Prolog

21 5 0
                                    

Tangannya memegang sebuket bunga. Kakinya menapak mantap di sela-sela doa yang terus ia rapalkan pada setiap langkahnya.

Mendudukkan dirinya, tangannya mengurai bunga yang sedari tadi terpaku pada tangannya. Matanya merebak, ah, sudah berapa tahun dan dia masih begini?

"Kamu, apa kabar?"

Tak ada yang menjawabnya.

Hanya angin yang perlahan mengangkat helaian rambutnya mengikuti gelombang yang ada.

Beberapa menit berlalu di hadapannya. Bisu yang ia lihat. Bisu yang ia dengar. Menenangkan hatinya, akan segala kemungkinan yang pernah ada.

Tapak kaki lain datang menyusulnya. Mendekatinya dan menepuk pundaknya pelan. Membuatnya mendongak menatap sang empu dengan mata yang nampak menahan duka. Orang itu, tersenyum kecil, menghiburnya. "Ayo, pulang."

Dia berdiri. Mengangguk, lalu mengikuti tapak kaki yang baru datang. Meninggalkan kesempatan yang dulu pernah terbuang.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang