Tubuh Saya Bundar

120 5 1
                                    

Tubuh saya bundar, bundar tubuh saya. Kalau tidak bundar, bukan tubuh saya...

Sejak kecil, teman-temannya sudah sering menyanyikan lagu tersebut untuknya. Sejak TK hingga kelas 6 SD, selalu seperti itu. Karena, ia satu-satunya orang yang gendut dilingkungannya. Tubuhnya bundar dan gempal. Selalu seperti itu walau porsi makannya normal. Orangtuanya bilang bahwa itu sudah gen. Dan saat SD, ia masih belum mengerti apa itu gen dan apa efeknya.

Bertahun-tahun dibully, khususnya dengan istilah gendut, itu sudah tidak membuatnya sakit hati lagi. Sudah menjadi kebiasaan hidupnya. Namun ketika ia sudah beranjak SMP, SMA, dan kuliah, ejekan dalam bentuk fisik memang sudah berkurang. Hanya saja, teman-temannya selalu punya cara dan ide untuk mengejeknya dengan cara yang lain. Tapi anehnya, ia tidak pernah tersinggung.

Dan satu lagi, seorang temannya yang kejam pernah berkata, bahwa ia adalah BB : besar dan bodoh. Mungkin karena kebodohan itulah, ia menjadi tidak mudah tersinggung atas banyak ejekan teman-temannya. Karena sebagian besar, ia tidak mengerti.

Besar dan bodoh, ejekan itu segera menyebar dan menjadi panggilan akrab dirinya ketika kuliah.

"Hei, BB! Mau kemana?"

"BB, lu udah ngerjain PR?"

"Wiss.. BB lewat, awas-awas!"

"Makan apa BB siang ini?"

Dan sebagainya...

BB tidak tersenyum, tidak juga tersinggung. Ia hanya menatap kosong, mungkin sedikit bengong. BB tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Nilainya selalu jelek. Dalam setiap tugas, ulangan, ujian, atau apapun, ia bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud oleh soal yang tertulis. Kemana-mana ia hanya mengekor geng demi geng mahasiswa yang ia kenal karena selalu mengejeknya. Dan geng-geng itu menerima BB dengan sukarela sebagai bahan bully yang membuat suasana selalu ramai.

Duduk di belakang, tertawa ketika oranglain tertawa, diam ketika dosen menjelaskan, selalu terlihat sibuk belajar dan membaca, ketak-ketik laptop, jadi mahasiswa favorit dosen untuk bahan percontohan, dan terkenal disetiap kelas. Semua orang kenal BB, si besar dan bodoh. Tapi semua orang tidak tahu bagaimana ia bisa naik kelas di setiap jenjang sekolah sebelumnya dan bagaimana ia bisa sampai dibangku kuliah seperti sekarang. Itulah misterinya.

Hingga akhirnya sebuah misteri besar terjadi lagi.

BB pun bisa wisuda sekalipun meghabiskan waktu lebih lama dibanding angkatannya.

Tapi usai wisuda, ia mendekam seorang diri di rumahnya. Selama kuliah dan sekolah, tak ada seorangpun yang benar-benar menjadi sahabatnya dan sekarang, tentu tak ada yang mau menghabiskan waktu bersamanya. Dan karena itulah, tak ada lagi segerombolan orang yang bisa ia ikuti seperti dulu. Akhirnya, tak ada satu pekerjaanpun yang berhasil ia dapatkan.

Ia melamar kerja, tapi belum mendapatkan pekerjaan hingga saat ini.

Dan BB sama saja seperti dulu, ketika diejek. Ia tidak sedih, tidak kecewa, terlalu bodoh untuk bisa mengerti arti tidak mendapatkan kerja. Sejauh orangtuanya cukup mampu, ia masih bisa hidup normal seperti sekarang.

Berbulan-bulan di rumah saja, sama sekali tidak membuatnya bosan.

Kedua orangtua BB yang selalu memperhatikannya setiap hari selama dua puluh tiga tahun, akhirnya bingung juga. Apa sih yang sebenarnya difikirkan oleh BB? Mungkin, itulah misteri besar berikutnya : isi fikiran BB.

Hidup sebagai pengangguran seperti itu membuat BB cukup lama menghabiskan waktu di tempat tidur, di sofa, dan di tempat lainnya di dalam rumah. Di tempat tidur misalnya, kedua orangtuanya sering memergokinya telentang dengan dahi berkerut seperti berfikir. Tapi tak ada yang ia bicarakan, tak ada yang kemudian harus mereka diskusikan.

Tubuh Saya BundarWhere stories live. Discover now