13

4.7K 586 50
                                    

gue melempar hape gue ke sembarang arah. antara sedih dan marah campur jadi satu mendengar telfon tadi diakhiri begitu aja sama sekretaris brengsek itu. hape gue berdering lagi, terus menerus gaada henti. gue pun beranjak mengambil hape dan melihat siapa yang nelfon.

"halooo?" suara yang terdengar di ujung sana bukan cewek lagi, melainkan jaehwan.

"apa?" jawab gue sekenanya.

"hana pulang yuk.. aku kesepian.."
"ini hari jadi ke 100 kita loh"

"telat"

"masasih.. um.. um... siang aku jemput ya?" jaehwan terdengar sulit dalam menyelesaikan kalimatnya. mungkin masih pusing efek mabuk.

"jae?"

"yap?"

"kita cerai ya."

pip.



























gue gaboleh egois. jaehwan berhak mencintai gadis lain yang lebih dari gue. bener kata sekretarisnya kalo gue gabecus ngurus suami sendiri. konsekuensi jadi mamah muda bener - bener diluar ekspektasi gue.

ga dipungkiri bahwa gue sayang jaehwan, tapi kalo begini terus caranya gue gabakalan lulus lulus dari kuliah. gue bakal stuck mikirin gimana caranya bahagia bersama suami gue ini. jaehwan malah berakhir menjadi beban hidup gue padahal jelas - jelas itu salah.

jaehwan mencoba menelfon gue berkali - kali tapi gue keukeuh gamau ngangkat. biarin aja untuk kali ini. semoga kita berdua sama - sama berpikir gimana jalan keluarnya nanti.

lagi lagi gue menangis sambil meluk guling dan akhirnya tertidur.

















































"HANA BANGUN!"
"KIM HANAAAA WAKE UP RN!"

"kenapa sih mah teriak teriak? what happen?"

"jaehwan nak..."

"kenapa jaehwan?"

"kecelakaan"

"ASTAGA! BAWA AKU KE RUMAH SAKIT SEKARANG!"
































tak kuasa gue melihat jaehwan dengan banyak alat - alat yang ga gue tau namanya menempel di seluruh tubuhnya. dia layaknya bergantung pada sebuah mesin untuk tetap hidup. kata dokter, kondisinya bener - bener parah. gue hopeless banget mendengar jaehwan tinggal nunggu waktu jam aja. dokter dan segenap pihak rumah sakit udah pada angkat tangan.

gue menyesal telah bilang cerai tadi malam. gue menyesal mengabaikan telepon dari jaehwan. gue menyesal terlelap tidur sedangkan jaehwan kebut - kebutan menuju rumah gue sampe 180km/jam dalam keadaan mabuk sampe akhirnya dia mengalami kecelakaan.

dan gue berhasil mendapat tamparan dari sang sekretaris jaehwan dan diceritakan kronologis jelasnya kenapa jaehwan bisa ada bersamanya malam itu.

sekaligus sekretaris itu meminta maaf karena udah mengrusak hubungan gue dan jaehwan. karena bagaimana pun, dia juga tetep sayang sama cowok itu. alias suami gue sendiri.

gue berada di ruang icu yang sebenernya gaboleh ada satu pun orang yang masuk. tapi kata dokter, temenin aja. karena bisa aja ini sudah mendekati waktu ajalnya.


DAMN.



begitu jahatnya dokter mengucap seperti itu layaknya dia adalah tuhan.







gue menggenggam erat tangan jaehwan dan terlihat di jari manisnya cincin yang sama dengan gue. gue menangis didekapannya dan sesekali mencium pipinya. tapi yang gue dapat? suara lirih jaehwan.






sumpah demi tuhan, jaehwan sadar.






"hana, kamu inget ucapanku apa saat di jeju?"

"jae... jangan ngomong macem - macem...."
"aku panggilin dokter sekarang juga ya?"

jaehwan menggeleng.

"even if I fall to the ground, i will make you walk only on flower paths"

kalimat pertama gapernah gue denger sebelumnya.

dan alat di samping jaehwan yang gue gatau apa namanya, menunjukkan garis datar.

sekujur tubuh jaehwan lemas.

tidak bergerak.

tidak bernafas.

tidak ada respon saat gue mengguncang hebat tubuhnya.
































gue... pingsan.










































dan jaehwan, meninggalkan gue selamanya.

mamah mudaㅡkim jaehwan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang