bulan pertama bekerja, aku mencoba untuk tidak memperdulikan sosok bayangan yang selalu mondar-mandir itu. Meskipun terkadang ada bentrok dengan suatu energi panas yang tertangkap punggung dan dadaku tetapi aku mencoba untuk cuek.

Ada satu ruangan yang membuatku merasa tidak nyaman ketika berada di dekatnya. Ruangan itu adalah kamar, sebuah kamar tamu yang selalu kosong letaknya di lantai dua dekat balkon..

Pukul 7 malam. Aku berada di rumah bersama mbak Tini asisten rumah tangga bagian bersih-bersih dan memasak. Sedangkan anak-anak​ yang ku asuh sedang pergi bersama mami dan papinya.

"Sus..., Tolong nyalain AC kamar anak-anak ya, dan siapin tempat tidurnya, biar nanti pulang mereka langsung tidur"
Ucap bosku/bu Nani melalui telephone..

"Baik bu" jawabku.

Kamar anak juga berada di lantai dua bersebelahan denga kamar bosku dan hanya berjarak lima meter dari kamar tamu yang kosong memang di batasi pintu dan jendela kaca tetapi tetap saja aku bisa melihat kamar kosong itu dengan jelas. Perlahan aku menaiki tangga, baru setengah menuju lantai atas tiba-tiba kakiku terasa berat dan merinding.

Aku melihat-lihat ruangan atas yang selalu gelap itu, hiii..., Aku bergidik.
Hawannya sungguh berbeda, aku kembali turun dan meminta tolong mbak Tini untuk mengantarku ke kamar anak. Tetapi mbak Tini malah mrengut dan beralasan sibuk. Terpaksa aku kembali melangkah menuju lantai atas sendirian,

"Duuh..., Berani tidak yah" ucapku ragu.

Tetapi sebentar lagi anak-anak akan tiba di rumah. Akhirnya aku memberanikan diri dan melanjutkan langkahku. Aku merasakan hawa dingin yang meniup tengkukku, membuat perasaanku semakin tidak karuan.

"Hikz..., Gelaap.." aku menengok kanan dan kiri.

Setelah sampai di atas aku langsung berlari ke kamar, cepat-cepat kunyalakan lampu dan AC di kamar itu, lalu aku berlari turun ke bawah.

"GUDUBRRRRAAAAAKKK" kakiku menyampar tempat sampah..

"Ya ampuuunnn Nimas kamu ngapain siih" tegur mbak Tini.

"Emm..., Hehe maaf mbak ga sengaja"

"Lagian ngapain kamu pake acara lari-larian segala!"

"Yah mbak..., Aku takut mbak, tadi di atas..."

"Aah..., Sudah..., Sudah cepat beresin lagi tuh"

" iya mbak"

Aku mulai curiga denga tingkah mbak Tini sepertinya ada sesuatu yang di tutupi. Apakah rumah ini bekas makam atau memang tuan rumah melakukan..., aahh pikiranku mulai nglantur..

Mbak Tini sudah bekerja 22 tahun di rumah ini so pasti dia banyak tahu tentang keluarga ini, karena sebelumnya aku pernah di​ peringatkan..
Jangan tidur di ranjang pembantu bagian atas (ranjang bertingkat) jika tidur di ranjang atas akan ada penampakan kepala manusia tanpa tubuh.

Aku pikir mba Tini bercerita seperti itu hanya untuk menakut-nakutiku saja, tapi semakin lama aku merasa aneh dengan rumah itu.
Lily anak asuhku selalu tidur di kamar oma nya lantai bawah, sedangkan di kamar anak yang atas, ada aku, Crish dan Tasya.

Malam itu aku sulit sekali tertidur Lebih lagi posisi tidur dengan lampu padam, aku bolak balik merubah posisi tidurku. Hingga mataku menangkap satu sosok asing di kamar itu.

Sosok wanita berambut sebahu yang menutupi wajahnya, wanita itu berdiri dan tertunduk di dekat ranjang Crish, diam tak bergerak sedikitpun, pakaianya jubah putih tetapi aku tidak melihat kakinya.

"Sedang apa bu Nani di sini? Kapan ia masuk ke dalam kamar?," Tanyaku dalam hati.

Ku tarik selimut hingga menutupi kepala, dan mengintip sosok itu dari bawah selimut. Wanita aneh itu hanya terus diam sambil berdiri, aku terus mengamatinya lalu lama kelamaan sosok wanita itu berubah menjadi asap putih menipis lalu menghilang.

Ya ampun, ternyata dia bukan bu Nani, karena takut aku menutup seluruh kepalaku dengan selimut dan kupaksakan untuk segera tidur malam itu.

Malam berikutnya...

"Nimas..., aku minta tolong, aku lupa kalau seragam Crish yang akan di kenakan besok belum aku setrika, tolong yah setrikain, mbak lagi repot banget nih"

"Waduh..., Sekarang mba Tini?"

"Iya sekarang masa tahun depan!"

Aku terdiam...,

"Eehh malah bengong"

"Ehh..., Hehe iya mbak Tini"

Aku bergegas menuju lantai atas lalu terdiam di atas tangga sambil memandangi ruangan untuk menggosok pakaian yang letaknya tepat berada di depan kamar tamu yang kosong. Suasana yang gelap dan hawa yang dingin membuat suasana tambah seram, Aku menelan ludahku sendiri menepis seluruh rasa takutku.

Perlahan aku melangkah menuju meja setrika pakaian, lalu aku menyetrika seragam dengan posisi memblakangi kamar tamu. Jantungku berdegup kencang, suasana di sana sungguh tidak​ nyaman.

Aku Teruss mengalihkan pikiranku agar tidak takut, tetapi di sisi lain aku merasa sperti ada yang mengawasi dari belakang tubuhku. saat ku toleh, tidak ada siapapun di sana.

"Mbak Tini?" Ucapku.

Tetapi tidak ada jawaban, lalu aku melanjutkan menyetrika pakaian. Aku
Semakin merasa bahwa ada sesuatu yang mendekat dari arah belakang. Cepat-cepat ku toleh dan..., Tetap tidak ada siapapun​ di sana kecuali aku.

Aku semakin gugup dan berkeringat, tanganku gemetar memegangi setrikaan pakaian, lalu sesuatu menghentikkan gerakkan tanganku. Aku melirik ke sebelah kanan, aku melihat ada sosok bayangan pria memakai jubah hitam sedang melayang dan mondar-mandir di tiang rumah satu ke tiang rumah lainnya sambil memandang ke arahku.

Aku ingin berlari kabur, tetapi setrikaan baju belum selesai,

"Lawan Nimaass..., lawan rasa takutmu!"
Ucapku dalam hati.

Punggungku mulai menangkap hawa yang panas, keringatku semakin mengucur banyak, sungguh auranya tidak enak sekali semakin lama aku tahan semakin pengap, sesak dan banyak sosok yang hadir mendekatiku. Aku semakin merasa tidak nyaman.

Cepat-cepat aku menyetrika baju seragam Crish, Entah rapi atau tidak langsung ku cabut colokan setrikanya lalu aku lari ke bawah.

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang