bagian 2 Aku Mulai Di Teror

34 3 0
                                    

Keesokan harinya...,
Sengaja kudekati mbak Tini yang sedang meracik makanan untuk sarapan.

"Mba Tini..., Oma sama Opa itu kaya raya sekali ya" ucapku memancing pembicaraan.

"Ya iyalah..., Mau sampai tujuh turunanpun hartanya tidak akan habis" jawab mbak Tini.

"Waow..., Tapi mbak rumah ini juga angker sekali, semalan saat aku menyetrika pakaian di atas ada..."

"Sudah ya..., Jangan bahas apapun!" Jawab mbak Tini memotong perkataanku.

Aku menangkap ekspresi mbak Tini yang tidak ingin membahas dalam tentang seluk beluk keluarga ini. Aku pun mengalah diam.

Malam harinya tenggorokanku terasa kering. Aku terbangun lalu melihat jam di ponsel waktu menunjukan pukul 1 malam.
Dan aku harus berani ke dapur untuk mengambil minum.

Dengan langkah malas dan masih agak sempoyongan aku turun tangga. Tetapi seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Aku berhenti lalu berbalik dan tidak ada siapa-siapa. Cukup..., Aku mulai kesal! Aku kembali berjalan tapi di belakangku tetap ada yang mengikuti,

"Heh..., jangan ganggu aku! , jangan bikin aku kesel ya!" ucapku.

Memang tidak ada sosok yang aku lihat tapi ketika aku sedang menengguk minumanku sayup-sayup terdengar suara rintihan dan tangisan pilu. Aku menajamkan pendengaranku, dan mengamati suara itu.
Suara tangisan itu berasal dari lantai atas lalu berpindah terdengar di ruang tamu, lalu hilang dan muncul terdengar lagi di ruangan atas.

"Haaahhh sudahlah..., Terseraah...!,
Lanjutkan saja tangismu aku ngantuk!" Ucapku lalu kembali menuju kamar dan tidur.

Malam berikutnya...
Ku lihat Tasya dan Crish sudah tertidur, aku sedang asyik bermain game di handphoneku dan suara aneh kembali menggangguku.

"Brak..., Brak..., Buukk !!!"

Seperti suara tembok yang di pukul-pukul di susul dengan suara jeritan seorang wanita yang melengking membuatku merasa ngeri dan bergidik.

"Aaah mungkin suara itu dari tetangga sebelah" aku mencoba berfikir positif.

Tetapi suara pukulan tembok, jeritan, tangisan, terdengar terus menerus malam itu. Aku mulai merasa ngeri keringat dingin membasahi keningku padahal aku tidur dalam ruangan yang ber AC.

"Ya Allah sebenarnya ada apa ini" ucapku. ku baca surat ayat kursi terus menerus.

Keesokan harinya aku berniat menanyakan kehebohan yang terjadi tadi malam kepada mbak Tini.

"Mbak..., semalam apa mbak Tini mendengar suara itu?" Tanyaku.

"Suara?
Suara apa?" Mbak Tini berbalik bertanya.

"Mbak semalam seperti ada suara orang yang ngamuk-ngamuk, nangis-nangis, teriak-teriak, pokoknya heboh banget mbak, apa tetangga sebelah ada yg sakit jiwa? Lalu memukul mukul tembok atas? Mungkin kamarnya berdekatan dengan rumah ini hingga terdengar sampai sini mbak" ucapku.

"Kamu itu aneh! Paling kamu hanya bermimpi Nimas..., Samping rumah ini kan halaman bukan ruangan"

"Hah...?, Jadi yang aku dengar semalam itu siapa mba, dan di mana? Kenapa dia menangis, menjerit terus mukul-mukul tembok..., mba Tini ak..."

"Sudah diam...!, Sebentar lagi anak-anak pulang sekolah lebih baik kamu bersiap untuk menjemput anak-anak lalu mengantar les" jawab mbak Tini dan lagi-lagi dia memotong perkataan ku.

Setelah bersiap aku berangkat menjemput anak-anak bersama pak Dudu sopir bu Nani. Aku melamun sambil melihat jalan dari belakang jendela mobil masih ingat suara semalam, misterius dan mengerikan..., Tiba-tiba terlihat satu sosok dalam lamunanku.

Wajah seorang wanita berteriak di depanku, wajahnya mengerikan ada luka sayatan pada​ pipinya yang berwarna pucat, dengan mulut terbuka lebar dan berlendir.

"astaghfirullah al'adzim!" Aku sangat terkejut.

"Eit..., Kenapa Nimas???" Tanya pak Dudu.

pak Dudu terkejut mendengar aku tiba-tiba berteriak.

"E..., Eh..., Enggak apa-apa pak, Nimas cuma kaget ajah hehe"

"Ah..., Kamu ini bikin bapak kaget aja, makanya jangan suka melamun"

"Hihi maaf pak" jawabku.

Bayangan sosok wanita yang mengerikan apa lagi mulutnya yang berlendir hitam dan wajahnya yang terluka sayat yang membusuk, membuatku merasa mual dan jijik. Sejak itu aku makin banyak diam sambil terus berdoa dan waspada.

Yang aku lihat sosok-sosok astral di rumah itu memang kebanyakan berwujud manusia..., semuanya diam dan tertunduk kecuali sosok wanita menyeramkan itu dan sosok laki-laki berjubah hitam yang suka mengawasiku.

Sore itu aku dan Lily sedang bermain di ruang tamu, aku duduk mengawasi Lily yang sedang asyik bermain dengan boneka barbienya, tepat di depanku adalah lemari hias yang besar. Hiasan-hiasan dari batu kristal, giok, dan barang mewah lainnya berjejer rapi menghiasi lemari.

Aku tertawa melihat Lily yang lihai memainkan boneka Barbie dengan logat centilnya, perutku terasa pegal karena tertawa, aku memgalihkan pandanganku dari Lily karena aku sudah tidak sanggup tertawa lagi melihat tingkahnya yang lucu itu.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah lemari hias tak sengaja aku melihat ada gumpalan cahaya putih terbang ke arah kanan. Aku mengamati gumpalan cahaya putih itu tetapi cahaya itu langsung melesat dengan cepat dan menghilang.

Bulan berikutnya adalah liburan sekolah selama dua minggu. Bu Nani mengajak keluarga dan anak-anak berlibur ke luar negri selama lima hari. Sedangkan di rumah hanya ada aku dan mba Tini.

Bu Nani meneleponku dan memberitahu besok mereka akan pulang dan menyuruhku membersihkan kamar anak-anak. Tidak terasa hari sudah petang aku menyalakan semua lampu yang berada di ruangan atas agar aku tidak takut saat mengganti sprei.

Saat aku sibuk membongkar sprei aku mendengar suara geramaan wanita.
Aku melirik ke arah pojokan ruangan atas lalu menelusuri ruangan itu dengan pandanganku, tetapi tidak ada siapapun di sana. Akupun melanjutkan pekerjaanku.

"Kenapa kamu menyalakan semua lampunya!" Bentak mbak Tini sambil melototiku.

"Aku menyalakan semua lampu supaya ruangan ini terang dan ga banyak setan! Kenapa memang!" Ucapku membalas bentakan mbak Tini karena kesal dia telah membentakku.

"Lancang kamu ya!"

"Memang apa masalahnya...? listrik kan bos yang bayar kenapa mbak Tin yang marah! "

"Kamuu!!
Lihat saja tanggung sendiri akibatnya"

Mba Tini bergegas pergi meninggalkan aku, dan sejak itu dia tidak mau lagi tegur sapa denganku, berpapasan denganku saja rasanya mbak Tini ingin melahapku hidup-hidup, aneh!. aku juga sudah mulai geram dan kesal kenapa hanya aku yang mereka ganggu!.

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang